Loading...
BUDAYA
Penulis: Reporter Satuharapan 11:41 WIB | Selasa, 04 Oktober 2016

Angklung Buka Perkuliahan di Universitas La Sapienza Roma

Lokakarya instrumen musik membuka perkuliahan hari pertama Jurusan Musikologi Universitas La Sapienza, Roma, menghadirkan Tim Rumah Angklung dari Jakarta. (Foto: KBRI Roma)

LONDON, SATUHARAPAN.COM - Ketua Jurusan Musikologi Universitas La Sapienza, Roma, Prof Giovanni Giurati, bekerja sama dengan KBRI Roma mengundang Tim Rumah Angklung dari Jakarta untuk lokakarya instrumen musik itu kepada mahasiswa pada hari pertama perkuliahan semester tahun ini.

"Sekitar 40 mahasiswa jurusan musikologi di Universitas La Sapienza, Roma dan beberapa profesor musik dengan antusias mengikuti penjelasan mengenai alat musik yang berasal dari Jawa Barat itu," demikian Counsellor Fungsi Pensosbud KBRI Roma, Charles Ferdinand Hutapea, kepada Antara London, Selasa (4/10).

Mahasiswa mendengarkan dengan seksama dan mencatat secara baik pesan dari Prof Giovanni, ahli musikologi tradisional, mengenai angklung yang menjadi elemen penting dalam dialog antarbudaya.

Alumni jurusan musikologi, Daniele Salvatore, memaparkan hasil penelitiannya mengenai angklung saat ia mengambil gelar master di Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta.

Kepada mahasiswa dari universitas dengan jumlah mahasiswa terbesar di Eropa dan salah satu yang tertua, didirikan pada 1303 itu, Danielle Salvatore menjelaskan mengenai sejarah, karakteristik, dan kekhasan alat musik tradisional dari Jawa Barat itu.

Tim Rumah Angklung kemudian memandu mahasiswa belajar bermain angklung dalam sesi angklung interaktif. Instruktur, mengajarkan mulai dari cara membunyikan, kemudian memainkan nada do, re, mi, sehingga mahasiswa berhasil memainkan lagu Italia O Sole Mio dan We Are The World.

Instruktur menjelaskan instrumen angklung memiliki filosofi sebagai simbol kerja sama dan harmoni yang semuanya berasal dari alam.

Sekalipun angklung merupakan instrumen tradisional, instruktur dari Rumah Angklung juga menggunakan bantuan sequencer dan pemrogram musik untuk memperkaya warna dalam tampilan.

Mulanya mahasiswa belum terbiasa memainkan instrumen itu. Namun, ketika dapat memainkannya, mahasiswa dan profesor musik itu bertepuk tangan.

Counselor Pensosbud KBRI Roma Charles Hutapea menjelaskan kepada mahasiswa La Sapienza bahwa Grup Rumah Angklung (Casa d`Angklung) adalah komunitas pemuda pencinta angklung di Jakarta.

Kekuatan dari berkembangnya berbagai komunitas itu pula yang kemudian membuat angklung berhasil dicatatkan UNESCO sebagai warisan budaya tak benda asli Indonesia pada 2010.

Partisipasi Rumah Angklung Indonesia adalah hasil kerja sama KBRI Roma dan Ditjen Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia, serta bagian dari Pekan Budaya Indonesia di Italia (Settimane della Cultura Indonesiana in Italia), yang dikelola terpadu KBRI Roma bekerja sama dengan berbagai pihak dan dilaksanakan di sejumlah kota di Italia.

Angklung, katanya, tidak hanya menjadi instrumen untuk menghibur hati dan rasa, akan tetapi juga menjadi salah satu elemen penting dalam diplomasi budaya Indonesia, yang mengedepankan pesan perdamaian, kerja sama, dan harmoni. (Ant)

Editor : Sotyati


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home