Loading...
INDONESIA
Penulis: Sotyati 17:11 WIB | Jumat, 21 Februari 2014

Bekal untuk Pengungsi Sinabung

Yayasan Ate Keleng GBKP melaksanakan pelatihan pembuatan sabun cair bagi pengungsi korban erupsi Gunung Sinabung. (Foto: gbkp.or.id)

KABANJAHE, SATUHARAPAN.COM – Yayasan Ate Keleng Gereja Batak Karo Protestan (GBKP) mengadakan pelatihan pembuatan sabun untuk pengungsi, korban erupsi Gunung Sinabung.  

Yayasan Ate Keleng GBKP melaksanakan pelatihan pembuatan sabun cair untuk mencuci peralatan makanan dan dapur pada Jumat, 14 Februari. Kegiatan itu, selain untuk mengisi waktu kosong, diharapkan bisa menghasilkan pendapatan tambahan mengingat  saat ini sumber penghasilan utama pengungsi (usaha tani) sedang terganggu karena lahan pertanian yang rusak terkena dampak erupsi Sinabung.

Staf Yayasan Ate Keleng GBKP yang hadir memberikan pelatihan antara lain Jumiati br Tarigan, Dwi Masari br Tarigan, Pintaria br Sembiring, Jeni br Sembiring, Lesmawati br PA, Lasendri br Tumanggor, dan Nasaretta br Sitepu.

Pelatihan yang dilakukan di posko-posko GBKP itu diikuti pengungsi yang sebagian besar kaum ibu. Antusiasme peserta pelatihan terlihat dari lontaran pertanyaan-pertanyaan saat mereka berpraktik. Para instruktur berharap aktivitas pembuatan sabun itu dapat dilanjutkan pengungsi saat mereka kembali ke rumah masing-masing.

"Pembuatan sabun ini tidak rumit dan tidak memakan waktu lama, sehingga cocok dijadikan sebagai sumber penghasilan tambahan," tutur Jusmiati br Tarigan.

 

Bekal Sekolah

Pemerintah, melalui Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) hingga kini masih mengharuskan pengungsi yang terdampak langsung erupsi Gunung Sinabung di radius 0 – 5 km, tinggal di pengungsian sampai gunung itu dinyatakan berstatus normal.

Selain memberikan berbagai pelatihan, GBKP juga menggelar aktivitas lain, yakni membagikan makanan ringan untuk bekal ke sekolah bagi anak-anak siswa SD, SMP, dan SMA.

Kegiatan itu, seperti dilaporkan Humas Modaremen GBKP di situs resminya, diharapkan dapat membantu pengungsi menekan pengeluaran. Orang tua tidak perlu memberikan uang jajan untuk anak-anaknya, mengingat mereka sedang kesulitan. Sumber penghasilan utama mereka, usaha tani, sedang terpuruk karena lahan pertanian hancur tertutup abu vulkanik Sinabung.

Posko pengungsian GBKP di kantor Klasis Kabanjahe, selain membagikan bekal makanan untuk ke sekolah,  juga melaksanakan kegiatan menabung. Ide itu muncul melihat kenyataan meskipun sudah dibekali makanan ringan saat berangkat sekolah, anak-anak masih juga meminta uang jajan kepada orangtua.  Dengan berbagai penjelasan, anak-anak akhirnya menyambut gembira penyediaan tempat menabung bagi mereka.

Kenyataannya, seperti dikemukakan Lastri br Ginting, calon pendeta yang bertugas di posko GBKP di kantor Klasis Kabanjahe, anak-anak antusias menyisihkan separuh dari uang jajannya untuk ditabung.

“Kegiatan ini bertujuan mengurangi kebiasaan anak-anak untuk jajan, yang dapat mengurangi pengeluaran orangtua,” Lastri menjelaskan.

Tabungan itu nantinya diberikan kembali kepada anak-anak melalui orangtua ketika mereka sudah diperbolehkan pemerintah kembali ke kampung halaman mereka. (gbkp.or.id)


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home