Loading...
BUDAYA
Penulis: Kris Hidayat 22:59 WIB | Sabtu, 16 November 2013

Kuda Renggong, Kuda Menari Khas Sunda

Kuda Renggong, Kuda Menari Khas Sunda
Seni Kuda Renggong merupakan salah satu khasanah tradisi Sunda yang masih bertahan sampai saat ini dalam beragam acara hiburan masyarakat (Foto-foto: Ant/Agus Bebeng).
Kuda Renggong, Kuda Menari Khas Sunda
Kuda Renggong, Kuda Menari Khas Sunda

BANDUNG, SATUHARAPAN.COM - Seni Kuda Renggong beraksi pada pameran Illuminator, Artworkfest 2013 di Gedung Indonesia Menggugat (GIM) Bandung, Jawa Barat, Jumat (15/11). Kesenian Kuda Renggong kini menjadi ikon di Kabupaten Sumedang, dan berkembang di beberapa kota di Jawa Barat. Kesenian ini mempunyai keunikan yakni insting kuda yang dilatih untuk bisa memberikan reaksi pada suara tetabuhan. Kuda renggong seringkali dipertontonkan pada saat syukuran atau penghormatan kepada para tamu.

Kesenian Kuda Renggong, biasanya menampilkan satu hingga empat ekor kuda yang dapat menari mengikuti irama musik. Di atas kuda-kuda tersebut duduk seorang anak yang baru saja dikhitan atau seorang tokoh masyarakat. Kata renggong adalah permainan, kata dari istilah ronggeng yang artinya gerakan tari berirama dengan ayunan atau langkah kaki yang diikuti oleh gerakan kepala dan leher.

Kesenian Kuda Renggong, dahulu disebut kuda igel, dari kata ngigel (berarti: menari), tumbuh dan berkembang di kalangan masyarakat Desa Cikurubuk, Kecamatan Buah Dua, Kabupaten Sumedang. Konon ada seorang anak peternak kuda yang bernama Sipan yang tergerak hatinya untuk mengamati gerak kuda peliharaannya terutama pada gerakan kepala dan kaki. Gerakan-gerakan itulah yang menjadi dasar intuisi dalam hal penciptaan kesenian Kuda Renggong (kuda yang bisa menari). 

Sipan kemudian melatih kuda-kudanya supaya mampu melakukan gerakan-gerakan seperti: lari melintang (adean), gerak lari ke pinggir seperti ayam yang sedang birahi (beger), gerak langkah pendek namun cepat (torolong), melangkah cepat (derep atau jogrog), gerakan kaki seperti setengah berlari (anjing minggat), dan gerak kaki depan cepat dan serempak (congklang) seperti gerakan yang biasa dilakukan oleh kuda pacu.

Sipan menggunakan cara melatih kuda dengan memegang tali kendali kuda dan mencambuknya dari belakang agar mengikuti irama musik yang diperdengarkan. Latihan dilakukan selama beberapa bulan berturut-turut hingga kuda menjadi terbiasa dan setiap mendengar musik pengiring ia akan menari dengan sendirinya.

Melihat keberhasilan Sipan dalam melatih kuda-kudanya ‘ngarenggong’ membuat Pangeran Aria Surya Atmadja yang waktu itu menjabat sebagai Bupati Sumedang menjadi tertarik dan memerintahkannya untuk melatih kuda-kudanya yang didatangkan langsung dari Pulau Sumbawa. Dari melatih kuda-kuda milik Pangeran Aria Surya Atmadja inilah akhirnya Sipan dikenal sebagai pencipta kesenian kuda renggong.

Dalam perkembangan selanjutnya, kesenian Kuda Renggong bukan hanya menyebar ke daerah-daerah lain di Kabupaten Sumedang, melainkan juga ke kabupaten-kabupaten lain di Jawa Barat, seperti Kabupaten Bandung dan Purwakarta. Selain menyebar ke beberapa daerah, kesenian ini juga mengalami perkembangan, baik dalam kualitas permainannya maupun waditra dan lagu-lagu yang dimainkan. 

Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home