Loading...
EKONOMI
Penulis: Diah Anggraeni Retnaningrum 10:53 WIB | Senin, 29 Juni 2015

Kadin: Ekonomi Indonesia Goyah karena Bergantung Pada Komoditas

Ki-ka: Ketua Kadin NTT Abraham Paul Liyanto, Dirjen P2HP Saut Hutagalung, Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia Bidang Perbankan & Finansial Rosan P. Roeslani, Pengamat Ekonomi Didik J. Rachbini dalam Rapat Koordinasi Kadin Provinsi NTT di Kupang, Sabtu (27/6). (Foto: Kadin)

KUPANG, SATUHARAPAN.COM – Wakil Ketua Umum Bidang Perbankan dan Finansial Rosan Roeslani menilai pembangunan infrastruktur dan industri di NTT dan Indonesia secara umum harus segera dieraliasasikan. Menurutnya, kedua hal tersebut sangat diperlukan untuk menopang gerak positif pertumbuhan ekonomi daerah dan nasional.

"Ekonomi Indonesia yang tumbuh positif hampir selama 10 tahun (hingga 2013) akhirnya goyah. Ini disebabkan kita lama terlena pada keuntungan dari sektor komoditas dan lupa membangun infrastruktur dan industri,"papar Rosan dalam Rapat Koordinasi Kadin Provinsi NTT di Kupang, Sabtu (27/6).

Menurutnya, ketergantungan pada harga komoditas tidak mendukung stabilitas ekonomi karena harga komoditas sangat bergantung pada pasar, harga, dan permintaan internasional. Artinya, tidak terbentuk kemandirian dalam dalam menentukan masa depan dan stabilitas ekonomi sendiri.

"Masalah yang dihadapi saat ini sangat penting bagi kita untuk melihat kembali kelemahan pembangunan ekonomi kita. Pembangunan industri dan infrastruktur kita segerakan. Tidak ada kata terlambat," kata Rosan.

Senada dengan Rosan, Ketua Kadin NTT Abraham Paul Liyanto juga melihat infrastruktur dan industri sebagai tantangan khusus dalam pembangunan di NTT. Potensi sektor-sektor unggulan tidak tergarap secara maksimal lantaran belum kondusifnya sejumlah perangkat pendukung. Untuk itulah, Kadin NTT menghadirkan para pemangku kepentingan sektoral di level nasional dan daerah untuk melihat langsung dan mendiskusikan kebutuhan pembangunan di NTT.

"Kami perlu mendapat solusi dan pertimbangan atas masalah di NTT, antara lain infrastruktur, pariwisata, industri kelautan dan perikanan," kata Paul.

Selain itu, tantangan menjelang pemberlakuan MEA 2015 pada Desember mendatang, dalam pandangan Paul, bisa menghadirkan masalah khusus bagi UKM lokal. Menurut pengusaha yang juga senator asal NTT ini, banyak UKM daerah di bidang perikanan, kelautan, dan pariwisata yang sebenarnya sangat potensial dan berpeluang maju ke level yang lebih tinggi.

"Karena itu kehadiran investor asing saat MEA 2015 perlu diantisipasi. Pemerintah Pusat dan Daerah perlu bantu untuk hadirkan solusi bagi mereka," kata Paul.

Acara Rakorda Kadin NTT dibuka oleh Wakil Gubernur Benny Alexander Litelnoni. Dalam sambutannya, Wagub meminta dukungan dunia usaha atas kerjasama khusus tiga negara yang tengah digagas Provinsi NTT. Kerjasama tersebut melibatkan NTT, Timor Leste, dan Negara Bagian Northern Territorry Australia.

"Kita sebut kerjasama Kupang-Darwin-Dili. Swasta perlu melihat peluang kerjasama ini untuk berkontribusi bagi ekonomi daerah," kata Benny.

Rakorda Kadin Provinsi NTT dilanjutkan dengan diskusi panel yang menghadirkan tiga pembicara nasional. Mereka adalah Rosan Roeslani, Dirjen P2HP Kementerian Kelautan dan Perikanan Saut Hutagalung, dan pengamat Ekonomi Didik J Rachbini.

Editor : Eben Ezer Siadari


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home