Loading...
MEDIA
Penulis: Diah Anggraeni Retnaningrum 16:23 WIB | Rabu, 08 Juli 2015

Tagar #Christians4Ramadan: Solidaritas Umat Kristen di Bulan Puasa

Katy Niels, warga AS Kristen yang ikut berpuasa selama bulan Ramadan. (Foto: bbc.com)

AMERIKA SERIKAT, SATUHARAPAN.COM – Tanda pagar (tagar) #Christians4Ramadan rupanya menjadi perhatian khusus bagi warga Amerika Serikat. Tagar ini rupanya menjadi bentuk solidaritas umat Kristen pada umat Muslim yang ikut berpuasa selama bulan Ramadan.

Seorang warga negara AS Katy Niles ikut dalam gerakan ini. Tagar ini ramai digunakan pada akhir Juni lalu dan telah dikicaukan di media sosial Twitter lebih dari 2000 kali.

Seperti yang dilaporkan oleh bbc.com, Rabu (8/7), #Christians4Ramadan terinspirasi dari gerakan #Muslims4Lent yang sudah lebih dulu dilakukan. Gerakan ini merupakan bentuk solidaritas umat Muslim untuk umat Kristen dengan ikut melakukan puasa pra-Paskah selama 40 hari.

Ketika diwawancarai oleh BBC, Katy mengungkapkan bahwa ada beberapa alasan mengapa dia terlibat dalam gerakan #Christians4Ramadan. Alasan yang pertama adalah membalas perhatian dan ungkapan kasih warga Muslim yang telah lebih dulu ikut berpuasa selama 40 hari pada masa pra-Paskah beberapa waktu yang lalu.

“Dalam beberapa tahun terakhir, saya mendengar banyak cerita tentang bagaimana umat Muslim dan Kristiani membantu satu sama lain dan melindungi satu sama lain dari kekerasan agama. Saya juga mulai mengajar di sebuah keluarga Muslim tahun lalu, dan saya mulai melihat bagaimana mereka sangat berorientasi pada perdamaian dan kasih - sangat berbeda dengan apa yang banyak digambarkan oleh media,” kata dia.

“Jadi ketika saya melihat umat Muslim berpartisipasi untuk ikut berpuasa bersama saya dan kawan-kawan yang lain selama 40 hari menjelang Paskah, saya sangat terharu. Jadi saya mengatakan kepada diri sendiri: Oke! Saya akan bergabung dengan Anda saat Ramadan!"

Katy mengaku bahwa setelah dia menggunakan #Christians4Ramadan di media sosialnya, dia menyadari bahwa banyak umat Kristen juga ikut berpuasa dengan umat Muslim. Dia senang bahwa bukan hanya dia saja umat Kristen yang ikut berpuasa.

Pengalaman Puasa yang Berbeda

Pengalaman puasa kali ini memang dirasakan berbeda olehnya. Pekerjaan dan aktivitas menuntutnya untuk banyak minum air putih.

“Saya sarapan ketika saya bangun tidur (setelah matahari terbit) dan puasa hingga Maghrib. Saya harus minum air putih karena di tempat saya dan aktivitas saya. Saya sering melakukan puasa dalam tradisi Kristen, tetapi pengalamannya berbeda,” kata Katy.

Katy juga mengungkapkan bahwa pengalamannya berpuasa saat Ramadan dijalani dengan kasih, bukan ketegaran.

Menjadi Mualaf?

Katy mengatakan bahwa keluarga dan beberapa rekannya menanyakan apakah dia akan menjadi mualaf dengan ikut berpuasa selama Ramadan. Namun dia menampik pendapat itu.

“Saya tidak ingin ini menjadi tentang mengubah agama seseorang atau ‘memenangkan’ agama yang satu di atas agama yang lain,” kata dia.

Saat ini, kata dia, saudara-saudara Muslim di AS hampir tak punya suara karena kelompok fundamentalis yang mengklaim dirinya Islam. Umat Muslim menjadi terpinggir di Amerika, karena masyarakat AS cenderung percaya apa yang kita lihat atau dengar - bahwa ISIS adalah Islam dan semua Islam ingin kami mati karena kami "kafir".

Kepada dia, kerabat Muslimnya menjelaskan bahwa itu tidak benar. Dengan menjalin hubungan yang baik dengan mereka, Katy mengaku bahwa tidak hanya diajarkan dengan kata-kata tapi juga dengan perilaku dan cara menjalani hidup dengan baik.

Editor : Eben Ezer Siadari


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home