Loading...
INDONESIA
Penulis: Endang Saputra 16:08 WIB | Kamis, 03 Desember 2015

Hasyim: Slamet, Politisi yang Agamis

Wakil Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Slamet Effendy Yusuf, meninggal dunia pada usia 67 tahun, karena serangan jantung, pada 2 Desember 2015 pukul 23.00 WIB di Kota Bandung. Para tokoh melayat almarhum yang disemayamkan di kediamannya di Perumahan Citra Gran Castle Garden Blok H-5, No 18 Cibubur, hari Kamis (3/12). (Foto: Endang Saputra)

BOGOR, SATUHARAPAN.COM –  Anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres), Hasyim Muzadi, menilai sosok almarhum Wakil Ketua Umum PBNU Slamet Effendy Yusuf selama menjadi politikus di Partai Golkar tidak pernah meninggalkan soal wawasan keagamaan.

"Nah, setelah keluar dari DPR, dia mengisi masa tuanya menjadi Wakil Ketua PBNU, Wakil Ketua MUI, dan sebagainya," kata Hasyim di rumah almarhum Slamet Effendy di Perumahan Citra Gran Castle Garden Cibubur, pada hari Kamis (3/12).

"Ya, mudah-mudahan diterima amalnya oleh Allah dan semoga husnul khotimah," dia menambahkan.

Mantan Ketua PBNU itu mengenang pengalamannya paling mengesankan bersama almarhum Slamet Effendy waktu dia mendorongnya menjadi Ketua Umum GP Ansor.

"Momen yang paling berkesan waktu menjadikannya Ketua Umum GP Ansor pertama kali. Itu di Lampung. Dukungan dari Jawa Timur sampai ke Lampung, dengan menghubungi cabang-cabang NU untuk mendukung Pak Slamet, dan akhirnya berhasil menjadi Ketua GP Ansor waktu itu," kata dia.

Waktu menjadi anggota DPR, Hasyim mengaku jarang bertemu lagi mengingat kesibukan masing-masing. "Dia ngurusin politik, saya ngurusin NU," kata dia.

Sosok Slamet Effendy di Mata Keluarga: Humoris dan Bertanggung Jawab

Anggun, menantu almarhum Slamet Efendy, menilai almarhum sebagai sosok yang bertanggung jawab terhadap keluarga, dan bertanggungjawab terhadap pekerjaan di sejumlah bidang yang dia geluti.

“Bahkan urusan tanggung jawab terhadap pekerjaan terkadang membuatnya melupakan kesehatannya. Dia suka tidak-enakan. Dia akan tetap menghadiri rapat meskipun tidak ada sopir, jadi saya terkadang mengantarkannya," kata dia.

Slamet Effendy juga dikenang keluarga sebagai pribadi yang betah kalau sedang ngobrol dengan sahabatnya. Bahkan sebelum meninggal, Slamet mengutarakan kangen dengan teman-teman yang sudah lebih dulu dipanggil Tuhan.

"Bapak pinter. Sampai dengan usianya segitu, luar biasa. Jadi, sekarang kehilangan banget. Dedikasi Bapak luar biasa," kata dia.

“Mertua saya dikenal sebagai pribadi yang sayang kepada keluarga dan bertanggung jawab. Kalau di rumah, suka bercanda dan humoris. Memang cerewet, dan orangnya suka mikirin orang lain,” kata dia.

Wakil Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Slamet Effendy Yusuf, meninggal dunia pada usia 67 tahun, karena serangan jantung, pada 2 Desember 2015 pukul 23.00 WIB di Kota Bandung.

Ia merupakan anggota ‎Ketua Komisi Kerukunan Antar Umat Beragama Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang sempat menjadi anggota DPR RI pada tahun 1992 serta menjadi anggota MPR RI pada tahun 1998-1993.

Slamet Effendy Yusuf yang pernah menjadi Ketua PMII Cabang Yogyakarta pada 1972 - 1973 ini juga pernah bergelut menjadi wartawan. Di antaranya bergabung dengan Harian Umum Pelita pada tahun 1977-1998 dan ikut mendirikan dan memimpin Majalah Forum Keadilan pada tahun 1989. 

Editor : Sotyati


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home