Loading...
INDONESIA
Penulis: Ignatius Dwiana 07:39 WIB | Kamis, 28 September 2017

Jumlah Perokok Indonesia Terbesar Dunia

Diskusi Rokok Gerogoti Keluarga Miskin yang digelar di Jakarta, Rabu (27/9). (Foto: Ignatius Dwiana)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM -  Profesor Hasbullah Tabrani dari Pusat Kajian Ekonomi dan Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (PKEKK-FKM UI) menyebutkan Indonesia memilki jumlah perokok terbesar di dunia. Sekitar 70 juta orang merokok setiap hari.

"Itu menjadi penyakit sosial terbesar. Karena kita menjadi juara perokok di dunia. Jumlahnya 70 juta orang tiap hari merokok. Itu yang tertinggi di dunia," katanya dalam diskusi "Rokok Gerogoti Keluarga Miskin" di Jakarta, Rabu (27/9).

Dia menilai rokok menimbulkan kecanduan. Karena rokok dihisap sedikit demi sedikit. Akibatnya, orang jadi mengorbankan kebutuhan lain hanya demi rokok. Seperti kebutuhan gizi dan pendidikan anak. Masalah sosial pada akhirnya muncul seperti kemiskinan. Walaupun masalah rokok awalnya masalah kesehatan.

Kepala Unit Komunikasi dan Pengelolaan Pengetahuan, Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K) Rudi Gobel membenarkan pendapat Profesor Hasbullah Tabrani. Bahwa merokok mengakibatkan kemiskinan di Indonesia.

Rudi Gobel  menyebut rokok sebagai hambatan terbesar dalam upaya penanggulangan kemiskinan di Indonesia. Rokok sudah menjadi kebutuhan setelah beras. Alokasi kebutuhan rokok dinilainya tidak produktif. Bahkan semakin membuat masyarakat beresiko terjebak lingkaran problem kemiskinan. Masalahnya yang lebih besar mengalokasikan kebutuhan rokok adalah masyarakat miskin.

"Kalau kita lihat data 6 sampai 7 tahun terakhir, kelompok yang memiliki kemampuan mengakses informasi, termasuk informasi bahaya rokok, adalah kelompok yang relatif mapan. Kelompok kaya. Kecenderungan prevalensi rokoknya itu mengalami pengurangan. Prevalensi rokok dari 2001 ke 2012 relatif turun dari 29,6 persen ke 29,4 persen. Tetapi untuk masyarakat yang relatif miskin akses informasi terhadap pengetahuan bahaya rokok itu relatif kecil  justru meningkat. Dari 30 persen naik menjadi 43 persen," katanya. 

Profesor Hasbullah Tabrani menambahkan orang bisa keluar dari kebiasaan merokok kalau memiliki tekad kuat. "Tetapi kalau tekadnya tidak kuat, susah. Awalnya akan sulit karena ada rasa ketergantungan."

Dalam diskusi itu hadir Dita Sari. Dia merupakan contoh ibu rumah tangga yang berhasil mengubah tekad suami untuk keluar dari kebiasaan merokok. 

Dita Sari menuturkan bahwa setiap harinya suaminya bisa menghabiskan sebungkus rokok. Kemudian dia berupaya supaya suaminya tidak membelanjankan rokok dan mengumpulkan uang rokok itu. Maka dia membuat celengan dari bekas akuarium ikan. Setelah 1,5 tahun mereka berhasil mengumpulkan Rp 11 juta lebih. Hasil celengan itu akhirnya mereka belikan sepeda motor.

Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home