Loading...
INDONESIA
Penulis: Prasasta Widiadi 12:51 WIB | Minggu, 21 September 2014

Yenny Wahid Ajak Masyarakat Hentikan Kekerasan

Yenny Wahid Ajak Masyarakat Hentikan Kekerasan
Yenny Wahid saat berorasi di hadapan massa yang hadir memperingati Hari Perdamaian Internasional, Minggu (21/9). (Foto-foto: Prasasta Widiadi).
Yenny Wahid Ajak Masyarakat Hentikan Kekerasan
Menteri Agama, Lukman Hakim Saifuddin saat berorasi di hadapan massa yang hadir memperingati Hari Perdamaian Internasional, Minggu (21/9).

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Salah satu putri mendiang mantan presiden Indonesia, K.H. Abdurrahman Wahid, Yenny Wahid menyerukan masyarakat Indonesia menghentikan aksi-aksi kekerasan, guna mewujudkan toleransi.

Ajakan Yenny Wahid tersebut dilakukannya di Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta saat memberi sambutan pada International Day of Peace, Hari Perdamaian Internasional yang diprakarsai oleh Wahid Institute.

“Saat ini kita harus bersikap tegas, bahwa di luar sana masih banyak kekerasan, masih banyak sikap intoleran di sekitar kita, untuk itu kita hentikan kekerasan, dan mulai memupuk toleransi,” kata Yenny. 

International Day of Peace dihadiri lebih dari ratusan partisipan, yang berasal dari berbagai komunitas antara lain Institute Titian Perdamaian, Gerakan Mari Berbagi, Revolusi Harmoni, Jaringan Masyarakat Cinta Damai, Jaringan Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan.

Para tokoh ternama yang hadir antara lain Puteri Pariwisata Indonesia 2014 Estelita Liana, dan budayawan Jaya Suprana, beberapa duta besar negara asing,  dan anggota keluarga dari mendiang mantan presiden Indonesia K.H. Abdurrahman Wahid, antara lain; Yenny Wahid, Alissa Wahid, dan Shinta Nuriyah Wahid.

Yenny menjelaskan bahwa kegiatan ini sekaligus sebagai peringatan hari kelahiran Gus Dur pada 7 September, sekaligus juga sebagai peringatan 10 tahun Wahid Institute.

“Semua pihak menginginkan berdamai, betul tidak,” kata Yenny.

“Kita semua mau damai, tetapi kenapa saat ini masih banyak konflik,” tanya Yenny.

Yenny mengajak seluruh elemen masyarakat untuk berdamai dengan diri sendiri, dan menghentikan konflik berbau sektarian, ataupun budaya. Dalam kesempatan itu, Yenny mengulangi apa yang pernah diutarakan mendiang ayahnya bahwa perdamaian tanpa keadilan sama seperti sebuah ilusi.

“Saat ini perlu sebuah komitmen tidak hanya dari satu instansi pemerintahan saja untuk menciptakan kedamaian, akan tetapi sebuah pemerintahan baru yang benar-benar  memiliki komitmen bersama untuk terus memperjuangkan nilai-nilai hak asasi manusia dan perdamaian bagi semua kalangan tanpa membedakan agama, suku, warna kulit, dan keyakinan,” kata Yenny.

Yenny menambahkan bahwa International Peace Day menjadi penting untuk diperingati, tidak saja sebagai sebuah gerakan perdamaian yang dilakukan masyarakat akar rumput, juga sebagai perjuangan terus menerus dalam menciptakan kondisi sosial masyarakat Indonesia yang semakin baik.

Dalam peringatan itu, seluruh peserta arak-arakan bergerak dari salah satu sudut Monumen Nasional pukul 06:30 dan tiba di Tugu Selamat Datang kira-kira pukul 08:15, dengan iring-iringan Marching Band dari Istana Yatim Nurul Mukhlisin Bekasi.

Setibanya di depan Plaza Indonesia, para peserta langsung menggelar salam perdamaian dan juga dengan disertai dengan spanduk-spanduk dan tulisan yang mengajak seluruh warga Indonesia mulai bertoleransi. 

Sebelum para peserta melakukan arak-arakan dari Monumen Nasional, Shinta Nuriyah Wahid meresmikan peringatan Hari Perdamaian Internasional itu didampingi Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin.

Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home