Loading...
DUNIA
Penulis: Sabar Subekti 11:49 WIB | Senin, 23 Oktober 2023

Tabrakan Kapal di Laut Cina Selatan, China dan Filipina Saling Tuding

Bendera Filipina berkibar di BRP Sierra Madre, kapal Angkatan Laut Filipina tua yang kandas sejak 1999 dan menjadi detasemen militer Filipina di Second Thomas Shoal yang disengketakan, bagian dari Kepulauan Spratly, di Laut Cina Selatan. (Foto: dok. Reuters)

MANILA, SATUHARAPAN.COM-China dan Filipina saling tuding mengenai tabrakan kapal di perairan yang disengketakan di Laut Cina Selatan ketika kapal-kapal China memblokir kapal Filipina yang memasok pasukan ke sana pada hari Minggu (22/10), yang terbaru dari serangkaian konfrontasi maritim.

Kedua negara telah banyak terlibat perselisihan di wilayah Laut Cina Selatan dalam beberapa bulan terakhir, terutama di Second Thomas Shoal yang disengketakan, bagian dari Kepulauan Spratly.

Filipina telah mengirimkan pasokan kepada pasukan yang ditempatkan di kapal angkut berkarat era Perang Dunia Kedua yang digunakan sebagai pos terdepan di perairan dangkal tersebut, sehingga menyebabkan penjaga pantai China berulang kali mengerahkan kapal untuk memblokir misi pasokan tersebut.

Dalam insiden pada Minggu (22/10) pagi, penjaga pantai China mengatakan telah terjadi “tabrakan kecil” antara salah satu kapalnya dan kapal Filipina sementara penjaga pantai “secara sah” menghalangi kapal tersebut untuk mengangkut “bahan konstruksi ilegal” ke kapal perang tersebut.

Manila menanggapinya dengan mengecam “sedalam-dalamnya” “manuver pemblokiran yang berbahaya” terhadap kapal China.

“Tindakan China yang berbahaya, tidak bertanggung jawab, dan ilegal” adalah “pelanggaran kedaulatan, hak kedaulatan, dan yurisdiksi Filipina,” kata Satuan Tugas Manila untuk Laut Filipina Barat dalam sebuah pernyataan.

Beijing mengklaim kedaulatan atas hampir seluruh Laut Cina Selatan, termasuk sebagian zona ekonomi eksklusif Filipina, Vietnam, Malaysia, Brunei, dan Indonesia. Pengadilan Arbitrase Permanen pada tahun 2016 menyatakan klaim China tidak memiliki dasar hukum.

Pekan lalu, militer Filipina menuntut China menghentikan tindakan “berbahaya dan ofensif” setelah sebuah kapal angkatan laut China membayangi dan berusaha menghentikan kapal angkatan laut Filipina yang sedang melakukan misi pasokan.

China telah memperingatkan Filipina agar tidak melakukan “provokasi” lebih lanjut, dengan mengatakan bahwa tindakan tersebut melanggar kedaulatan wilayahnya.

Tabrakan hari Minggu terjadi saat misi pasokan rutin sebuah kapal yang dikontrak oleh angkatan bersenjata Filipina, kata Manila. “Tindakan provokatif, tidak bertanggung jawab, dan ilegal” yang dilakukan kapal penjaga pantai China “membahayakan keselamatan awak” kapal Filipina, kata gugus tugas tersebut.

Penjaga pantai China mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa kapal Filipina telah mengabaikan peringatan berulang kali, melewati haluan kapal China dan “dengan sengaja menimbulkan masalah,” sehingga menyebabkan tabrakan.

“Perilaku Filipina sangat melanggar aturan internasional tentang menghindari tabrakan di laut dan mengancam keselamatan navigasi kapal kami,” kata penjaga pantai.

Manila mengatakan, kapal perang BRP Sierra Madre pada tahun 1999 sebagai bagian dari klaim kedaulatannya atas Second Thomas Shoal, yang terletak dalam zona ekonomi eksklusif sepanjang 200 mil. (AP)

Editor : Sabar Subekti


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home