Loading...
BUDAYA
Penulis: Diah Anggraeni Retnaningrum 12:53 WIB | Minggu, 24 April 2016

Sembilan Sekuen Meriahkan Gading Nite Carnival 2016

Sembilan Sekuen Meriahkan Gading Nite Carnival 2016
Sekuen 'Universe' muncul sebagai pembuka dari Gading Nite Carnival 2016 di Sentra Kelapa Gading Jakarta Timur, hari Sabtu (23/4). (Foto-foto: Diah A.R)
Sembilan Sekuen Meriahkan Gading Nite Carnival 2016
Sekuen "Candyland' yang merupakan gambaran kuliner manis Indonesia yang sudah mendunia.
Sembilan Sekuen Meriahkan Gading Nite Carnival 2016
Sekuen "Negeri di Atas Awan" yang kostumnya terinspirasi dari burung Phoenix.
Sembilan Sekuen Meriahkan Gading Nite Carnival 2016
Sekuen "Jember Fashion Carnival" yang menggambarkan fashion ala Indonesia yang sudah mendunia.

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Jakarta Fashion and Food Festival (JFFF) 2016 membuka acara tahunannya dengan menggelar Gading Nite Carnival yang menampilkan 400 penari berkostum dan mobil hias di sembilan sekuen yang ditampilkan dalam parade tersebut.

Gading Nite Carnival 2016 kali ini mengambil tema “Negeri Impian”. Tuhan menciptakan bumi Nusantara dengan pesona keindahan dalam keragaman budaya, etnis dan wastra yang kaya akan motif.

Jalan Boulevard Raya, Kelapa Gading, Jakarta Utara sudah dipadati pengunjung sejak pukul 17.00 WIB. Tak hanya itu, 400 penari lengkap dengan mobil hias pun sudah rapi berbaris menunggu aba-aba dari panitia untuk menunjukkan kepiawaian mereka saat menghibur pengunjung dan tamu undangan.

Acara dibuka dengan 20 penari Jaipong yang merupakan budaya seni tari asal Jawa Barat. Semua mata terpukau kala penari menampilkan keselarasan gerak dan senyum yang mengembang di setiap wajah penari tersebut. Keindahan gerak penari pun dilengkapi dengan kostum yang merupakan perpaduan antara Jawa Barat dan sanggul khas Tiongkok.

Sekuen pertama, “Universe” muncul dengan mobil hias bernuansa perak berlambang ikon bola dunia dan membawa Face Icon JFFF 2016 Ayu Faradilla seraya melambaikan tangan menyapa setiap pengunjung yang hadir dalam Gading Nite Carnival tersebut.

Sekuen ini melambangkan keindahan budaya Indonesia yang membaur dalam dunia modern dengan menampilkan para penari yang memakai kostum bernuansa warna perak lengkap dengan sentuhan apik pakaian adat Dayak, Kalimantan. Gerak dinamis penari makin memukau kala mereka menampilkan senam ritmik dalam pertunjukan tersebut.

Sekuen kedua muncul dengan tema “Toyland” yang menggambarkan aneka budaya pemainan tradisional  yang dimiliki oleh Indonesia. Beberapa penari muncul dengan menggunakan kostum yang terinspirasi dari busana prajurit Keraton Yogyakarta.

Sekuen ketiga yaitu “Boneka” yang menggambarkan salah satu bentuk mainan yang dimiliki hampir seluruh anak-anak di penjuru dunia dengan rupa dan bentuk yang berbeda sesuai dengan budaya masing-masing. Sekuen ini diatraksikan oleh gerak lincah penari yang membawa kuda-kudaan dari kertas atau Jaranan seakan membawa pengunjung kembali ke masa lampau serta beberapa boneka beruang raksasa yang melintasi area karnaval dengan sepeda.

Sekuen keempat yaitu “Candyland” yang menggambarkan kuliner khas Nusantara yang mendunia. Kostum para penari kali ini terinspirasi dari bentuk kembang gula dan gulali.

Pengunjung kemudian dibuat terpukau oleh sekuen “Esmod” dengan gerak gemulai penari pria yang memakai gaun putih layaknya pengantin perempuan berpadu dengan sayap berumbai warna putih di punggungnya.

Sekuen ini menggambarkan kesuksesan para desainer muda berbakat di mana hasil karya anak bangsa sudah menjadi bagian tren mode Indonesia dan dunia.

Perpaduan antara budaya lokal dan barat pun sangat kental kala pengunjung disuguhkan oleh puluhan penari yang mengenakan kostum wayang, yang merupakan kesenian khas dari Jawa dan riasan ala film Avatar besutan sutradara Hollywood Steven Spielberg dalam sekuen “Avantasia”.

Menuju puncak karnaval, penari dengan kostum berwarna putih yang terinspirasi dari burung Phoenix menari menggambarkan keindahan “Negeri di Atas Awan” pada sekuen kedelapan.

Rombongan penari dari Jember pun tak kalah meriahnya dalam sekuen “Jember Fashion Carnaval” ketika mereka memamerkan kostum yang pernah dipakai saat Jember Fashion Carnaval. Bahkan, ada salah satu penari yang membawakan kostum dengan lambang Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB). Sekuen ini menggambarkan fashion khas Indonesia sudah mendunia yang terpadu di dalam Jember Fashion Carnaval.

Sebagai penutup dari seluruh rangkaian parade, tema “Love and Harmony” hadir menggambarkan cinta dan keselarasan pesona ragam bumi Nusantara. Mobil hias dengan bentuk hati pun melintas dengan apik seperti membawa sebuah pesan milikilah kasih terhadap sesama.

Gading Nite Carnival 2016 kemudian ditutup dengan keindahan kembang api yang menghiasi langit Jakarta Timur tersebut selama sekitar 15 menit.

Kemegahan Gading Nite Carnival ialah titik awal kemeriahan rangkaian JFFF yang masih akan berlangsung hingga 22 Mei mendatang. Dalam rangkaiannya, JF3 akan menampilkan presentasi koleksi rancangan ragam kain Nusantara dari desainer terkenal seperti Didi Budiardjo, Chossy Latu, Ghea Panggabean, Hian Tjen, Itang Yunasz, Musa Widyatmodjo, Priyo Oktaviano, dan Hengky Kawilarang.

Festival fashion akan berlangsung hingga 15 Mei dengan berbagai suguhan acara menarik yang dapat dilihat di www.jfff.info.

Sementara itu, festival makanan akan berlangsung hingga 22 Mei yang menghadirkan beragam kuliner Nusantara yang tersaji dalam kemasan Kampoeng Tempo Doeloe dengan tema “Pecinan”. Berdampingan dengan food festival, pameran Wine and Cheese juga dihadirkan untuk memenuhi pertukaran budaya dengan negara lain.

Editor : Bayu Probo


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home