Loading...
BUDAYA
Penulis: Sotyati 17:49 WIB | Kamis, 06 Oktober 2016

30 Tahun IPMI, Komitmen Angkat Kain Nusantara

Desainer yang tergabung dalam Ikatan Perancang Mode Indonesia (IPMI), dari kiri ke kanan Sutanto Danuwidjaja, Mel Ahyar, Era Soekamto, Liliana Lim, Sjamsidar Isa, Didi Budiardjo, Hian Tjen, Tri Handoko, Yogi Pratama. (Foto: Dok satuharapan.com/Sotyati)

SATUHARAPAN.COM – Siapa tak kenal perancang busana Ghea Panggabean, Sebastian Gunawan, Edward Hutabarat, Carmanita, Era Soekamto, Tri Handoko? Mereka adalah perancang busana papan atas, sebagian dari 35 perancang busana yang tergabung dalam Ikatan Perancang Mode Indonesia (IPMI). 

Ikatan Perancang Mode Indonesia (IPMI) pada tahun ini merayakan ulang tahun yang ke-30. Selain menandainya dengan Trend Show 2017, acara tetap tahunan, yang tahun ini diselenggarakan pada tanggal 8-11 November di The Hall Senayan City, IPMI juga menggelar pameran The Spectrum of Batik di pusat perbelanjaan Senayan City, 5 – 23 Oktober.

Sejak berdiri pada 1986, banyak pencapaian yang dilakukan setiap anggota dalam memberikan sumbangsih karya dan perjuangannya, dan secara konsisten menghantarkan industri mode Indonesia pada masa kini. IPMI memiliki komitmen yang jelas dalam berkontribusi memperkenalkan mode menjadi tuan rumah di negeri sendiri. Upaya yang dilakukan adalah dengan mengangkat kain tradisional batik, tenun, dan lain-lainnya.

Batik, seperi dikemukakan Sjamsidar Isa, Ketua Dewan Pengurus IPMI,  memiliki catatan sejarah terpanjang bersama IPMI karena sejak berdiri, para anggota IPMI giat memperkenalkan batik di dalam maupun di luar negeri. IPMI memperkenalkan teknik batik dengan bahan wool pada sejumlah ibu negara tamu KTT Non Blok termasuk Hillary Clinton (saat menjadi Ibu Negara AS, Red) pada tahun 1992.

Desainer Carmanita, contoh lain, melakukan pengembangan batik untuk bahan lycra. Desainer Denny Wirawan, melakukan pengembangan dan penggunaan batik asal Kudus bersama Djarum Foundation.

Era Soekamto, adalah desainer yang meneruskan legacy of batik dari maestro batik Iwan Tirta. Desainer Didi Budiardjo bekerja sama dengan Pemerintah Daerah Pekalongan menggunakan batik asal Pekalongan untuk peragaan mode bersama Jakarta Fashion & Food Festival 2015.

Bukan hanya batik, desainer IPMI bekerja sama dengan Cita Tenun Indonesia (CTI) mengembangkan tenun dan melakukan pembinaan perajin di beberapa sentra tenun di seluruh Nusantarta. Chossy Latu, misalnya, terlibat dalam pengembangan dan pembinaan perajin songket di Sumatera Selatan, juga Priyo Oktaviano (Bali), Ari Seputra (Lombok), Sebastian Gunawan (Garut), Didi Budiardjo (Sambas).

Para desainer dalam menyampaikan karya dan pesan yang terkandung di dalam karya telah menumbuhkembangkan industri dari hulu sampai ke hilir, seperti disampaikan Sjamsidar Isa. Industri yang dimaksud adalah beragam profesi yang timbul di dalamnya, yaitu perajin kain tradisional, penjahit, industri konveksi, event organizer, lighting designer, stage designer, music director, koreografer, fashion stylist, jurnalis mode, sampai kepada infrastruktur seperti distribusi department store hingga pusat perbelanjaan.

“Hal itu akan menginspirasi tumbuhkembangnya pihak lain untuk berbuat hal serupa, yang pada akhirnya pasar pun turut berkembang bersama,” kata Era, yang acap didapuk sebagai juru bicara IPMI.

Editor : Sotyati


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home