Loading...
DUNIA
Penulis: Eben E. Siadari 08:24 WIB | Rabu, 25 Januari 2017

CENSE: Faktor Ahok Pengaruhi Hasil Pemilu Malaysia

Gubenur DKI Jakarta non aktif Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok menjalani persidangan lanjutan atas kasusnya di Auditorium Kementerian Pertanian, Jakarta, Selasa (3/1/2017). Ahok menjalani sidang lanjutan dengan agenda pemeriksaan saksi dari pihak Jaksa Penuntut Umum terkait dugaan penistaan agama yang dilakukannya di Kepulauan Seribu. (Foto-foto: TRIBUNNEWS/Pool/Irwan Rismawan)

KUALA LUMPUR, SATUHARAPAN.COM - Salah seorang pendiri Centre for Strategic Engagement (CENSE), Rita Sim, mengatakan "faktor Ahok" akan memainkan peran dalam pemilihan umum Malaysia pada 14 Februari mendatang.

Gubernur nonaktif DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama, telah didakwa  menghina Islam setelah ia mengutip ayat Alquran saat berpidato di Kepulaun Seribu September lalu.

Meskipun ia meminta maaf, sebagian kalangan Muslim marah, antara lain ditunjukkan oleh aksi unjuk rasa masif pada bulan November dan Desember 2016.

"Apa yang terjadi di Indonesia, khususnya yang mempengaruhi Tionghoa Indonesia, akan berdampak di sini," kata Sim saat berbicara pada sebuah konferensi yang diselenggarakan oleh Asia Strategy & Leadership Institute (Asli), dilansir dari FMT News.

Dia mengatakan dalam pemilihan umum 1999, apa yang terjadi di Indonesia setahun sebelumnya, menciptakan sebuah "faktor ketakutan" yang mempengaruhi politik Malaysia.

Pada tahun 1998, kerusuhan rasial di Indonesia, dipicu oleh masalah ekonomi dan kerusuhan politik, mengakibatkan kematian ratusan orang, serta insiden pemerkosaan dan penjarahan.

Sim mengatakan "faktor ketakutan" akan kerusuhan membuat Tionghoa Malaysia memberikan dukungan kepada pemimpin Malaysia saat itu, Perdana Menteri Dr Mahathir Mohamad, yang menghadapi tantangan serius dari wakilnya, Anwar Ibrahim.

"Bagi kalangan Tionghoa, ketika dua pemimpin Melayu berkelahi, mereka cenderung untuk menjauh atau bermain aman."

Dalam pemilihan umum 1999, CENSE mencatat bahwa dukungan Melayu kepada Barisan Nasional turun menjadi 53 persen  dari 69 persen pada pemilu 1995. Barisan Nasional kehilangan 14 dari 162 kursi yang sebelumnya dikuasai.

Dia mengatakan "Faktor Ahok" akan relevan sekarang, bukan hanya karena sidang penistaan agama, tetapi juga ketika partai oposisi Malaysia, Partai Islam Se-Malaysia (PAS) saat ini tengah mendesak diadakannya amandemen pengadilan syariah.

"Sangat menarik untuk mencatat bahwa PAS 'merencanakan unjuk rasa besar-besaran  mendukung amandemen yang diusulkan atas pengadilan syariah -- yang membuat non-Muslim takut -- hanya tiga hari setelah pilkada Jakarta."

Kartu Ras Dimainkan

Pemilu sela Malaysia yang akan diadakan pada 14 Februari nanti diperkirakan akan sarat dengan penggunaan isu ras. Sejak kemerdekaan dari Inggris pada tahun 1957, pemilu di Malaysia selalu dimenangkan oleh Barisan Nasional (BN), aliansi yang mengklaim diri memiliki platform multiras,meskipun dipimpin dan didominasi oleh Organisasi Nasional Melayu Bersatu (UMNO) .
 

Namun, klaim ini mungkin berakhir kali ini. Meskipun retorika UMNO  bahwa mereka peduli pada kesejahteraan semua rakyat Malaysia, analis yang diwawancarai oleh Today Online mencatat bahwa partai telah memberikan sinyalemen akan menggunakan kartu ras lebih dari sebelumnya.

Ini terjadi karena melemahnya posisi PM Najib Razak, ketua UMNO, oleh skandal MDB1 yang membuat dia kehilangan dukungan dari mayoritas perkotaan serta pemilih etnis Tionghoa. Karena itu UMNO akan sangat bergantung pada masyarakat Melayu dan bumiputera, terutama yang berasal dari pusat-pusat pedesaan.

Namun bangkitnya PAS yang juga membawa isu SARA membuat posisi masyarakat Tionghoa di Malaysia seperti berada di persimpangan. Oleh karena itu, hasil pilkada di Jakarta diperkirakan akan menjadi dasar bagi masyarakat Tionghoa Malaysia mengambil keputusan pilihan.

Menurut Dr Oh Ei Sun, mantan pembantu politik untuk Najib, kartu ras sebenarnya bukan hal baru di Malaysia dan selalu dimainkan saat pemilu. "Dalam jangka pendek isu ini bersifat memecah-belah bagi negara, namun Malaysia telah melihat kartu ras semacam ini dimainkan berkali-kali sebelumnya dan biasanya 'pulih' setelah beberapa saat," kata Dr Oh, Senior Fellow di Rajaratnam
School of International Studies (RSIS) di Singapura.

Dia mengharapkan Barisan Nasional menang lagi, walau dengan jumlah kursi yang lebih sedikit daripada di pemilu terakhir, dan mungkin tidak dengan mayoritas dua pertiga di parlemen, yang telah mereka nikmati selama beberapa dekade hingga 2008.


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home