Loading...
BUDAYA
Penulis: Prasasta Widiadi 07:35 WIB | Rabu, 29 Oktober 2014

Arkeolog UI: Kisah Panji Asli Budaya Indonesia

Karsono Hadi Saputra (kiri) dan Ninie Susanti (kanan) saat memberi materi pada “Seminar Naskah Panji sebagai Warisan Budaya Dunia”, seminar ini merupakan bagian dari “Pameran Naskah Panji” yang diselenggarakan oleh PNRI. (Foto: Prasasta Widiadi).

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Staf pengajar jurusan Arkeologi Universitas Indonesia (UI), Ninie Susanti mengharapkan generasi muda memiliki kebanggaan terhadap kisah Panji sebagai bagian asli budaya Indonesia.

Hal ini dia kemukakan di hadapan para undangan dan akademisi pada Selasa (28/10) di Teater Mini Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (PNRI), Jalan Salemba no.28, Jakarta Pusat. Pengajar Epigrafi Indonesia di jurusan Arkeologi ini merupakan salah satu pemateri pada “Seminar Naskah Panji sebagai Warisan Budaya Dunia”, seminar ini merupakan bagian dari “Pameran Naskah Panji” yang diselenggarakan oleh PNRI.

“Panji memiliki otentisitas karya dan tidak meniru atau menyadur dari luar negeri, ini merupakan suatu sketsa bahwa sejarah sebagai peristiwa di sisi lain kita mempelajari dalam keilmuan, dan satu lagi sejarah dalam fiksi,” kata Ninie.  

Ninie menegaskan kisah Panji memiliki banyak nilai universal sehingga memberi acuan kepada generasi muda Indonesia tentang nilai kepahlawan, kehidupan, pergaulan, dan peradaban.

Dari sudut pandang dia selaku arkeolog, berbagai bukti sejarah tentang kisah Panji tertuang dalam bukti sejarah yakni Prasasti Hantang, dan Banjaran, yang menggambarkan petulangan Panji di Jawa Timur.

Cerita tentang Raden Inu Kertapati merupakan sebuah cerita yang berasal dari Jawa yang mula timbulnya pada masa keemasan Kerajaan Majapahit. Bercerita tentang kepahlawanan dan cinta, dengan dua tokoh utamanya yaitu Raden Inu Kertapati atau Panji Asmara Bangun (Pangeran dari Kerajaan Daha) dan Dewi Sekartaji atau Galuh Candra Kirana (putri Kerajaan Jenggala).  

Tetapi karena Sang Putri menolak pinangan itu, ia melarikan diri seraya meninggalkan pasangan sejolinya Raden Panji Inu Kertapati dan menyamar dengan nama Dewi Sekartaji.

Naskah Panji lain yang saat ini tersimpan di PNRI antara lain naskah Panji Jayakusuma, Panji Anggraeni, Panji Angronakung, Panji Jayalengkara, Panji Dewakusuma, Panji Dewakusuma kembar, Panji Murtaswara, Panji Kudawanengpati, Panji Suryawisesa, Panji Kuda Narawangsa. Naskah-naskah tersebut merupakan naskah panji yang tertulis dalam aksara Jawa.

Naskah Panji yang tertulis dalam aksara Bali atau Lombok antara lain Malat, Bagus Umbara, Cilinaya, Wasengsari, Panji Jayakusuma, Panji Undakan Pangrus.

Naskah Panji yang tertulis dalam aksara Melayu antara lain Syair Ken Tambuhan, Hikayat Cekel Wanengpati, Hikayat Panji kuda Semirang, Hikayat Mesa Urip Panji Jaya Lelana, Hikayat Jaran Kinanti Asmaradana, Hikayat Kelana Anakan, Hikayat Kelana Anakan Raden Galuh.

Dalam kesempatan yang sama, pemateri yang lain, Karsono Hadi Saputra, salah seorang pengajar Sastra Jawa UI menegaskan salah satu naskah Panji, yang berjudul Panji Anggraeni, diusulkan menjadi Memory of The World berdasar rekomendasi dia kepada PNRI dan ilmuwan lainnya. 

Memory of The World adalah sebuah inisiatif internasional yang diluncurkan UNESCO untuk menjaga warisan suatu bangsa, terutama berbentuk teks tertulis yang berisi nilai-nilai kemanusiaan, dari ancaman amnesia kolektif, kelalaian, kerusakan akibat waktu dan kondisi iklim, dan perusakan yang tidak disengaja.

Program ini bertujuan sebagai sebuah panggilan untuk melestarikan arsip berharga suatu bangsa di dalam perpustakaan nasional suatu negara dan dapat digunakan untuk bekal informasi bagi puluhan generasi berikutnya.

Dina menjelaskan sebelum pelaksanaan pameran ini, panitia telah menyelenggarakan pertemuan dengan para pakar untuk membahas rencana pengajuan naskah cerita panji ke UNESCO.

“Saya termasuk salah satu penyalin teks ini diajukan ke UNESCO karena paling lengkap, terutama Panji Anggraeni yang terdapat di Palembang. Naskah panji Anggraeni dari segi narasi cerita merupakan cerita yang digubah dan alur ceritanya merupakan alur yang diulang-ulang karena ada sesuatu yang ditekankan,” kata Karsono.

Selain Panji Anggraeni, Karsono telah meng-alih aksara-kan naskah Panji Angronakung beberapa tahun yang lalu. Pameran Naskah Panji dibuka pada Jumat (24/10) malam WIB oleh Deputi Pengembangan Bahan Pustaka dan Jasa Informasi PNRI Welmin Ariningsih, salah satu ciri khas pameran ini adalah lukisan naskah panji sepanjang 60 meter sebagai bagian dari koleksi budayawan Taufik Razhen.  

Editor : Bayu Probo


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home