Loading...
RELIGI
Penulis: Kartika Virgianti 14:45 WIB | Senin, 16 Juni 2014

Yewangoe: Nyanyian Gereja Buat Umat Lebih Hayati Ibadah

Pendeta Dr. Andreas A. Yewangoe, mewakili PGI saat menjadi pembicara mengenai perkembangan nyanyian gereja. (Foto: Elvis Sendouw)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Pendeta Dr Andreas A. Yewangoe, Ketua Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI) mengatakan orang bisa saja menyanyi dalam gereja walaupun tidak mengenal not lagu. Berbeda dengan berkotbah, kata-kata pujian untuk Tuhan akan lebih diresapi umat dengan nyanyian.

Hal tersebut disampaikan dalam acara Yayasan Musik Gereja (Yamuger) menyelenggarakan konsultasi nasional musik gereja 2014 bertemakan “Nyanyikanlah Nyanyian Baru Bagi Tuhan”, di Graha Bethel, Cempaka Putih, Jakarta Pusat, Senin (16/6).

“Makna nyanyian itu bagi kita, bahwa fakta dan perbuatan Allah bisa diinterpretasikan bukan hanya untuk bicara, kalau khotbah biasanya mudah dilupakan, tapi kalau nyanyi akan lebih mudah diresapi,” ujar Yewangoe.

Fungsi nyanyian gereja menurut Yewangoe sebagai ungkapan hati jemaat. Maka paduan suara gereja mesti berfungsi menyanyikan nyanyian yang baru bagi Tuhan. Akan tetapi, jeleknya paduan suara sering menjadi persaingan kecil, ingin menjadi yang paling bagus.

Sedangkan alat musik yang ada saat ini memang beraneka ragam, dan itu bisa membantu mengiringi nyanyian gereja, misalnya dengan organ atau gitar. Tetapi dengan catatan jangan yang berisik, karena bisa mengganggu ibadah itu sendiri, bahkan pendeta yang menyampaikan khotbah.

“Kalau dulu hanya alat musik organ yang diperbolehkan, itu berfungsi membantu umat menghayati nyanyian. Boleh pakai alat musik lain misalnya gitar, tapi jangan pakai yang berisik, seperti drum,” tukas dia. 

Lebih lanjut Yewangoe mengatakan nyanyian itu sudah ada sejak zaman dahulu sebagaimana yang difirmankan dalam Mazmur (Alkitab Perjanjian Lama). Berbeda dengan zaman sekarang, seiring dengan perkembangan zaman, terlebih berkembangnya teknologi misalnya penggunaan LCD untuk menampilkan lagu-lagu yang akan dinyanyikan oleh umat, dan juga berkembangnya selera musik dalam masyarakat.

Diharapkan melalui konsultasi nasional yang kedua kali diadakan ini—terakhir pada 1979—akan ada kesepakatan baru terhadap implementasi nyanyian gereja, serta lahirnya lagi-lagu baru yang akan membuat umat semakin menghayati nyanyian gereja sebagai bagian dari ibadah itu sendiri.

Editor : Bayu Probo


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home