Loading...
SAINS
Penulis: Sotyati 11:23 WIB | Jumat, 01 Juli 2016

UKSW Gelar Seminar Hadapi Tantangan MEA

Suasana seminar yang diselenggarakan Program Studi Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Komunikasi (Fiskom) Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) di Auditorium FTI UKSW, Selasa, 28 Juni, hasil kerja sama dengan Kemlu RI. (Foto: uksw.edu)

SALATIGA, SATUHARAPAN.COM - Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang resmi dicanangkan pada tanggal 31 Desember 2015 diharapkan dapat semakin memperkuat hubungan sepuluh negara yang tergabung di dalamnya. Desain MEA yang melingkupi tiga pilar, yakni pilar politik-keamanan, pilar ekonomi, dan pilar sosial budaya ini juga memberikan tantangan bagi masyarakat.

Kasubdit Penerangan, Kebudayaan, dan Pendidikan Direktorat Kerja Sama Fungsional ASEAN Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Republik Indonesia, S Sayoga Kadarisman, mengemukakan hal itu di hadapan peserta seminar bertema “ASEAN: Satu Visi, Satu Identitas, Satu Komunitas”.  Seminar yang diselenggarakan Program Studi Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Komunikasi (Fiskom) Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) di Auditorium FTI UKSW, Selasa (28/6) itu merupakan hasil kerja sama dengan Kemlu RI.

Sayoga Kadarisman berpendapat, beragam tantangan dari ketiga pilar tersebut dapat kapan saja muncul dari antara anggota masyarakat ASEAN, mengingat  masing-masing negara memiliki perbedaan sistem politik, kondisi sosial masyarakat, tingkat pembangunan dan ekonomi, bahkan kualitas sumber daya manusia. Ia mengingatkan, kawasan ASEAN juga memiliki banyak tantangan seperti konflik perbatasan baik daratan maupun perairan, kebangkitan Tiongkok dan India, serta ketegangan hubungan antarnegara maju di kawasan Asia Timur. Padahal, dengan berlakunya MEA, aturan yang dulunya longgar akan berubah ketat dan mengikat serta bergerak lebih cepat menuju ASEAN yang satu visi, satu identitas, dan satu komunitas.

“Tantangan tersebut dapat saja dilalui dengan baik. Beberapa cara yang dapat ditempuh antara lain adalah dengan mempererat kerja sama di bidang politik dan keamanan guna memperkuat kedamaian di kawasan ASEAN, meningkatkan ekonomi yang kompetitif, memperkecil giat pembangunan antaranggota, dan memanfaatkan sumber daya manusia yang muda dan produktif,” katanya.

Perkuat Bidang Pendidikan

Hadir pula sebagai pembicara dalam seminar itu Kasubdit Iptek, Lingkungan Hidup dan Penanggulangan Bencana Direktorat Kerja Sama Fungsional ASEAN Kemlu RI, Gatot Hari Gunawan. Gatot berpendapat tantangan yang muncul dalam era MEA dapat diantisipasi dengan penguatan di bidang pendidikan.

KTT ke-14 ASEAN di Thailand, dia mencontohkan, menghasilkan deklarasi penguatan kerja sama pendidikan. Hal tersebut merupakan langkah untuk memperkuat peranan pendidikan dalam membangun masyarakat ASEAN. “Saat ini bahkan tengah digodok ASEAN 5 Year Work Plan on Education 2016 – 2020 serta peluang di bidang pendidikan melalui The ASEAN University Network, The ASEAN Curriculum Sourcebook, dan The ASEAN International Mobility for Student,” dia menambahkan.

Gatot menuturkan hal tersebut juga membuka peluang bagi pemuda Indonesia untuk melanjutkan pendidikan ke berbagai universitas di lingkup ASEAN. Bahkan, saat ini Kemristekdikiti menargetkan mengirim lebih dari 5.000 pelajar untuk melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi hingga 2019.

Rektor UKSW John A Titaley mengapresiasi gelaran seminar ini. Dia berharap kegiatan itu dapat memberikan arahan yang tepat sehingga dapat menghasilkan profesional muda dalam kaitan hubungan internasional bagi Indonesia.

Ketua panitia acara, Triesanto Romulo, menyampaikan kegiatan yang juga dirangkai dengan simulasi sidang ASEAN sehari sebelumnya itu diharapkan dapat mempersiapkan mahasiswa  untuk terjun dan menghadapi era global dengan berbagai tantangannya. (uksw.edu)

Editor : Sotyati


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home