Loading...
BUDAYA
Penulis: Ignatius Dwiana 11:20 WIB | Jumat, 01 November 2013

Keroncong, Budaya yang Harus Dilestarikan

Sruti Respati dalam penampilan bersama Mardijkers di Bentara Budaya Jakarta. (Foto Ignatius Dwiana)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Musikus Sruti Respati tampil di acara "Dinasti Keroncong Ditangkap KPK (Komunitas Pencinta Keroncong)" yang digelar di Bentara Budaya Jakarta pada Kamis (31/10). Ia tampil dalam balutan busana yang merupakan statement-nya, yaitu berkebaya dan berkonde, yang seperti pengakuannya, tidak saja dalam membawakan keroncong dan musik Jawa, tetapi juga ketika menyanyikan jazz dan pop.

“Saya merasa memang memiliki tanggung jawab, untuk tidak hanya melestarikan musik tetapi juga keroncong ini karya kreasi budaya kita. Ini warisan yang patut kita lestarikan. Ini budaya kita. Sekaligus ini mempromosikan identitas kita sebagai orang Indonesia. Tidak hanya kepada orang tua ataupun dewasa, remaja, tetapi juga ke anak-anak, segala lapisan,” kata Sruti Respati, dalam perbincangan di sela-sela acara.

Sruti Respati yang berasal dari keluarga dalang ini sangat mengapresiasi anak muda yang menekuni musik keroncong yang asli budaya Indonesia ini. Musik keroncong, menurut pendapatnya, tetap harus lebih dipromosikan lagi karena secara jumlah, masih sedikit yang menekuni.

 

Improvisasi dalam Keroncong

Musik keroncong pun berkembang. Pemusik Bondan Prakoso membawakan musik keroncong dicampur rap, dan musisi muda dari de Mardijkers Junior membawakan musik pop yang dikeroncongkan. Sruti Respati menanggapi hal itu sebagai perkembangan  yang baik.

“Karena kebudayaan itu nut jaman kelakone, mengikuti zaman. Kita memang sudah di zaman yang berbeda. Apa yang kita sebut dulu pendobrak mainstream saat ini kita bisa menyebutnya sebagai sesuatu yang klasik. Jadi karya kreatif itu berkembang. Kebudayaan itu berkembang. Apa yang kita sebut kebudayaan itu ya yang kita jalani hari-hari ini,” kata Sruti Respati.

Editor : Sotyati


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home