Loading...
BUDAYA
Penulis: Diah Anggraeni Retnaningrum 07:14 WIB | Rabu, 26 Februari 2014

Fatih Akin, Sutradara Asal Jerman yang Multikultural

Film-film Fatih Akin yang diputar di Goethe-Institut pada tanggal 25-26 Februari 2014 pukul 18.00 WIB. (Foto: goethe.de)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Goethe-Institut kembali menggelar pemutaran film rutinnya dalam acara Arthouse Cinema: Fokus Fatih Akin, Selasa (25/2). Acara yang dimulai pada pukul 18.00 WIB sampai dengan pukul 22.00 kali ini memutar film yang disutradarai oleh Fatih Akin. Fatih Akin dikenal sebagai sutradara yang multikultural dalam setiap filmnya. Dia juga selalu mendapatkan penghargaan untuk setiap film yang dibuat.

Dalam kesempatan kali ini, Arthouse Cinema memutar film yang berjudul “Gegen Die Wand” dan “Kebab Connection” yang masing-masing berdurasi dua jam. Pemutaran film kali ini digelar dalam dua hari yaitu pada Selasa (25/2) dan Rabu (26/2) pukul 18.00 dengan total empat film.

Profil Fatih Akin

Fatih Akin lahir di Hamburg-Altona pada 25 Agustus 1973. Dia adalah salah satu sutradara yang paling berpengaruh di Jerman saat ini. Film-filmnya banyak menampilkan hubungan yang emosional antara asal-usul dan perasaan keterikatan antara manusia dan lingkungannya. Dengan karyanya tersebut, Akin telah mendapat banyak penghargaan baik dalam lingkup nasional maupun internasional.

Dia lahir dari pasangan suami-istri asal Turki yang pindah ke Jerman. Akin dan kakaknya lahir dan tumbuh dewasa  di Jerman. Dalam keadaan inilah dia mampu memahami situasi kehidupan para imigran di Jerman yang harus menceburkan diri ke dalam budaya-budaya yang tidak selalu sepadan, merasa tercabut dari akar budaya sendiri dan mencari identitas yang sesuai dengan kenyataan yang mereka hadapi yaitu sistem nilai dan harapan hidup yang berbeda-beda.

Akin termasuk salah satu sutradara pertama di Jerman yang menampilkan potret masyarakat migran di Jerman – terutama generasi yang lahir dan besar di Jerman – yang sebelumnya cenderung tidak terangkat secara memadai di layar bioskop Jerman. Dengan kondisi seperti itulah dia berhasil membuat karyanya menjadi jujur dan tanpa kompromi. Tidak heran, dia berhasil dalam membuat karya tersebut menjadi karya terbaik dan meraih beberapa penghargaan.

Ciri lain dari Akin adalah keragaman karyanya. Dia membuat karyanya mulai dari film pendek, drama, komedi hingga dokumenter. Bersama dengan Andreas Tiehl – yang meninggal pada 2006 lalu – dan Klaus Maeck, berhasil mendirikan rumah produksi film bernama “Corazon International” yang berbasis di Hamburg.

Karya Akin yang Multikultural, Gamblang dan Total

Menurut pantauan satuharapan.com, karya Akin selalu sarat akan multikultural. Dalam film pertama dari trilogi “Cinta, Maut Iblis” (Liebe, Tod, Teufel) yang berjudul “Gegen Die Wand” sangat kental akan suasana kehidupan sosial dan budaya para imigran yang hidup di Jerman. Begitu pula dengan “Kebab Connection” yang mengisahkan tentang perbedaan antara budaya Turki dan Jerman yang dihiasi dengan banyak adegan komedi.

Dalam film Gegen Die Wand, Akin sangat total dan tidak main-main dengan karyanya. Ini terbukti saat dia memilih lagu yang dibawakan oleh grup musik Turki dengan lagu-lagu cintanya yang diambil di tepi selat Bosphorus. 

Secara gambar, ia juga menggambarkan adegan kekerasan dan seks dengan sangat gamblang. Yang mengejutkan adalah para pemain yang memerankan tokoh-tokohnya ia temukan di jalan. Contohnya adalah Sibel Kekilli, mantan aktris film porno yang kemudian terbukti memiliki bakat akting yang luar biasa dan sampai saat ini telah menerima beberapa penghargaan dalam peran-peran yang ia mainkan. Diantaranya adalah sebagai Aktris Terbaik Penghargaan Film Jerman (Deutscher Filmpreis) dan penghargaan untuk media dan televisi Bambi kategori “Shooting Star”, keduanya didapat saat ia memerankan Sibel dalam film “Gegen Die Wand”.

Untuk dapat menyaksikan karya Fatih Akin lainnya, Anda bisa datang ke Goethe-Institut di Jl. Sam Ratulangi 9-15, Jakarta pada Rabu (26/2) pukul 18.00.

Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home