Loading...
SAINS
Penulis: Sotyati 17:11 WIB | Senin, 20 Januari 2014

Banjir Berlalu Tinggalkan Sampah dan Lumpur di Manado

Korban banjir bandang Manado. (Foto: antarafoto)

MANADO, SATUHARAPAN.COM – Manado saat ini mengalami darurat lumpur dan sampah, pascabanjir bandang yang melanda Kota Manado, ibu kota Sulawesi Utara.

Ribuan kubik sampah dan lumpur pada Senin (20/1) ini masih memenuhi ribuan rumah warga, rumah ibadah, perkantoran, sekolah, dan fasilitas umum lainnya, menimbulkan bau tak sedap.

Ratusan relawan gabungan dari Tim Gerakan Kemanusiaan Indonesia dari Gereja Kristen Indonesia (GKI) dan Palang Merah Indonesia, turun tangan membersihkan kota, mulai Jumat (17/1).

Berbekal tiga unit tangki air yang disediakan PMI dan tiga alat penyemprot air berkekuatan tinggi yang disiapkan Tim GKI, tim gabungan di bawah guyuran hujan deras, seusai peribadatan pada Minggu (19/1) mengangkat sampah dan membersihkan lumpur hingga petang hari, di kawasan Jalan Pingkan Matindas Dendengan Dalam, Manado, dan di gedung GMIM Jemaat Syaloom agar bisa segera dipakai beribadah.

Selain membersihkan lumpur dan sampah Tim GKI bersama Tim Gerakan Penanggulangan Bencana Sinode Gereja Masehi Injili di Minahasa (GMIM) menyalurkan sembako ke warga yang membutuhkan. 

Koordinasi TIM GKI dan Tim Gerakan Penanggulangan Bencana Sinode GMIM dilakukan di Posko Induk di Jemaat GMIM Immanuel Wanea. Bersama-sama tim dari Dinas Sosial Pemerintah Kota Manado, juga dipetakan kebutuhan mendesak korban banjir bandang. “Pada Jumat (17/1), kami membeli tiga ton beras, yang langsung kami salurkan ke korban yang membutuhkan,” kata Pdt Sheph Davidy Jonazh dari Tim GKI.  

Pada Sabtu (18/1), tim gabungan itu berhasil menembus Jemaat GMIM yang berada di Rotte Sawangan Kembes, Minahasa, yang selama beberapa hari terisolasi sejak banjir bandang melanda sebagian wilayah Sulawesi Utara pada 15 Januari.

Tim gabungan menyerahkan bantuan sembako, lima karung beras, dan satu unit alat penyemprot air berkekuatan tinggi yang diterima Pdt Herny Lumangkun, gembala setempat.

“Yang juga dibutuhkan korban banjir adalah baju layak pakai, berbagai ukuran,” kata Stella Warouw, redaktur Penerbitan Kata Jakarta, yang sedang berada di Manado.

“Korban banjir bandang di Tanjung Batu Lingkungan I, contohnya, meliputi 150 keluarga, 12 rumah di antaranya hanyut, belum termasuk di Lingkungan III yang dulu disebut WK 3. Kami masih memerlukan bantuan,” kata Stella, yang menerima permintaan dari Martheen Lombogia, warga setempat.


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home