Loading...
EKONOMI
Penulis: Martahan Lumban Gaol 20:24 WIB | Rabu, 02 Maret 2016

Jokowi: Siapkan Transportasi Massal Sumut dengan Baik

Menteri PU Pera, Basuki Hadimuljono, bersama Presiden Jokowi (kanan) saat meninjau lokasi pembangunan Jalan Tol Medan-Kualanamu-Tebing Tinggi di Desa Penara Kebon, Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara, hari Rabu (2/3). (Foto: Biro Pers Istana Kepresidenan)

BINJAI, SATUHARAPAN.COM – Jelang mengakhiri kegiatan hari kedua berada di Provinsi Sumatera Utara, hari Rabu (2/3) sore, Presiden Joko Widodo meninjau pembangunan reaktivasi jalur kereta api Trans Sumatera Medan – Aceh antara Stasiun Binjai – Stasiun Besitang sepanjang 80 km dan groundbreaking pembangunan jalan layang kereta api di Kota Medan antara Stasiun Medan - Stasiun Bandar Khalipah sepanjang 8 km di Stasiun Binjai.

‎Dia mengatakan bahwa dirinya ke Kota Binjai sebenarnya untuk meninjau sejauh mana pembangunan yang telah dilaksanakan bukan untuk pelaksanaan groundbreaking.

"Biasanya kalau groundbreaking tidak diawasi, mundur terus. Kalau saya, sudah jalan berapa, saya lihat masalahnya apa," ucap Presiden Jokowi.‎

Untuk itu setiap proyek yang telah dimulai pembangunannya, Presiden menunggu kapan proyek tersebut akan selesai pembangunannya. "Tiap proyek saya kontrol, saya cek, cek, dan cek lagi," ucapnya.

‎Pemerintah memprioritaskan pembangunan kereta api di beberapa kota. Di Kota Medan misalnya, Medan – Kualanamu dilanjutkan dengan Medan – Binjai ke bandara.  Menurutnya, hal tersebut harus menjadi prioritas, karena semua kota besar di Indonesia sudah macet. Masyarakat membutuhkan moda alternatif lain.

Masyarakat dibiasakan untuk memiliki mobil pribadi, lanjut Presiden, ‎ke mana-mana menggunakan mobil pribadi, karena transportasi massal tidak disiapkan. "Jangka panjang itu harus (disiapkan), kalau tidak semua kota besar itu macet," ucap Presiden.‎

Jakarta Terlambat

Presiden Jokowi membandingkan dengan Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta yang dinilainya telah terlambat 25 tahun karena tidak membangun transportasi massal. "Sudah direncanakan seperti MRT, tapi tidak pernah dieksekusi, sehingga harga sudah mahal," ucap Presiden.

Pembebasan lahan misalnya, sudah mencapai kisaran 100 hingga 200 juta rupiah per meter persegi. Seandainya dilakukan telah lama, harganya tidak mungkin setinggi saat ini, "Biaya konstruksi lebih mahal. Ini keterlambatan yang harus dikejar," kata Presiden.‎

Oleh karenanyanya, Presiden telah memerintahkan pembangunan transportasi massal pada beberapa kota besar, seperti LRT di Palembang dan Bandung Raya. "Semua titik itu harus ada, terserah wali kota dan gubernur. Mau pakai trem, rail bus, LRT atau bawah tanah. Ini harus segera dikerjakan, kalau tidak kita akan berkejar-kejaran dengan kemacetan," ucap Presiden. ‎‎

Semakin Tidak Terurus

Sementara itu, Menteri Perhubungan, Ignasius Jonan, melaporkan bahwa jalur ini sudah ada sejak jaman Belanda. Namun, semakin lama semakin tidak terurus, karena tidak adanya anggarannya.

Menurutnya, reaktivasi jalur ini mulai dilaksanakan ketika Presiden memberikan arahan tentang pembangunan jalur kereta api Trans Sumatera. Dia mengatakan pemerintah akan mulai mdengan yang mudah lebih dahulu, dengan reaktivasi jalur kereta api. “‎Sudah selesai 50 km dan tahun depan sudah dapat beroperasi," kata Jonan.

Panjang lintasan Trans Sumatera yang akan dibangun, lanjut Jonan,  adalah 1.500 km dan dimulai dengan 80 km‎ di Provinsi Sumatera Utara dan 80 km di Provionsi Jambi.‎‎

Editor : Eben E. Siadari


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home