Loading...
INSPIRASI
Penulis: Yoel M Indrasmoro 07:00 WIB | Sabtu, 11 April 2015

Kami Telah Melihat Tuhan

Untunglah para murid tidak mengucilkan Tomas.
Tomas, Sang Peragu (foto: istimewa)

SATUHARAPAN.COM – ”Kami telah melihat Tuhan!” (Yoh. 20:25). Demikianlah kabar yang disampaikan para murid kepada Tomas. Pendek saja: kami telah melihat Tuhan. Ya, mereka telah melihat Yesus yang bangkit.

Sayang, Tomas tak bersama mereka sewaktu Yesus menjumpai para murid. Kita tak pernah tahu alasan ketidakhadirannya. Itu tidak terlalu penting. Yang sungguh penting, para murid tidak menyembunyikan berita kebangkitan Yesus itu dari Tomas. Dengan semangat mereka memberitahukan perihal kebangkitan Yesus kepada Tomas. Mereka ingin Tomas juga merasakan kesukacitaan mereka. Mereka senang jika orang lain senang (1Yoh. 1:3-4).

Menarik disimak, para murid menggunakan kata ganti ”kami”. Kebangkitan Yesus bukanlah peristiwa yang menyangkut individu, tetapi juga menyentuh kelompok. Mulanya, Yesus memang menampakkan diri kepada Maria Magdalena; lalu kepada dua orang yang berjalan menuju Emaus; dan akhirnya Yesus menampakkan diri kepada sepuluh murid.

Jelaslah, ”Kami telah melihat Tuhan” bukanlah pengakuan pribadi, melainkan pengakuan kelompok. Pengakuan kelompok ini menjadi penting di tengah kecenderungan orang yang sulit menerima kebangkitan Yesus. Dan itulah yang terjadi pada diri Tomas.

Tetapi, yang juga menarik untuk disimak, para murid tidak memaksa Tomas untuk percaya. Kepercayaan merupakan hak asasi manusia, tentunya tak boleh dipaksakan. Gereja masa kini perlu belajar dari para murid berkaitan dengan hal ini. Tak perlu kita marah atau tersinggung kalau ada orang yang tak percaya akan kebangkitan Yesus Kristus.

Sekali lagi, itulah yang dilakukan para murid. Ketika Tomas dengan akal budinya tidak bisa menerima kenyataan kebangkitan Yesus, mereka tidak mengucilkan Tomas. Setidaknya mereka tidak menyalahkan Tomas dengan pernyataannya itu. Mungkin mereka sedih, tetapi menyalahkan Tomas hanya akan membuat Sang Peragu itu meninggalkan persekutuan.

Dan seandainya Tomas meninggalkan persekutuan, maka mereka tidak akan pernah mendengar pengakuan iman yang keluar dari mulut Tomas: ”Ya, Tuhanku dan Allahku” (Yoh. 20:28). Pengakuan iman yang pendek ini pada akhirnya memang menjadi pengakuan iman di kalangan jemaat mula-mula.

Kelihatannya para murid sadar, pengakuan memang bukanlah urusan manusia semata. Tuhanlah yang memampukan manusia untuk mengaku. Dalam peristiwa Tomas, tampak jelas bahwa Yesus pada akhirnya menemui Tomas. Sekali lagi, bukan Tomas yang menemui Tuhan. Tetapi, Tuhanlah yang menemui Tomas. Dengan kata lain, Tuhanlah yang memampukan Tomas untuk percaya.

Untunglah para murid tidak mengucilkan Tomas. Untunglah para murid tetap mengasihi Tomas, meski berbeda paham. Pemahaman yang berbeda memang harus dinyatakan, tetapi itu tak boleh menjadi alasan untuk bersikap membedakan. Inilah inti persekutuan—persaudaran yang rukun (Mzm. 133). Dan dalam persekutuan semacam inilah damai sejahtera, berkat Paskah itu, sungguh-sungguh hadir.

 

Editor: ymindrasmoro

Email: inspirasi@satuharapan.com


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home