Loading...
SAINS
Penulis: Dewasasri M Wardani 12:12 WIB | Jumat, 25 November 2016

Sekolah Kejuruan Didominasi Guru Normatif

Ilustrasi : siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Rajasa mengoperasikan mesin bubut di Balai Latihan Pendidikan Teknik (BLPT), Surabaya, Jawa Timur, Kamis (16/2). (Foto: Antara/M Risyal Hidayat)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Presiden Joko Widodo mengatakan, kendala yang dihadapi sistem pendidikan di sekolah menengah kejuruan (SMK) di Indonesia adalah, tenaga pengajarnya yang sebagian besar masih diisi oleh guru normatif.

"Problemnya adalah, ternyata bahwa SMK kita ini guru-gurunya banyak yang guru normatif. Normatif itu ya guru kimia, guru fisika, guru Pendidikan Moral pancasila (PMP). Padahal yang dibutuhkan di SMK apa, guru-guru yang memiliki keterampilan untuk membimbing anak didiknya seperti merakit mesin, komponen-komponen otomotif, dan lainnya," kata Presiden Jokowi, saat menjadi pembicara kunci dalam "Kompas 100 CEO Forum", di Jakarta, Kamis (24/11).

Menurut Presiden, SMK seharusnya bisa menjadi lembaga pendidikan yang lebih banyak mengajarkan ilmu spesifik kepada siswa, sehingga bisa melahirkan tenaga-tenaga praktisi muda yang cakap dan berdaya saing.

"Itu yang saya lihat di Jerman, di Korea Selatan, di Jepang, mereka bisa maju karena `vocational training` dan `vocational school`, tidak ada yang lain,"  kata Presiden lagi.

Menurut Presiden, tenaga kerja Indonesia harus didorong dengan "vocational training" tapi yang betul-betul sesuai dengan yang diinginkan oleh industri.

Jokowi mengatakan,  bahwa lulusan SMK sebenarnya sudah banyak sekali, hampir 60 persen, tapi keluarannya ini yang harus diatur dengan detail dan baik serta problemnya adalah gurunya masih banyak yang normatif. (Ant)

Editor : Eben E. Siadari


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home