Loading...
INDONESIA
Penulis: Petrus Sugito 16:33 WIB | Rabu, 03 Juli 2013

Agama-agama Perlu Bersinergi Mengatasi Masalah Kesejahteraan Sosial

YOGYAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Pemerintah maupun para tokoh agama perlu  menemukan cara yang lebih kreatif dan inovatif dalam upaya membantu mengatasi warga masyarakat yang masuk kategori penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS).

Hal itu diungkapkan oleh Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga, Prof. Dr. Musa Azhari, dalam lokakarya “Peran Tokoh Agama dalam Meningkatkan Kesejahteraan Sosial, di Yogyakarta. Dia menambahkan bahwa upaya itu telah lama dilakukan namun hasilnya belum mampu mengatasi masalah PMKS.

Lokakarya selama tiga hari (1-3/7) itu diselenggarakan oleh Fakultas Dakwah Progdi Ilmu Kesejahteraan Sosial UIN Sunan Kalijaga, bersama Gereja Kristen Jawa Tengah Utara (GKJTU) dan United Evangelical Missin (UEM) dan dihadiri oleh 55 peserta dari latar belakang Muslim, Kristen, Katolik, Hindu, Budha dan Konghucu dari Jawa Tengah dan Yogyakarta.

Disebutkan bahwa lokakarya tersebut merupakan bentuk dialog antar iman untuk mengembangkan kesadaran bersama bahwa masalah-masalah sosial merupakan masalah bersama. Untuk mengatasinya juga dibutuhkan kebersamaan, berdasarkan berbagai potensi dan peluang yang dimiliki oleh masing-masing agama yang dipetakan melalui focus group disccussion.

Menurut Azhari, lokakarya ini dapat menjadi bahan koreksi bagi pihak pemerintah maupun para tokoh agama dalam mengatasi PMKS. Pada lokakarya itu, peserta juga berkesempatan mengunjungi empat lembaga yang bekerja untuk membantu para PMKS. Dan dalam diskusi mereka fokus pada masalah kemiskinan, masalah anak, krisis lingkungan hidup,  dan orang dengan HIV/AIDS.

Para peserta juga berbagi pandangan dan pengalaman yang mengacu pada kitab suci agama masing-masing, dan mereka memahami bahwa  masalah PMKS berakar pada disharmoni relasi manusia dengan Sang Ilahi. Hal itu kemudian berakibat pada disharmoni relasi manusia dengan sesama dan alam sekitar.

Masalah kesejahteraan sosial, seperti masalah yang dihadapi orang miskin, anak jalanan, kaum minoritas korban perlakuan kekerasan dan diskriminasi, berkaitan dengan “dosa struktural” dan akibat tergerusnya nilai-nilai martabat manusia.

Peserta menyadari bahwa setiap agama mempunyai tugas panggilan untuk menanggulangi PMKS, sehingga dapat menjadi peluang untuk melakukan dialog  dan aksi bersama mewujudkan sikap toleran yang selama ini banyak mengalami erosi.

Dalam lokakarya itu, peserta juga mengidentifikasi pengalaman bahwa  mereka masing-masing pernah mengalami dicurigai oleh kelompok yang menganut agama lain. Kecurigaan itu antara lain bahwa program pelayanan sosialnya hendak dipergunakan untuk “membeli” jiwa, mengkonversi iman seseorang.

Membangun jejaring  lintas agama diharapkan dapat mengikis kecurigaan tersebut, di samping untuk menyatukan kekuatan dalam menanggulangi raksasa persoalan kesejahteraan sosial.

Program-program yang dikembangkan bersama juga diharapkan dapat menjadi salah satu upaya untuk membantu proses deradikalisasi,  membentuk sikap positif terhadap pluralitas sosial dan agama.

Editor : Sabar Subekti


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home