Loading...
RELIGI
Penulis: Trisno S Sutanto 06:25 WIB | Senin, 27 Mei 2013

63 Tahun PGI: Perjalanan Mengupayakan Keesaan Gereja

63 Tahun PGI: Perjalanan Mengupayakan Keesaan Gereja
Arak-arakan jemaat membawa kue Ulang Tahun PGI.
63 Tahun PGI: Perjalanan Mengupayakan Keesaan Gereja
Kue Ulang Tahun PGI.
63 Tahun PGI: Perjalanan Mengupayakan Keesaan Gereja
Majelis Pekerja Harian PGI dan mitra-mitranya.
63 Tahun PGI: Perjalanan Mengupayakan Keesaan Gereja
Sekretaris Umum PGI, Pdt. Gomar Gultom menyalakan lilin Ultah.Pdt.
63 Tahun PGI: Perjalanan Mengupayakan Keesaan Gereja
Samuel Budi Prasetya memimpin ibadah syukur.
63 Tahun PGI: Perjalanan Mengupayakan Keesaan Gereja
Ketua Umum PGI, Pdt. Dr. Andreas A. Yewangoe, memberi sambutan (Foto-foto: Trisno S. Sutanto)
63 Tahun PGI: Perjalanan Mengupayakan Keesaan Gereja
Logo Ulang Tahun ke 63 PGI.

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI), hari Sabtu (25/5) tepat berusia 63 tahun sejak ditetapkan dalam pertemuan di Sekolah Tinggi Teologi (STT) Jakarta pada tahun 1950. Bagi umat Kristen di Indonesia, hal itu menandai tahapan penting  dan perjalanan sejarah gerakan ekumene di Indonesia.

"Tentu masih banyak yang harus dilakukan, tetapi kita juga patut menyukuri apa yang sudah dicapai selama ini," ujar Pdt. Dr. Andreas A. Yewangoe, Ketua Umum PGI, saat memberi sambutan di akhir ibadah syukur HUT ke-63 tahun PGI di GIA (Gereja Isa Almasih) Rajawali, Jakarta Pusat. "Satu hal yang jelas, tantangan yang kita hadapi sebagai gereja dan bangsa kini makin berat, baik pada tataran nasional maupun global."

Ibadah syukur HUT ke-63 tahun PGI sendiri dilayani oleh Pdt. Samuel Budi Prasetya, Ketua Umum Sinode GIA. Dan ini sudah mencerminkan tanda-tanda keesaan yang terus diperjuangkan. Sebagai gereja bercorak pantekosta, GIA sejak awal (1956) justru memutuskan bergabung dalam arak-arakan PGI.

Mulanya, PGI mengambil bentuk sebagai DGI (Dewan Gereja-gereja di Indonesia), yang dibentuk 25 Mei 1950 dengan mandat "membentuk Gereja Kristen Yang Esa di Indonesia". Tetapi perjalanan sejarah makin memperlihatkan, model "keesaan struktural" sulit dicapai. Karena itu, sejak Sidang Raya ke-X di Ambon (1984), DGI diubah menjadi PGI, dengan mandat untuk makin "mewujudnyatakan Gereja Kristen Yang Esa di Indonesia".

Di situ, keunikan masing-masing gereja diterima sebagai kekayaan, tanpa harus saling dipertentangkan. Sebab di tengah keanekaragaman itu juga ada dasar yang mempersatukan, yakni iman pada Yesus Kristus sebagai Tuhan. Dan keesaan akan makin tampak ketika gereja-gereja, dengan keunikan masing-masing, mengupayakan keadilan dan perdamaian.

Hal itu yang menjadi pesan bulan Oikoumene PGI 2013 yang dibacakan Pdt. Gomar Gultom, Sekum PGI. "Gereja-gereja dipanggil untuk menjadi agen-agen perubahan yang mengupayakan keadilan dan perdamaian, sekaligus berpihak pada korban," ujarnya. "Dan keadilan bukan hanya menyangkut soal ekonomi dan sosial, tetapi juga keadilan ekologis, yakni keadilan bagi seluruh ciptaan."

Selamat ulang tahun, PGI.


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home