Loading...
BUDAYA
Penulis: Kartika Virgianti 06:45 WIB | Sabtu, 20 Juli 2013

Gelar Batik Nusantara 2013: Pelestarian dan Pengembangan Batik di Indonesia

Gelar Batik Nusantara 2013: Pelestarian dan Pengembangan Batik di Indonesia
Komarudin Kudiya, Dr. Maria, perwakilan dari Indosat, B.R. Ay Atika Purnomowati, Profesor Bustanil dari ITB (kanan ke kiri). (foto: dok. satuharapan)
Gelar Batik Nusantara 2013: Pelestarian dan Pengembangan Batik di Indonesia
Sesi tanya jawab dalam talkshow

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Batik merupakan suatu mahakarya sini rupa yang telah menjadi bagian jati diri bangsa. Hal ini disampaikan pada Talkshow yang mengusung tema Batik Indonesia untuk Dunia, Batik dalam Perspektif Pendidikan Budaya, Melestarikan dan Pengembangan Nilai Budaya dalam Batik, bertempat di Jakarta Convention Center Jumat (19/7).

Dr. Maria Wronska Friend, seorang doktor ilmu budaya dari Universitas James Cook, Cairns, Australia, yang meneliti batik dan membuat buku-buku batik Indonesia, dalam pernyataannya yang menggunakan bahasa inggris mengungkapkan batik tidak hanya ada di Indonesia saja, di India, Afrika, bahkan Eropa.

Batik Indonesia sudah terkenal di seluruh dunia karena memiliki pola rumit yang indah, desain halus, serta warna yang khas. Serta tercatat dalam warisan budaya non benda UNESCO pada 2 Oktober 2010.

Kebudayaan batik saat ini bukan hanya sudah mendarah daging, namun juga menarik mata dunia. Seperti kita ketahui setiap hasil budaya pasti akan berubah, tugas kita sebagai generasi penerus adalah mengawali perubahan tersebut. Hal ini disampaikan oleh Komarudin Kudiya, perajin dan pakar batik Indonesia.

Komarudin menambahkan pentingnya pendidikan budaya batik dari mengenalkan proses membatik, mengedukasi penjual sampai ke hal maintenance pengrajin. Dalam hal ini berarti memberikan reward seperti upah yang pantas, memberikan seragam berupa produk batik tersebut, bisa juga mengajak jalan-jalan, memberikan bonus, hal ini tentu disesuaikan juga dengan kemampuan pengusaha batik tersebut.

Saat ini terdapat sekitar 4,5 juta bisnis batik di Indonesia, di mana empat jutanya terdapat hampir di seluruh pulau Jawa, sedangkan sisanya di luar pulau Jawa.

Ny. Suliantoro, wanita 78 tahun yang telah menghabiskan 60 tahun masa hidupnya mendalami batik dan saat ini pengusaha batik dari Jogja, ikut serta mengatakan pendapatnya dalam sesi tanya jawab bahwa  tantangan saat ini adalah bagaimana mempertahankan kualitas batik itu sendiri. Batik dahulu menggunakan zat pewarna alami. Namun seiring perkembangan zaman dan produksi dalam jumlah besar, warna yang dipakai adalah pewarna sintetis, di mana hal ini mengurangi nilai filosofi dari batik itu sendiri. Namun demikian Ny. Suliantoro berharap terutama anak-anak muda tetap bangga memakai batik.

Talkshow yang merupakan hasil kerjasama Yayasan Batik Indonesia dan Indosat tersebut, berlangsung sekitar satu jam dan ditutup dengan acara serah terima penghargaan kepada narasumber yang diberikan oleh Alexander Rusli, selaku Presiden Direktur dan CEO Indosat.

Diharapkan melalui Gelar Batik Nusantara 2013, Yayasan Batik Indonesia bisa mewujudkan visi misinya dalam upaya melestarikan batik indonesia agar selalu mendapat perhatian para pengrajin, pengusaha batik dan masyarakat, serta mengembangkan kemampuan pengrajin atau pengusaha batik. 

Editor : Sabar Subekti


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home