Loading...
SAINS
Penulis: Yan Chrisna Dwi Atmaja 12:21 WIB | Senin, 24 Maret 2014

Satelit Terra Deteksi 416 Titik Panas Sumatera

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono saat melihat kebakaran lahan di Riau. (Foto: setkab.go.id)

PEKANBARU, SATUHARAPAN.COM - Satuan Tugas (Satgas) Penanggulangan Bencana Kabut Asap Riau melaporkan data dari satelit Terra pada Minggu (23/3) mendeteksi kemunculan 416 titik panas di daratan Pulau Sumatera. Sedangkan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) pada Minggu memprediksi cuaca di wilayah Riau akan lebih kering dalam tiga hari ke depan. 

Cuaca kering ini dipicu siklon tropis Gillian yang berada di Samudera Hinda, selatan Jawa bagian Barat. Siklon ini mengakibatkan massa udara atau uap air di wilayah Riau tertarik ke arah selatan. BMKG memprediksi mulai 28 Maret hujan di wilayah Riau berpotensi kembali turun dengan intensitas ringan hingga lebat.

Keringnya udara di Riau telah menyebabkan titik api yang sebelumnya sudah kecil di bagian bawah gambut memicu kebakaran hutan dan lahan. Selain itu memang masih adanya pembakar baru yang sengaja membakar lahan dan hutan. Meski ribuan aparat sudah digelar namun masih ada oknum yang melakukan pembalakan dan pembakaran.

Satelit Terra pada Minggu mendeteksi kemunculan 416 titik panas di daratan Pulau Sumatera dan terbanyak di Provinsi Riau yang mencapai 294 lokasi.

Satuan Tugas (Satgas) Penanggulangan Bencana Kabut Asap Riau kepada pers lewat surat elektroniknya, Senin (24/3) siang, menguraikan, "hotspot" Riau sekitar 51 titik berada di berbagai kecamatan Kabupaten Bengkalis.

Kemudian 27 lainnya terdeteksi di sejumlah wilayah kota Dumai meliputi Kecamatan Sungai sembilan, Dumai Barat, Bukit Kapur, dan Kecamatan Medang Kampai.

Selanjutnya, 36 titik panas berada di Kabupaten Indragiri Hulu masing-masing di Kecamatan Kuala Cenaku, gaung, Kemoas, Kerintang dan Pasir Penyu serta Kecamatan Rengat.

Di Kabupaten Kampar, Satelit Terra merekam ada sebanyak 19 "hotspot", meliputi Kecamatan Tapung Hulu, Tapung, Koto Kampar, Kampar Kiri, Kampar Kiri Hilir, Kampar Kiri Tengah dan Gunung Sahilan.

Lima titik panas juga terekam berada di Kabupaten Kepulauan Meranti meliputi Kecamatan Merbau dan Tebing Tinggi Barat serta Tebing Tinggi Timur.

Sedangkan 13 "hotspot" lainnya berada di Kuantan Singingi meliputi Kecamatan Singingi, Kuantan Tengah, Pangean, Kuantan Mudik dan Singingi Hilir.

Kemudian 33 titik panas lainnya berada di Kabupaten Pelalawan, diantaranya berada di Kecamatan Teluk Meranti, Pangkalan Kerinci, Kecamatan Pelalawan, Bunut, dan Kecamatan Langgam, Pangkalan Kuras, Kerumutan serta Kecamatan Pangkalan Lesung dan juga Kecamatan Ukui.

Terbanyak berada di Kabupaten Rokan Hilir yakni 56 titik, meliputi Kecamatan Sinaboi, Pasir Limau Kapas, Kubu, Bangko, Simpang Kanan, Bagan Sinembah, Rimba Melintang, dan Bangko Pusako serta Kecamatan Tanah Putih Tanjung Melawan.

Kabupaten Rokan Hulu hanya ada delapan "hotspot" masing-masing di Kecamatan Bonai Darussallam, Kepenuhan dan Kecamatan Tambusai.

Sementara itu, di Kabupaten Siak ada 46 titik panas, meliputi Kecamatan Sungai Mandau, Kandis, Siak Sri Indrapura, Pusako, Sungai Apit, Minas, dan Tualang serta Kecamatan Koto Gasib.

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Riau, Said Saqlul Amri mengatakan, pihaknya bersama Satgas Penanggulangan Bencana Kabut Asap masih terus mengupayakan pemadaman, penegakkan hukum serta pemulihan situasi serta kesehatan masyarakat.

Sementara pada 16 Maret lalu Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mengatakan bahwa bencana kebakaran lahan yang terjadi di Riau, lebih tepat disebut dengan kebakaran lahan yang sengaja dibakar. 

“Kalau yang membakar ini bebas merdeka, tidak mendapat sanksi setimpal, maka berapa ratus miliar pun uang yang dikeluarkan, tetap akan datang lagi bencana serupa. Ingat, ratusan miliar bisa kita gunakan untuk anggaran pendidikan, kesehatan, dan lainnya," kata SBY saat di Riau meninjau bencana kebakaran lahan.

Presiden juga menekankan pentingnya kesadaran bersama bahwa masalah kabut asap di Riau yang jadi masalah tahunan haruslah diakhiri secara permanen.

Pemerintah, lanjut Presiden, akan membantu anggaran. Namun daerah dan perusahaan juga harus menyalurkan dana tanggung jawab sosialnya atau CSR untuk membantu penduduk lokal mengatasi pembakaran.

"Marilah kita membangun kesadaran untuk berhenti melakukan aksi pembakaran lahan dimanapun, karena rakyat, saudara-saudara kita yang tidak berdosa akan kena imbasnya," ajak Presiden SBY.

Kepada pihak-pihak yang sengaja lakukan pembakaran, Presiden menjanjikan sanksi hukum dan tindakan yang tegas tanpa pandang bulu.

“Ringannya ancaman hukuman pembakar lahan harus dievaluasi lagi,” kata Presiden seraya meminta agar pelaku pembakaran lahan dihukum berat.

“Kejahatan itu tidak boleh dipandang ringan karena dampaknya luas dan menyengsarakan rakyat banyak,” kata Kepala Negara. (Ant)


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home