Loading...
SAINS
Penulis: Sotyati 18:07 WIB | Senin, 24 Maret 2014

BPPT Kembangkan Alat Komunikasi Penanggulangan Bencana

Apel siaga menghadapi erupsi Merapi seluruh pemangku kepentingan di DI Yogyakarta. (Foto: bpbd.slemankab.go.id)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) melakukan demo pemetaan cepat mitigasi bencana di hadapan Wakil Presiden RI Boediono, dalam acara Mentawai Megathrust DirEx (Disaster Experience), Padang, Jumat (21/3) lalu.

Pengkajian Teknologi Inventarisasi Sumber Daya Alam (PTISDA) BPPT mengembangkan alat, seperti bisa dibaca di siaran pers bppt.go.id, berupa software, dan perangkat yang dimodifikasi berupa Rapid Timer, Rapid Technology for Investigation Monitoring and Evaluation for Emergency Response.

Kepala Bidang Mitigasi Bencana PTISDA BPPT Udrekh Hanif menjelaskan perangkat itu sangat berguna dalam mitigasi bencana, terutama dalam melakukan pemetaan aktual, baik daerah terdampak bencana, jumlah korban, ataupun juga untuk memberi informasi kebutuhan logistik bantuan serta akses jalan untuk distribusi bantuan bagi korban bencana di lokasi evakuasi.

PTISDA BPPT juga mengujicoba teknologi CCTV & WiFi yang dipasang di shelter (tempat evakuasi bencana). Teknologi CCTV mutakhir itu, meskipun dipasang di shelter di kantor pemerintah di tengah kota, mampu melihat sampai ke arah laut. “Sangat berguna untuk mendeteksi gelombang di lautan bila terjadi gempa, juga berguna menginformasikan lebih dini bagi masyarakat untuk evakuasi ke tempat aman,” ia menjelaskan.

Mengembangkan “Rapid Mapping”

Tim BPPT juga tengah mengembangkan software pemetaan cepat (Rapid Mapping) dan modul data converter untuk komunikasi data antara radio panggil (handy talkie) dan perangkat smartphone, baik tablet ataupun ponsel cerdas. “Modul ini sangat berfungsi kala terjadi bencana. Ketika tidak ada akses internet, frekuensi radio melalui radio panggil akan berfungsi mengirim dan menerima data melalui tablet maupun ponsel. Teknologi ini lebih efisien dibandingkan dengan teknologi sebelumnya yang mengandalkan satelit, V-sat. V-sat membutuhkan biaya tinggi dan sulit dimobilisasi kala terjadi gempa,” ia menambahkan.

Rangkaian peralatan pendukung mitigasi bencana itu tengah dikembangkan BPPT bersama Panasonic (Jepang). Panasonic mengembangkan hardware dan BPPT membuat sistem aplikasi serta konsep desain sistem informasi terkait kebencanaan.

Swasetyo Yulianto, perekayasa di PTISDA BPPT yang juga masuk tim pengembang sistem informasi, mengingatkan ketika terjadi bencana, biasanya infrastruktur, khususnya komunikasi, lumpuh akibat dampak bencana, seperti terjadi pada gempa 2009. "Pada sisi lain, korban memerlukan bantuan. Karena itu dibutuhkan data cepat dan akurat mengenai data lokasi dan jumlah korban yang membutuhkan bantuan. Diharapkan posko bencana mendapat gambaran keseluruhan yang terperinci, akurat, dan cepat, untuk kemudian menentukan strategi penanggulangan bencana," Swasetyo menjelaskan.

Acara Mentawai Megathrust DirEx 2014 diikuti 18 negara, yakni Australia, Amerika Serikat (AS), Brunei Darussalam, Vietnam, Kamboja, Selandia Baru, Malaysia, Myanmar, Rusia, Jepang, Rusia, Filipina, Tiongkok, Korea, Singapura, Laos, dan India, selain Indonesia. (bppt.go.id)


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home