Loading...
SAINS
Penulis: Dewasasri M Wardani 15:56 WIB | Senin, 27 Agustus 2018

AMAN Bawa Isu Masyarakat Adat ke Pertemuan Iklim Global

Ilustrasi. Warga beraktivitas di Kampung Naga di Desa Neglasari, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat, Selasa (26/12/2017). Kompleks tempat 113 rumah adat yang dihuni 300 orang itu tanpa listrik dan warganya masih memegang budaya tabu atau pamali. (Foto: Antaranews.com/Adeng Bustomi)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN), akan bergabung dengan kelompok-kelompok masyarakat adat dari negara dan kawasan lain, untuk menyampaikan isu masyarakat adat dalam pertemuan aksi iklim global (Global Climate Action Summit/GCAS) di San Francisco, Amerika Serikat, 12-14 September.

Deputi Bidang Kelembagaan, Komunikasi dan Penggalangan Sumber Daya PB AMAN Mina Susana Setra di Jakarta, Minggu (26/8), mengatakan, AMAN akan bergabung dengan kelompok masyarakat adat global seperti Coordinator of Indigenous Organization of the Amazon (COICA), dan the Brazilian Indigenous Organization AIPB.

Mina mengatakan, ada lima isu yang akan disuarakan AMAN kepada para pemangku kepentingan global yang menghadiri GCAS, termasuk di antaranya hak atas tanah dan wilayah adat; hak masyarakat adat untuk diutamakan mendapat informasi dan berkeputusan dalam negara; dan penghentian kriminalisasi dan pembunuhan masyarakat adat.

"Isu ini masih banyak dihadapi masyarakat adat di dunia, termasuk di Indonesia, di Amerika Serikat maupun di Amerika Latin. Dan jumlahnya tinggi sekali,” kata Mina.

Ia mengatakan, 45 persen korban dalam 250 kasus pembunuhan merupakan masyarakat adat, dan dalam dua tahun terakhir jumlahnya bertambah, terutama di Amerika Latin dan Afrika, di mana kasus yang dihadapi kebanyakan konflik dengan korporasi yang mendapat dukungan pemerintah setempat.

Isu lain yang akan disampaikan berkenaan dengan akses langsung pendanaan, mengingat selama ini komitmen dunia pada masyarakat adat besar tetapi selalu tidak pernah sampai.

Selain itu mereka akan menyuarakan pentingnya pengakuan terhadap pengetahuan tradisional masyarakat adat.

Mina mengatakan, pada 2018, United Nation Convention on Climate Change (UNFCCC) atau kesepakatan universal sebagai komitmen politik internasional tentang perubahan iklim pada KTT Bumi tentang Lingkungan dan Pembangunan, telah mengeluarkan platform pengetahuan masyarakat adat, terkait teknologi mitigasi dan adaptasi perubahan iklim.

"Ini platform untuk transfer teknologi masyarakat adat," kata Mina.

Nationally Determined Contribution (NDC) Indonesia atau  perjanjian untuk membatasi emisi gas rumah kaca, mengatakan, sudah menyebutkan secara spesifik mengenai hal itu, bahkan ada pengakuan tidak langsung soal Indigenous People di Indonesia.

GCAS di San Francisco antara lain,  akan dihadiri oleh Sekretaris Eksekutif UNFCCC Patricia Espinosa, Perwakilan Khusus untuk Urusan Perubahan Iklim dari Tiongkok Menteri Xie Zhenhua, Ketua Kelompok Mahindra Anand Mahindra, Utusan Sekretaris Jenderal PBB tentang Pemuda, Jayathma Wickramanayak, Utusan Khusus Sekretaris Jenderal PBB untuk Aksi Iklim Michael R. Bloomberg, dan Gubernur California Edmund G. Brown Jr.

Mantan Wakil Presiden Amerika Serikat Al Gore, musisi Dave Matthews, CEO Unilever Paul Polman, aktor Alec Baldwin, hingga mantan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat John Kerry juga dijadwalkan hadir. (Antaranews.com)

Editor : Sotyati


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home