Loading...
DUNIA
Penulis: Reporter Satuharapan 12:53 WIB | Rabu, 26 April 2017

AS Kritik Turki Atas Tragedi Pembantaian Armenia

Para warga pada tanggal 23 April 2017 mengambil bagian dalam prosesi obor saat mereka memperingati pembunuhan massal di Yerevan. Warga Armenia pada 24 April memperingati 102 tahun sejak 1,5 juta kerabat mereka dibantai oleh pasukan Ottoman, saat perselisihan yang sengit masih terjadi dengan Turki karena Ankara menolak untuk mengakui pembunuhan massal tersebut sebagai genosida. (Foto: AFP)

WASHINGTON, SATUHARAPAN.COM - Amerika Serikat (AS) mengkritik sekutu utamanya Turki, menyebut aksi pembantaian pada 1915 di Armenia sebagai “salah satu aksi kejahatan massal terburuk di abad ke-20,” meski tidak menyebutnya sebagai genosida, Senin (24/4). 

Isu tersebut merupakan salah satu isu politik di AS, terutama di kalangan warga keturunan Armenia-AS.

Beberapa perkiraan menyebutkan jumlah pembunuhan mencapai antara setengah sampai 1,5 juta jiwa.

Mantan presiden Barack Obama berjanji akan mengakui aksi pembunuhan itu sebagai genosida. Namun, selama delapan tahun berkuasa, dia tidak menindaklanjuti janji tersebut.

Presiden baru Donald Trump mengeluarkan pernyataan yang menyebutkan bahwa “hari ini, kita mengenang dan menghormati kenangan orang-orang yang menderita selama Meds Yeghern, salah satu aksi kejahatan massal terburuk di abad ke-20.”

Sebagian besar warga diaspora datang dari Prancis melalui Argentina, kemudian ke AS.

“Mulai 1915, 1,5 juta warga Armenia dideportasi, dibantai atau disiksa hingga tewas dalam beberapa tahun terakhir Kerajaan Ottoman,” ujar Trump.

“Saya bergabung dengan komunitas Armenia di AS dan seluruh dunia dalam acara berkabung atas kematian orang-orang tak bersalah dan penderitaan yang dialami begitu banyak orang.”

“Kita harus mengingat kejahatan ini agar tidak terulang lagi,” lanjutnya.

“Kami menyambut upaya Turki dan Armenia untuk mengakui dan memperhitungkan sejarah menyakitkan ini, yang merupakan langkah penting dalam membangun fondasi masa depan yang lebih adil dan toleran.” (AFP)

Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home