Loading...
SAINS
Penulis: BPK PENABUR Jakarta 14:29 WIB | Selasa, 19 Maret 2024

Tak Segampang Itu, Perjuangan SDK PENABUR Kota Modern Jadi Sekolah Adiwiyata

Tak Segampang Itu, Perjuangan SDK PENABUR Kota Modern Jadi Sekolah Adiwiyata
Benjamin Adipati Alexander, siswa kelas 1 SDK PENABUR Kota Modern (Foto : BPKPJakarta)
Tak Segampang Itu, Perjuangan SDK PENABUR Kota Modern Jadi Sekolah Adiwiyata
Piala yang didapatkan oleh SDK PENABUR Kota Modern (Foto : BPKPJakarta)
Tak Segampang Itu, Perjuangan SDK PENABUR Kota Modern Jadi Sekolah Adiwiyata
Siswa/i SDK PENABUR Kota Modern (Foto : BPKPJakarta)
Tak Segampang Itu, Perjuangan SDK PENABUR Kota Modern Jadi Sekolah Adiwiyata
Hasil recycle yang dibuat oleh siswa/i SDK PENABUR Kota Modern(Foto : BPKPJakarta)

TANGERANG, SATUHARAPAN.COM-Menumbuhkan rasa peduli terhadap lingkungan bukanlah hal yang gampang. Oleh karena itu, dengan giat SDK PENABUR Kota Modern berupaya menanamkan kebiasaan-kebiasaan yang memupuk kepedulian lingkungan secara nyata kepada siswa.

Di sekolah dengan ciri khas “Peduli Lingkungan” ini, kegiatan kepedulian lingkungan rutin dilakukan, seperti membersihkan diri sendiri dan lingkungan melalui lomba kelas bersih dan kelas sehat yang dilakukan dua kali dalam satu semester.

“Ciri khas tersebut tentunya sejalan dengan program ‘Sekolah Adiwiyata’ yang digalakkan pemerintah kota tangerang serta nilai-nilai dari BPK PENABUR salah satunya PKBN2K, kepedulian. Sejak 2020 kami sudah ikut berpartisipasi dan ternyata tak segampang itu untuk mendapatkan predikat ‘Sekolah Adiwiyata’.” ujar Antonius Benuwarti, Kepala SDK PENABUR Kota Modern.

Beberapa rubrik kriteria penilaian harus terpenuhi mencakup lingkungan bersih, memanfaatkan lingkungan sendiri untuk go green, memanfaatkan barang-barang yang tak terpakai menjadi berguna, mengurangi penggunaan sampah plastik, mengelola sampah dengan baik, penghijauan di lingkungan sekolah, dan pengelolaan air yang baik dengan membuat lubang-lubang biopori.

“Biasanya tim dari pemerintah kota Tangerang akan datang untuk cross check dengan mewawancarai anak-anak guna memastikan apakah rubrik penilaian yang sudah diisi dan di upload sesuai sama penerapan pada siswa.” jelas Antonius.

Pada tahun 2020 SDK PENABUR Kota Modern masih belum memenuhi syarat ‘Sekolah Adiwiyata’, sehingga harus melakukan pengulangan pada tahun berikutnya.

“Kami melakukan lebih banyak lagi penghijauan di lingkungan sekolah dengan melibatkan siswa sebagai penggerak. Jadi, setiap melakukan program ada beberapa siswa yang mengenakan selempang ‘Kader Adiwiyata’ sehingga siswa lainnya sadar dan ikut melakukan aksi peduli lingkungan.” tutur Poppy Febrina Purba guru SDK PENABUR Kota Modern sekaligus PIC ‘Sekolah Adiwiyata’.

Perjuangan yang memakan waktu panjang ternyata berbuah manis, pada tahun 2023 SDK PENABUR Kota Modern akhirnya berhasil meraih predikat ‘Sekolah Adiwiyata’ tingkat Kota dan di tahun 2024 masuk ke tingkat provinsi.

“Pada tingkat provinsi tentu kami melakukan lebih banyak lagi inovasi terkait penghijauan, seperti memanfaatkan galon bekas menjadi pot tanaman yang kemudian melibatkan siswa untuk membawa dan menghiasnya.” tutur Poppy yang juga berbagi bagaimana para siswa begitu senang ketika melakukan proses mengecat sampai lupa kalau bel istirahat sudah berbunyi.

“Selanjutnya, mengkombinasikan mata pelajaran P5 dan project based learning (PjBL). Misalnya pada siswa kelas 1 mereka membuat eco enzym dengan memanfaatkan kulit jeruk untuk dijadikan sabun pembersih. Lalu, nanti akan ada lagi proyek eco enzym dengan memanfaatkan sisa kulit buah dan sayuran yang bisa dimanfaatkan menjadi pupuk juga kecantikan.” lanjut Poppy menjelaskan.

“Aku sangat senang dapat melakukan proyek eco enzym bersama guru dan teman-teman di kelas. Pertama-tama aku potong-potong kulit jeruk yang dibawa dari rumah, kemudian dimasukkan ke dalam botol air mineral yang kubawa. Lalu, jangan lupa masukkan cuka dan diamkan selama dua minggu. Setelah itu, eco enzym dapat dimanfaatkan menjadi pembersih.”  cerita Benjamin Adipati Alexander, siswa kelas 1 SDK PENABUR Kota Modern.

“Sebelumnya pemerintah kota Tangerang mengadakan pelatihan terkait eco enzym dan eco bridge kepada siswa dalam rangka ‘Sekolah Adiwiyata’, lalu mereka terapkan bersama guru baik dalam mata pelajaran, intrakurikuler, maupun ekstrakurikuler.” kata Antonius. Misalnya saja, pada ekstrakurikuler design penerapannya dengan membuat poster digital bertema kesadaran lingkungan. Jadi, semua aktivitas di sekolah terintegrasi dengan ‘Peduli Lingkungan’.

Cerita berbeda datang dari Nataneila Melva Arawinda, siswa kelas 5 SDK PENABUR Kota Modern yang menggalakkan operasi semut bersama teman-teman dengan bimbingan wali kelas.

“Setiap pulang sekolah kami melakukan operasi semut dengan mengambil sampah di sekitar kelas selama 10 menit, lalu dibuang ke tempatnya. Jadi, ketika jadwal piket tim hanya membereskan meja dan kursi saja.” tutur Nataneila.

Di samping itu, Nataneila dan teman-teman juga memanfaatkan barang bekas yang bisa digunakan kembali, seperti memanfaatkan botol air mineral bekas untuk dijadikan tempat alat tulis siswa yang tertinggal di kelas.

Kemudian, siswa dan guru-guru SDK PENABUR Kota Modern turut melakukan kerja bakti di sekitar lingkungan sekolah agar bebas dari sampah.

“Saya selalu ingatkan siswa untuk buang sampah pada tempatnya berulang-ulang kali agar mereka ingat. Terkadang saya kerap menunjukkan gambar gunung sampah agar mereka sadar dan mau menggerakkan tangan untuk ambil sampah, sehingga lingkungan belajar jadi nyaman dan tidak bau.” ungkap Poppy yang selalu sabar untuk terus mengingatkan siswa tentang pentingnya membuang sampah pada tempatnya.

Editor : Eti Artayatini


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home