Loading...
BUDAYA
Penulis: Ignatius Dwiana 23:26 WIB | Rabu, 01 Januari 2014

Bahasa Aram, Bahasa Asli Yesus Terancam Punah

Bahasa Aram atau Aramik, bahasa yang digunakan Yesus Kristus dari Nazaret. (Foto: dari Aramaic Designs)

SATUHARAPAN.COM – Bahasa Aram atau Aramik, bahasa yang digunakan Yesus Kristus dari Nazaret, bernasib tidak menentu di tengah gejolak regional di Timur Tengah. Kelangsungan lingua franca ini terancam.

Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)  yang menangani masalah Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan UNESCO telah mendaftarkan bahasa Aram sebagai bahasa yang terancam punah di Irak, Iran, dan Suriah.

"Bahasa Aram menampakkan hal yang luar biasa kaya, terus menerus mendokumentasikan sejarah lebih dari tiga ribu tahun. Lebih lama dari semua bahasa Semit lain yang dikenal, misalnya bahasa  Arab dan bahasa Ibrani di dalamnya," kata peneliti dari Pusat Universitas Leiden untuk Linguistik Paul M. Noorlander.

“Bahasa neo Aramik Barat "sekarang terbatas pada beberapa ribu orang yang terus berkurang jumlahnya terutama orang Kristen tetapi juga beberapa Muslim mengunakannya di beberapa desa di Suriah, di antara yang terkenal Maaloula, Warisan Dunia UNESCO," katanya.

Maaloula adalah sebuah desa yang terletak 56 kilometer di sebelah timur laut Damaskus. Sekitar 2 ribu orang menurut sensus tahun 2005 berbahasa Aramik Barat, bahasa Yesus Kristus.

Ini adalah salah satu dari tiga desa tempat bahasa Aramik Barat menjadi bahasa tutur di Suriah.

Noorlander menyebutkan kemungkinan ada sekitar 150 dialek Timur bahasa Aram, beberapa di antaranya sekarang punah atau terancam punah. Jenis dialek Timur dulu digunakan orang-orang Yahudi dan Kristen dari Irak utara, Iran barat, dan tenggara Turki.

Orang Yahudi pengguna bahasa Aram bermigrasi ke Israel sejak 1950-an. Sementara banyak orang Kristen pengguna bahasa ini pergi ke negara-negara Barat.

Pada tanggal 3 November, Dewan Dunia Aram mendesak Perdana Menteri Turki Recep Tayyip Erdogan untuk mengakui dan mendukung pribumi berbahasa Aram yang terancam punah di negara itu. LSM menyerukan pengakuan konstitusional bahasa Aram sebagai minoritas.

Augin Kurt Haninke, seorang wartawan Asiria Swedia, mengatakan bahwa masa depan bahasa Aram tergantung pada kelangsungan hidup bangsa Asiria dan orang-orang Kristen lainnya di Timur Tengah.

Asiria adalah sebuah kelompok etnis yang berasal dari Mesopotamia kuno, atau Irak modern sekarang.

Memberdayakan Asiria secara politik di Irak adalah cara untuk menjamin kelangsungan hidup bahasa, kata Haninke.

"Menurut saya, satu-satunya cara kami dapat melestarikan dan mengembangkan bahasa kami adalah melalui otonomi atau sesuatu seperti itu, tempat orang-orang Asiria memutuskan masa depan mereka," katanya, mengacu pada dataran Niniweh di provinsi Irak utara Mosul.

Haninke mengkritik Pemerintah Kurdi meskipun ada sekolah Asiria di wilayah semi otonomi Kurdistan di Irak utara. Karena Pemerintah Kurdi mencoba untuk mempersulit sekolah-sekolah dan memaksa untuk mengajarkan sejarah Kurdi palsu untuk meng-Kurdi-kan generasi berikutnya.

Noorlander mengatakan, "pengguna bahasa Aram menemukan diri mereka sebagian besar di persimpangan api antara Kurdi dan pemerintah pusat."

Peneliti itu menjelaskan agama sebagai kunci dalam menjaga bahasa itu hidup, tetapi juga "sikap pengguna bahasa itu sendiri, di mana pun mereka mungkin menemukan diri mereka, merupakan hal yang fundamental .”

"Mereka harus tetap bersama-sama dan terus merayakan bahasa tutur mereka dan warisan luar biasa itu."

Menurut Noorlander, orang-orang yang meninggalkan Timur Tengah harus tetap berhubungan dengan pengguna bahasa Aram di kawasan itu jika mungkin.

"Tidak peduli apa pun, mereka harus bertahan dalam mewariskan dialek mereka dari generasi mereka ke generasi berikutnya. Jika orang tua berhenti berbicara dialek mereka kepada anak-anak mereka, maka secara sederhana tidak akan ada generasi berikutnya pengguna bahasa itu, " tambahnya .

Saad Shaya meninggalkan Irak untuk menetap di Kanada. Dia berbicara bahasa Aramik modern di rumah dan ketika berdoa. Warga negara Kanada yang dinaturalisasi ini bersumpah mengajarkan bahasa itu kepada anak-anak di masa depannya untuk "mendorong generasi berikutnya menjaga warisan mereka terus hidup. Harapan saya adalah bahasa ini akan hidup melalui kami dan melalui gereja." (alarabiya.net)

Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home