Loading...
MEDIA
Penulis: Dewasasri M Wardani 11:48 WIB | Selasa, 03 Mei 2016

Hari Kebebasan Pers Dunia, Saatnya Berterimakasih kepada Media

Ilustrasi Hari Kebebasan Pers Dunia. (Foto: en.unesco.org)

SATUHARAPAN.COM -  Hari Kebebasan Pers Dunia, diperingati setiap tanggal 3 Mei, untuk menginformasikan kepada masyarakat internasional, bahwa kebebasan pers dan kebebasan berekspresi adalah hak asasi manusia yang mendasar. Peringatan Hari Kebebasan Pers Dunia ini memberikan kesempatan  bagi masyarakat untuk berterimakasih, dan memberikan apresiasi kepada media yang telah berkorban, dalam menjalankan tugasnya.

Untuk tahun ini Finlandia menjadi negara yang memiliki peringkat pertama di dunia dalam kebebasan persnya berdasarkan Indeks kebebasan pers yang dilakukan oleh Reporters Without Borders (RSF) . Maka berbagai acara akan digelar  antara lain pameran, dan malam penghargaan dipusatkan di kota Helsinki, Finlandia, dari 2 hingga 4 Mei 2016. Perhelatan ini diselenggarakan oleh  Badan PBB untuk Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan (UNESCO) dan Pemerintah Finlandia yang  akan memberikan World Press Freedom Prize pada tahun 2016. 

Hari Kebebasan Pers Dunia dicanangkan  oleh PBB  pada bulan Desember 1993, yang merupakan  hasil pertemuan di Namibia Afrika tahun 1991. Pertemuan itu mempromosikan kebebasan pers dan pluralisme di Afrika, yang dinamakan sebagai  Deklarasi Windhoek. Ia kemudian dijadikan sebagai Hari Kebebasan Pers Sedunia, dan dirayakan setiap tahun pada tanggal 3 Mei.

Peringatan Hari kebebasan pers dunia ini juga lebih dikuatkan oleh deklarasi universal hak asasi manusia tahun 1948 pasal 19,  yang isinya menyatakan, bahwa  setiap orang "memiliki hak untuk kebebasan berpendapat dan berekspresi,  hak ini termasuk kebebasan memiliki pendapat dan mencari, menerima dan menyampaikan informasi dan buah pikiran melalui media apa saja dan tanpa batas.”

Indeks Kebebasan Pers Dunis  2016

Indeks kebebasan pers dunia  yang selalu diterbitkan setiap tahun oleh Reporters Without Borders (RSF), yang dikutip dari rsf.org. adalah evaluasi kebebasan media yang mengukur pluralisme, independensi media, kualitas kerangka hukum dan keamanan wartawan di 180 negara. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner dalam 20 bahasa, kemudian dianalisis secara kualitatif dan  dikombinasikan dengan data kuantitatif, tentang pelanggaran dan tindak kekerasan terhadap jurnalis dengan periode tertentu. Isi nya mencakup  intensitas serangan terhadap kebebasan jurnalistik, dan kemerdekaan oleh pemerintah, ideologi dan kepentingan sektor swasta selama setahun terakhir. 

Adapun hasil Indeks kebebasan pers tahun 2016 sebagai berikut, Eropa masih menjadi media yang paling bebas dengan komposisi pada peringkat pertama Finlandia,  kedua Belanda  dan  ketiga Norwegia, Tunisia  Ukraina menjadi naik peringkat menjadi 22, karena penurunan  kekerasan dalam proses hukum, di mana konflik di timur negara itu mereda.

Negara, di mana kekerasan terhadap jurnalis terus meningkat. Adalah  Asia 43,8 poin dan Eropa Timur/Asia Tengah 48,4 poin, juga Afrika Utara / Timur Tengah  50,8 poin  masih  menjadi wilayah di mana wartawan yang paling mengalami kendala dari setiap jenis.

Tajikistan, turun menjadi peringkat ke  150 sebagai akibat dari otoritarianisme rezim tumbuh. Kesultanan Brunei  juga demikian yakni peringkat ke 155, karena penerapan  bertahap Syariah Islam yang menimbulkan kecaman atas dirinya. Burundi  turun menjadi peringkat  ke 156, karena konflik politik dalam negerinya mengakibatkan kekerasan terhadap wartawan . Tiga posisi yang memiliki peringkat terendah dan  dinamakan  sebagai "neraka trio" yaitu, Turkmenistan (178), Korea Utara (179) dan Eritrea (180).

Christophe Deloire Sekjen Reporters Without Borders (RSF), mengatakan "Sayangnya banyak dari para pemimpin dunia sekarang ini  sedang mengembangkan sebuah bentuk paranoia tentang jurnalisme yang sah, Iklim hasil ketakutan dalam keengganan berkembang, berdebat, penutupan media, pemerintah semakin otoriter dan menindas, dan pelaporan di media milik swasta yang semakin dibentuk oleh kepentingan pribadi.” (unesco.org)

Editor : Eben E. Siadari


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home