Setiap 28 Jam Satu LGBT Dibunuh di Brasil
SAO PAULO, SATUHARAPAN.COM - Setiap 28 Jam, seorang dari antara mereka yang berorientasi seksual Lesbian, Gay, Bisexual and Transgender (LGBT) dibunuh di Brasil.
Ini menurut data yang dilansir oleh Grupo Gay da Bahia, satu dari sedikit organisasi di kalangan gay di Brasil, yang menerbitkan data tentang kejahatan yang dimotivasi oleh LGBT-fobia di negara itu.
Menurut data yang mereka himpun, tahun ini saja sudah ada 160 LGBT yang terbunuh.
Tahun lalu jumlahnya 319 dan dalam empat tahun terakhir berjumlah 1.600.
Namun, kata mereka, sebagaimana diberitakan oleh huffingtonpost.com, data ini tidak mencerminkan jumlah kekerasan yang sesungguhnya terhadap populasi LGBT.
Karena tidak ada hukum federal yang mendorong polisi mendata kejahatan yang dipicu oleh LGBT-fobia, menurut lembaga ini, data korban jauh lebih besar.
Grupo Gay da Bahia memperkirakan setidaknya seorang LGBT terbunuh setiap 28 jam di Brasil.
Kecenderungan yang mengkhawatirkan ini telah menyebabkan Brasil jadi berita utama dunia, di tengah masih terkejutnya publik internasional dengan Tragedi Orlando, yang menewaskan 49 orang di sebuah klub malam kaum gay.
Dalam sebuah artikel yang diterbitkan oleh The New York Times awal Juli, Brasil disebut sebagai puncak dari epidemi kekerasan anti-gay.
Jumlah LGBT yang terbunuh di Brasil yang merupakan terbanyak di dunia.
Kini kekhawatiran kalangan LGBT semakin bertambah, seiring dengan munculnya Jair Bolsonaro, seorang anggota kongres anti-gay, yang merupakan kandidat potensial untuk turut dalam Pilpres di Brasil tahun 2018 dan memiliki lebih dari 3 juta follower Facebook.
Pada 3 Juli lalu, para pengunjuk rasa berkumpul di salah satu jalan utama di Sao Paulo, untuk memberi dukungan kepada Jair Bolsonaro yang tengah diselidiki oleh Komite Etik Parlemen karena telah memuji penyiksaan yang dilakukan oleh kediktatoran militer Brasil pada saat pelaksanaan pemungutan suara pemakzulan Presiden Dilma Rousseff.
Jair Bolsonaro juga adalah terdakwa pada Mahkamah Agung karena menghasut perkosaan.
Jair Bolsonaro dikenal sebagai anggota Kongres yang homofobia dan rasis.
Dukungan rakyat kepada Jair Bolsonaro, bagi kalangan LGBT menakutkan sebab pada saat yang sama, pembunuhan terhadap kalangan mereka terus berlangsung.
Pada hari yang sama dengan terjadinya unjuk rasa, media menerbitkan artikel tentang kematian Diego Vieira Machado, seorang mahasiswa Sastra di Universitas Federal Rio de Janeiro (UFRJ).
Diego yang berusia 29 tahun ditemukan tewas di kampus Fundão, yang terletak di wilayah utara Rio, dalam keadaan semi-telanjang dan menunjukkan tanda-tanda korban kekerasan.
Diego adalah seorang gay, kulit hitam, miskin dan lahir di utara Brasil, dan menurut teman-temannya telah mengalami beberapa ancaman.
Sehari sebelumnya, seorang LGBT dilaporkan tewas. Ia bernama André Felipe Colares, berusia 24 tahun.
Dia ditemukan tak bernyawa setelah pesta kelulusan di Universitas Negeri Montes Claros (Unimontes), di negara bagian Minas Gerais.
Dia memiliki luka di lehernya dan menunjukkan tanda-tanda penyiksaan.
Menurut keluarganya, André adalah gay.
Pada bulan Juni, setidaknya tiga kejahatan lain yang berkaitan dengan LGBT-fobia dilaporkan di media Brasil.
Di Rio de Janeiro, tubuh Wellington Mendonca, 24 tahun ditemukan di Olaria, di wilayah utara Rio, dengan wajah rusak dan penuh darah.
Di Manaus, seorang waria berusia 21 tahun yang diidentifikasi sebagai Gabriel Vieira Lima ditikam di leher oleh dua orang yang mengendarai sepeda motor.
Meskipun polisi mendaftarkan kasus ini sebagai kasus kejahatan perampokan (pencurian diikuti dengan kematian), tidak ada benda yang diambil dari korban.
Dua hari sebelumnya, dua guru gay dari sekolah umum di Santaluz, Bahia, 260 km dari Salvador, meninggal dan ditemukan di dalam bagasi mobil di sisi jalan.
Kedua korban dan kendaraan mereka ditemukan hangus.
Semua kejahatan ini terjadi dalam waktu kurang dari satu bulan dan itu baru yang ditampilkan di media Brasil.
Munculnya pidato konservatif dan LGBT-fobia oleh tokoh-tokoh masyarakat seperti Jair Bolsonaro (dan banyak lagi tokoh demikian di Brasil) diyakini menjadi salah satu faktor penyumbang gelombang serangan mematikan terhadap populasi LGBT di Brasil.
Editor : Eben E. Siadari
Penasihat Senior Presiden Korsel Mengundurkan Diri Masal
SEOUL, SATUHARAPAN.COM - Para penasihat senior Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol, termasuk kepala...