Loading...
FLORA & FAUNA
Penulis: Melki Pangaribuan 12:26 WIB | Senin, 08 Juni 2015

Ternak Berkeliaran di Jalan Raya Picu 800 Kecelakaan

Dua warga tewas dalam kecelakaan di dekat Halls Creek pada tahun 2010, setelah seekor sapi masuk ke jalan raya. (Foto: radioaustralia.net.au)

AUSTRALIA, SATUHARAPAN.COM - Otoritas Australia Barat didesak segera menangani ternak yang berkeliaran di jalan raya. Departemen Jalan Raya menyebutkan tahun lalu ternak yang berkeliaran telah memicu lebih dari 800 kecelakaan di jalan.

Tiga orang tewas karena tabrakan yang terkait dengan ternak selama lima tahun terakhir di Kimberley, termasuk salah satunya adalah gadis berusia 13 tahun yang tewas di jalan raya di Kota Derby.

Anggota parlemen dari Partai Hijau, Robin Chapple, yang tinggal di Derby mengatakan hanya tinggal masalah waktu saja sebelum nyawa warga lainnya terrenggut karena persoalan yang sama.

"Mendesak sekali untuk menjauhkan ternak ini dari jalan raya, karena kita tidak dapat diam menunggu ada warga lain yang tewas,” kata Robin Chapple seperti dilansir radioaustralia.net.au, Senin (8/6).

"Saya pernah juga mengalami beberapa kali, saya kira ternak itu akan diam saja di pinggir jalan tapi ketika kendaraan kita mendekat ternak itu terkejut dan malah berlari ke tengah jalan,” katanya.

"Ternak yang berkeliaran di jalan raya telah menjadi bahaya yang terus menerus menghantui warga yang tinggal dan bepergian di kawasan Utara Australia Barat,” katanya.

Menurut Statistik jalan utama, tahun lalu ada 670 tabrakan ternak yang terjadi di Pilbara dan 165 di Kimberley.

Ada puluhan peternakan yang terdapat di sekitar jalur utama jalan raya seperti di the Great Northern Highway dan juga North West Coastal Highway, dan ternak yang melarikan diri dari peternakan dan merumput di sekitar jalan raya menjadi pemandangan umum.

Perusahaan penggembala ternak bertanggung jawab menjaga agar ternak tetap berada didalam kawasan berpagar. Tapi Ketua Asosiasi Peternak Kimberley, Peter Camp mengatakan situasinya tidak semudah itu.

Menurutnya pagar mereka terus menerus rusak dan hilang. "Kebanyakan isu terkait ternak yang berkeliaran bukan hanya karena masalah pagar, tapi juga berkaitan dengan bencana alam seperti kebakaran dan banjir,” kata Camp.

"Dan tentu saja, ada sebagian warga yang meninggalkan pintu gerbang mereka terbuka atau memotong pagar untuk bisa masuk ke kawasan itu. Ini merupakan isu yang terus berlangsung dan semakin banyak insiden terjadi seiring dengan semakin banyaknya pengguna jalan raya nasional,” katanya.

Jadi menurut Camp tidak adil jika hanya menyalahkan pihak penggembala atas masalah ini.

Sementara itu Direktur Operasi di Kawasan ini, Peter Sewell mengatakan pemerintah telah menganggarkan dana senilai 12 juta dolar Australia atau sekitar Rp 1,22 miliar yang akan digelontorkan selama empat tahun mendatang dalam program mitigasi binatang.

"Kami mendanai 50 persen dari upaya pemagaran kawasan penggembalaan ternak di area ini dan jika sudah rampung nanti, barulah kemudian nanti para penggembala yang bertanggung jawab memelihara pagar di kawasan ini," katanya.

Sewell juga mengatakan pemerintah tengah melakukan uji coba untuk menekan angka kecelakaan di jalan karena tabrakan dengan ternak, mulai dari uji coba tanda pengenal ternak di kuping yang bisa memantul, hingga pemasangan pagar runcing.

Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home