Loading...
SAINS
Penulis: Sotyati 11:26 WIB | Jumat, 22 Januari 2016

Sampah Plastik Diprediksi Penuhi Lautan di Tahun 2050

Dame Ellen MacArthur, mantan pelaut Inggris yang memprediksi sampah bakal menutup lautan di seluruh permukaan bumi pada 2050 jika tidak ada tindakan yang diambil untuk menanggulanginya. (Foto: telegraph.co.uk)

DAVOS, SATUHARAPAN.COM – Bayangkan lautan dan samudra di dunia ini tertutup sampah plastik!

Suatu hal yang tidak mustahil terjadi. Ellen MacArthur, 39 tahun, mantan pelaut Inggris, peraih BBC Sports Personality of the Year Helen Rollason Award, seperti dikutip theguardian.com, mengingatkan kemungkinan itu.  

Ellen MacArthur gemar mengarungi lautan sejak usia remajanya. Pada 7 Februari 2005, pada usia 29 tahun, ia memecahkan rekor tercepat berlayar solo mengarungi lautan keliling dunia dengan yachtnya. Rekor itu kemudian terpecahkan pada 2008, oleh pelaut perempuan Prancis, Francis Joyon.    

Ellen MacArthur yang pensiun dari berlayar jarak jauh pada 2 September 2010 dan kemudian mendirikan yayasan di bidang pendidikan dan bisnis berkaitan dengan ekonomi, memunculkan laporan yang mengejutkan itu pada hari pembukaan Forum Ekonomi Dunia (WEF) di Davos, Swiss, pekan lalu.  

Ia  memperingatkan, sampah plastik akan berjumlah lebih banyak daripada ikan di lautan pada tahun 2050, kecuali warga dunia mengambil langkah drastis untuk mendaur ulang material itu. Produksi plastik meningkat tajam sejak 1964.

Penelitian yang dilakukan Yayasan Ellen MacArthur itu, seperti dilaporkan radioaustralia.net.au, menyebutkan sebanyak 95 persen dari kemasan plastik, yang bernilai 116 miliar - 174 miliar dolar setahun, hilang dalam perekonomian setelah penggunaan tunggal.

Penelitian itu mengusulkan adanya sistem baru untuk memangkas bocornya plastik ke alam dan mencari alternatif minyak mentah dan gas alam sebagai bahan baku produksi plastik.

Menurut analisis Project Mainstream, sebanyak 32 persen dari produksi tahunan plastik hilang akibat "kebocoran" itu, sebagian besar hanyut ke laut, dan 40 persen masuk ke tempat pembuangan akhir sampah. Masing-masing 14 persen dikumpulkan untuk didaur ulang atau dibakar untuk menghasilkan energi . Namun, laporan theguardian.com menyebutkan hanya 5 persen sampah platik yang berhasil didaur ulang.

Tingkat kebocoran ke laut, menurut radioaustralia.net.au, setidaknya mencapai 8 juta ton, setara dengan satu truk sampah-penuh setiap menitnya, dan penelitian itu memperkirakan bahwa ada lebih dari 150 juta ton sampah di laut sekarang ini.

"Jika tak ada tindakan yang diambil, ini diperkirakan meningkat menjadi dua truk penuh per menit pada tahun 2030, dan empat truk per menit pada tahun 2050," sebut laporan itu.

Laporan ini juga mengungkap, "Dalam skenario normal, laut diperkirakan mengandung satu ton plastik untuk setiap tiga ton ikan pada tahun 2025, dan pada tahun 2050, akan ada lebih banyak plastik ketimbang ikan.”

Perlu Gerakan Menangkap Peluang Ekonomi Plastik Terbaru

Dominic Waughray dari WEF, yang bersama-sama merilis laporan itu, mengatakan, "Penelitian tersebut menunjukkan betapa penting untuk memicu sebuah revolusi dalam ekosistem industri plastik."

"Ini merupakan langkah pertama yang menunjukkan bagaimana mengubah alur plastik melalui perekonomian kita," sebutnya.

Ia menjelaskan, "Untuk berpindah dari wacana ke tindakan skala besar, jelas tak ada satu aktor pun yang bisa bekerja sendiri. Masyarakat, sektor swasta dan masyarakat sipil, semuanya perlu bergerak untuk menangkap peluang ekonomi plastik terbaru."

Perubahan dalam penggunaan kemasan plastik akan membutuhkan kerja sama seluruh dunia antara perusahaan barang konsumen, produsen kemasan plastik, serta bisnis yang terlibat dalam pengumpulan, kota, pembuat kebijakan dan organisasi lainnya, kata laporan itu.

Laporan tersebut mengusulkan pembentukan badan koordinasi independen untuk inisiatif itu.

"Plastik adalah simbol kuat dari ekonomi modern dengan sifat yang tak terkalahkan. Namun, mereka juga merupakan  bahan yang benar-benar sekali pakai," utara Martin Stuchtey dari Pusat Bisnis dan Lingkungan McKinsey, yang memberikan kontribusi analisis dalam laporan tersebut.

"Volume yang bertambah dari penggunaan plastik menimbulkan biaya dan menghancurkan nilai dalam industri," ia menambahkan.

Plastik yang digunakan kembali bisa menjadi komoditas yang berharga dalam "lingkaran ekonomi " yang mengandalkan proses daur ulang, Martin menggambarkan.

"Penelitian kami menegaskan bahwa menerapkan prinsip-prinsip itu bisa memicu gelombang besar inovasi dengan manfaat bagi seluruh rantai pasokan," ia menambahkan. 

Editor : Sotyati


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home