Loading...
SAINS
Penulis: Reporter Satuharapan 08:28 WIB | Rabu, 26 April 2017

Imunisasi Perlu Dikampanyekan dengan Bahasa Agama

Balita mendapat imunisasi polio yang diberikan petugas medis Puskesmas Ulee Kareng di Posyandu Desa Lambhuk, Banda Aceh, Aceh, Rabu (1/3). Pemerintah mengalokasi anggaran sebesar Rp 1,84 triliun untuk progam imunisasi nasional 2017 yang bersumber dari APBN dan The Global Allience for Vaccines and Immunization (GAVI). (Foto: Antara)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia Asrorun Ni`am Sholeh mengatakan program imunisasi perlu dikampanyekan dengan bahasa agama karena adanya isu penolakan imunisasi karena keyakinan keagamaan.

"Saya kira harus ditempuh bersamaan. Pertama menggandeng tokoh agama untuk membangun kesadaran masyarakat dengan perspektif keagamaan. Artinya cara sederhana mengampanyekan imunisasi dengan bahasa agama, jangan paksakan dengan bahasa kesehatan," kata Asrorun di Jakarta, Selasa (25/4).

Salah satu masih adanya penolakan imunisasi di masyarakat dikarenakan keyakinan keagamaan terkait kehalalan vaksin tersebut. 

Menurut Asrorun persoalan penolakan tersebut terletak pada komunikator yang mengomunikasikan agar bisa diserap lebih baik oleh masyarakat. "Bisa jadi ahli agama lebih dipercaya daripada dokter, misalnya," kata dia.

Kendati demikian Majelis Ulama Indonesia telah menerbitkan fatwa tentang imunisasi yang membolehkan dan mewajibkan vaksinasi kepada anak guna mencegah terjadinya penyakit yang mewabah dan menyebabkan kecacatan atau kematian.

Asrorun menegaskan bahwa imunisasi sebagai bagian dari pemenuhan kesehatan terhadap anak merupakan hak dasar yang harus dipenuhi oleh orang tua.

Penelitian yang dilakukan Kementerian Kesehatan menunjukkan alasan penolakan vaksinasi pada anak oleh orang tuanya karena faktor ketakutan terhadap efek samping yang menyebabkan demam dan sakit, serta faktor agama dan budaya. (Ant)

Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home