Loading...
RELIGI
Penulis: Trisno S Sutanto 20:01 WIB | Selasa, 11 November 2014

Sidang Raya XVI PGI: Melawan “Tehom”

Pembukaan Sidang Raya XVI PGI
Pdt. Dr. Andreas A. Yewangoe (Ketum PGI) dan Pdt. Gomar Gultom (Sekum PGI) menabuh bedug saat pembukaan Sidang Raya XVI PGI. (Foto: Zakaria Ngelow)

GUNUNGSITOLI, SATUHARAPAN.COM – Hõlihõli wanguhugõ si hasara tõdõ ba wanuno So’aya...! Serukanlah kesepakatan untuk memuji Tuhan!

Dengan seruan itu, yang disambut oleh jemaat lelaki dengan seruan “Huuu..!” dan lantunan “Hiii...!” dari jemaat perempuan, maka prosesi ibadah pembukaan Sidang Raya XVI PGI dimulai kemarin (11/11) di pinggir pantai kota Gunung Sitoli. Cuaca Gunung Sitoli yang sehari sebelumnya diguyur hujan deras, kemarin justru panas terik. Lebih dari 3000 orang, mulai dari peserta resmi Sidang Raya, pengamat, peninjau, mitra luar negeri PGI sampai koor massal warga jemaat yang berasal dari seluruh pelosok pulau Nias maupun masyarakat sekitar, hadir dan membuat pembukaan Sidang Raya XVI PGI berlangsung marak.

Apalagi setelah ibadah pembukaan selesai, Wakil Presiden RI H. Muhammad Jusuf Kalla, Menteri Agama Lukman Hakim Saefuddin, Gubernur Sumatera Utara dan kelima bupati di pulau Nias serta jajaran terkait, ikut menghadiri acara pembukaan itu.

Di dalam khotbahnya yang penuh inspirasi, Pdt. Dr. Tuhoni Telaumbanua (Ephorus BNKP) mengingatkan bahwa “samudera raya” (tehom) bukan hanya berbentuk bencana alam yang kerap melanda negeri kita, tetapi yang jauh lebih berbahaya dan mematikan adalah “tehom ciptaan manusia”. Dan itu adalah keserakahan (greed) yang telah menjiwai sistem perekonomian dan bahkan menjadi dorongan utama cara hidup kita selama ini, sehingga mengakibatkan kemiskinan, ketidakadilan, radikalisme, serta ancaman bencana ekologis.

Draft PTPB (Pokok-pokok Tugas Panggilan Bersama) 2014 – 2019 yang akan dibicarakan dalam Sidang Raya kali ini juga merujuk pada keprihatinan sama, dan merekomendasikan penyemaian dan pengembangan “spiritualitas keugaharian” guna melawan semangat keserakahan. Bahkan gereja-gereja sedunia dewasa ini mengambil inisiatif untuk mulai memikirkan “garis batas keserakahan” (greedy line), bukan lagi “garis batas kemiskinan” (poverty line) yang sudah lama dikenal.

Karena gereja-gereja sadar bahwa mereka dipanggil untuk memberitakan “kabar baik”, yakni “kabar pembebasan bagi orang-orang tertindas” (bdk. Luk. 4: 18-19) untuk melawan kekuatan tehom itu. Semoga Sidang Raya XVI PGI dapat menjawab panggilan itu. Karena, kalau gagal, bukan tidak mungkin gereja-gereja justru menjadi tehom bagi sesama!


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home