Loading...
EKONOMI
Penulis: Sotyati 17:49 WIB | Jumat, 31 Oktober 2014

Bazaar Fashion Festival 2015: Kelahiran Brand Baru

Bazaar Fashion Festival 2015: Kelahiran Brand Baru
Desainer Tri Handoko (depan) meluncurkan Austere by tri handoko tri, 23 Oktober di Bazaar Fashion Festival 2014. (Foto-foto: Dok bazaarfashionfestival.com)
Bazaar Fashion Festival 2015: Kelahiran Brand Baru
Koleksi Austere by tri handoko bertema "Porcelain".
Bazaar Fashion Festival 2015: Kelahiran Brand Baru
Desainer Danny Satriadi (mengenakan rompi hitam) meluncurkan Arkamaya pada 24 Oktober di Bazaar Fashion Festival 2014.
Bazaar Fashion Festival 2015: Kelahiran Brand Baru
Koleksi Arkamaya karya Danny Satriadi, bertema "Novelty of Chuba".
Bazaar Fashion Festival 2015: Kelahiran Brand Baru
Oscar Lawalata (berjalan di depan model) meluncurkan label baru, I Am O, 25 Oktober di Bazaar Fashion Festival.
Bazaar Fashion Festival 2015: Kelahiran Brand Baru
Koleksi I Am O karya Oscar Lawalata bertema "Totem".

SATUHARAPAN.COM – Tiga desainer Oscar Lawalata, Tri Handoko, dan Danny Satriadi melahirkan label baru mereka di ajang Bazaar Fashion Festival 2015. Ketiga desainer itu menampilkan koleksi di hari berbeda, selama penyelenggaraan perhelatan mode yang berlangsung di Jakarta Convention Center, 22 – 26 Oktober.

Tri Handoko meluncurkan label Austere by tri handoko tri, yang merupakan lini (line) Ready to Wear Deluxe, pada 23 Oktober di White Cube Stage. Austere by tri handoko, yang diterjemahkan sebagai “sederhana, tanpa unsur kemewahan”, diciptakan bagi kaum perempuan modern yang memiliki kepribadian kuat dan berkarakter, “Wanita yang tahu siapa mereka, apa yang mereka inginkan, dan berani menjadi diri sendiri.”

Mengusung tema “Porcelain” untuk koleksi pertama, Tri mengaku terinspirasi kehalusan sisi sebuah porselen. Menghadirkan dalam gaya klasik dengan potongan, bentuk, dan sentuhan modern, Tri mewujudkan visinya itu dengan menggunakan warna-warna basic hitam, putih, dan abu-abu. Untuk bahan, ia memilih katun, semiwol, wol, dan suede sintetis.  “Saya membuat koleksi ini sebagai representasi diri, dengan selalu bersikap jujur pada diri sendiri dan orang lain, seperti yang selama ini saya lakukan,” Tri menjelaskan konsepnya.

Berbeda dengan Tri Handoko, Danny Satriadi yang menampilkan koleksinya di Runway Stage pada 24 Oktober, memilih bahan-bahan etnik dari seluruh Nusantara untuk lini yang dia luncurkan, Arkamaya.  Tampil dalam garis desain dinamis, playful, dan edgy, Danny mengusung tema “Novelty of Chuba” untuk koleksi dari lini terbarunya itu. Chuba adalah jubah tradisional Tibet.

Danny menerjemahkan  hasil perenungannya atas kekayaan budaya  Tibet, mulai dari busana tradisional hingga karya arsitektural, dengan menuangkannya di atas bahan-bahan etnik mulai dari batik Cirebon, tenun dobi, hingga lurik. Koleksi lulusan Esmod Jakarta yang didominasi warna-warna merah jambu, kuning kenari, biru langit, dan rosewood itu hadir dalam croped jacket, tunik, hingga celana harem.

Runway Stage di Bazaar Fashion Festival 2014, pada 25 Oktober, menjadi ajang soft-launching bagi Oscar Lawalata untuk label barunya, I Am O (www.iam-o.com).  Mengusung tema “Totem”, I Am O memaradekan koleksi yang dapat dipesan dalam jaringan (online).  Totem terinspirasi dari masa ketika para dewa-dewi melewati waktu di bumi. 

Lewat koleksi terbarunya itu, Oscar menawarkan konsep desain yang sederhana, merupakan koleksi pernyataan kepribadian pemakainya, namun diterjemahkan melalui teknik tailoring dengan pilihan warna menarik, tanpa melupakan bentuk motif masa lalu, di antaranya bordir.    

Oscar mengajak pencinta mode merayakan shop-able experince dan social clothing collection untuk generasi kini dalam elegansi misi berkarakter.  “Koleksi ini sebagai pernyataan pribadi yang dipakai dalam peristiwa-peristiwa sosial universal,” kata Oscar.

Lewat koleksi ini, customer dari berbagai negara dapat meng-klik koleksi Totem, memilih dan memiliki koleksi itu sebelum Totem tersedia untuk penjualan ritel secara luas pada awal 2015.   

Perputaran Ekonomi

Tri Handoko, Danny Satriadi, dan Oscar Lawalata yang tergabung dalam Ikatan Perancang Mode Indonesia (IPMI), berpartisipasi dalam IPMI Trend Show 2015, yang menyemarakkan pelaksanaan Pasar Indonesia dan Bazaar Fashion Festival 2014.

Pada ajang itu, para desainer mengekspresikan konsep menjadi koleksi mode. Melalui perhelatan mode itu pula IPMI merealisasikan keinginan mengembangkan mode yang dapat mendorong perputaran ekonomi Indonesia, di mana komponen dari usaha mode Indonesia harus terintegrasi untuk menguatkan relasi business-tobusiness (B2B) dan business-to-customer (B2C).

Walaupun belum mencapai tahap relasi (B2B), dan masih tahap business-to-customer, seperti dikemukakan desainer Era Soekamto,  namun perhelatan terpadu itu perlu terus didorong, hingga terwujud sinergi lebih luas. “Hingga jadi lingkaran sinergi penuh, sambil terus melakukan penelitian atas pengembangan kain Indonesia sebagai diferensiasi,“ Era menambahkan.


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home