Loading...
EKONOMI
Penulis: Melki Pangaribuan 15:50 WIB | Senin, 24 Agustus 2015

Kontroversi Rizal Ramli Diharap Bukan Sekadar Sensasi

Politisi PDI Perjuangan, Hendrawan Supratikno. (Foto: Dok. satuharapan.com)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Kehebohan yang ditimbilkan Menko Kemaritiman, Rizal Ramli, hanya satu hari setelah ia menjabat, mendatangkan tanggapan berbagai pihak. Banyak yang memandang negatif cara dirinya melontarkan kritik terhadap program-program pemerintah, karena dianggap tidak sesuai dengan etika pejabat.

Kendati demikian, sejumlah pihak menilai, kehebohan itu diperlukan di tengah kinerja kabinet yang memerlukan dorongan. Selain itu, diyakini pula bahwa kegaduhan yang ditimbulkan kehadiran Rizal Ramli tidak sekadar sensasi.

Anggota Komisi XI DPR RI, Hendrawan Supratikno, menilai hadirnya Rizal Ramli dalam Kabinet Kerja Joko Widodo-Jusuf Kalla akan memperkaya pilihan-pilihan strategi untuk mengatasi masalah-masalah bangsa. Pakar ekonomi dari Universitas Satya Wacarna, Salatiga yang dikenal dekat dengan Rizal Ramli itu mengatakan, tokoh aktivis 78 ITB itu dapat memberikan sumbangan berarti bagi pemerintah.

“Rizal Ramli akan memperkaya pilihan-pilihan strategi untuk mengatasi masalah-masalah bangsa,” kata Hendrawan Supratikno ketika dihubungi satuharapan.com, di Komplek Parlemen, Jakarta, hari Senin (24/8).

Selanjutnya, menurut Hendrawan, prospek ekonomi Indonesia ke depan tergantung pada kreativitas dan konsistensi kebijakan pemerintah.

“Prospek ekonomi Indonesia ke depan tergantung pada kreativitas dan konsistensi kebijakan pemerintah,” katanya.

Cendekiawan NU yang pernah menjabat menteri di kabinet Abdurrahman Wahid bersama-sama dengan Rizal Ramli, Muhammad A.S. Hikam, berpendapat senada. Menurut dia, tiga kritik yang dilontarkan RR, singkatan populer bagi nama Rizal Ramli, patut didengar. Tiga kritik itu adalah  soal program pembangunan pembangkit listrik 35 megawatt (MW), soal rencana pembelian pesawat oleh Garuda, dan rencana pembangunan proyek KA cepat Jakarta-Bandung.

"Mengapa RR mengambil strategi 'konfrontatif? Apakah beliau begitu tidak tahu cara berkomunikasi publik sehingga mengabaikan dampak dari sikap tersebut? Ataukah RR memiliki tujuan yang lebih jauh dari sekedar berbeda pendapat secara terbuka? Beliau memilih jalan tak populer ini bukan tanpa perhitungan, termasuk menghitung risiko dirinya akan menjadi target kritik dan bahkan mungkin menjadi 'musuh bersama' (common enemy) di Istana!," kata Hikam.

Menurut dia,  RR memilih konsistensi tetap kritis bukan hanya terhadap berbagai kebijakan yang dianggapnya keliru, tetapi juga pihak-pihak yang berada di balik pembuatan kebijakan tersebut, termasuk Wapres JK, Menteri Rini Suwandi, atau yang lain.

"Sikap ini ada kaitannya dg posisi RR sebagai Menko. Jabatan ini hanya bisa efektif jika RR memang memiliki 'leverage' dan/ atau pengaruh yang besar dalam pengambilan keputusan di Kabinet. Jika tidak, maka posisi yg dipegangnya hanyalah sekadar asesori saja seperti menko-menko sebelumnya," tutur dia, lewat akun facebooknya.

Dengan demikian, menurut dia, sikap kritis itu untuk menghindari agar dirinya tidak dianggap hanya sekedar waton suloyo, cari sensasi, atau gagah-gagahan.

"Sikap RR yang bikin galau banyak orang di Istana itu ada hitung-hitungannya," kata dia.

Yang menjadi pertanyaan adalah apakah RR akan konsisten bertahan dengan sikap yg ternyata sudah mulai memunculkan kehebohan dan kegaduhan di Istana. Hikam tidak berani memastikan. Tetapi menurut dia, sejauh yang dia kenal, RR bukanlah sosok yang suka mencari sensasi atau punya kebiasaan merusak keseimbangan tim dengan cara mengguncang perahu (rocking the boat).

"Waktu jualah yg akan membuktikan sikap Menko yg satu ini," kata Hikam

Utang Luar Negeri

Sementara itu terkait dengan utang luar negeri Indonesia yang sudah mencapai 4.000 triliun, menurut Hendrawan, utang harus dikelola dengan cerdas. “Utang harus dikelola dengan cerdas,” kata politisi fraksi PDI Perjuangan itu.

Utang luar negeri Indonesia sampai akhir triwulan II 2015 mencapai US$ 304,3 miliar atau Rp 4.208,7 triliun. Angka ini naik sebesar 6,3 persen dibanding periode yang sama tahun lalu. Demikian siaran pers Bank Indonesia yang dilansir lewat laman resminya hari Rabu lalu (19/8).

Utang luar negeri tersebut terdiri dari utang pemerintah sebesar US$ 134,6 miliar atau 44,2 persen dari total utang luar negeri. Sedangkan utang sektor swasta sebesar US$ 134,6 miliar atau 44,2 persen dari total utang luar negeri.

Kendati utang luar negeri mengalami kenaikan, besaran kenaikan tersebut lebih rendah dibanding kenaikan pada triwulan pertama 2015. Kenaikan pada triwulan pertama tercatat sebesar 7,09 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.

Perlambatan pertumbuhan utang luar negeri ini terutama terjadi pada utang luar negeri swasta, dari 13,4 persen pada triwulan sebelumnya (yoy)  menjadi 9,7 persen (yoy).

Editor : Eben E. Siadari


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home