Loading...
SAINS
Penulis: Sabar Subekti 11:34 WIB | Kamis, 02 Mei 2024

Gelombang Panas Menerpa Asia Tenggara, Pelajar di Filipina Belajar dari Rumah

Seorang pedagang membentangkan payung di tengah udara panas siang hari di Manila, Filipina, Hari Senin (29/4). (Foto: AP/Aaron Favila)

MANILA, SATUHARAPAN.COM-Asia Tenggara sedang menghadapi gelombang panas selama beberapa pekan pada hari Senin (29/4) karena suhu yang mencapai rekor tertinggi menyebabkan penutupan sekolah di beberapa negara dan peringatan kesehatan yang mendesak di seluruh wilayah.

Jutaan siswa di semua sekolah negeri di Filipina diperintahkan untuk tinggal di rumah pada hari Senin setelah pihak berwenang membatalkan kelas tatap muka selama dua hari. Saran utama bagi semua orang di mana pun adalah menghindari aktivitas di luar ruangan dan minum banyak air, namun kaum muda dan orang tua diminta untuk sangat berhati-hati.

Kamboja tahun ini menghadapi suhu tertinggi dalam 170 tahun terakhir, kata Chan Yutha, juru bicara Kementerian Sumber Daya Air dan Meteorologi, kepada The Associated Press pada hari Senin (29/4). Badannya memperkirakan suhu di sebagian besar wilayah negara itu bisa mencapai 43 derajat Celcius (109 derajat Fahrenheit) pada pekan ini.

Departemen meteorologi Myanmar mengatakan pada hari Senin bahwa tujuh kota kecil di wilayah pusat Magway, Mandalay, Sagaing dan Bago mengalami suhu yang mencapai rekor tertinggi. Beberapa kota di Myanmar pekan lalu masuk dalam daftar tempat terpanas di dunia.

Kotapraja Chauk di Magway, yang secara historis merupakan wilayah terpanas di negara itu, mengalami suhu tertinggi di Myanmar sebesar 48,2 derajat Celcius (118,8 derajat Fahrenheit), memecahkan rekor sebelumnya sebesar 47,4 derajat Celcius (117,3 derajat Fahrenheit) yang dicapai pada tahun 1968.

Filipina adalah salah satu negara yang paling terkena dampak cuaca panas terik di Asia Tenggara, di mana panas terik musim panas tropis yang diperburuk oleh kelembapan memaksa pembatalan kelas dalam beberapa pekan terakhir dan memicu kekhawatiran akan kekurangan air, pemadaman listrik, dan kerusakan tanaman pertanian.

Departemen Pendidikan memerintahkan siswa di lebih dari 47.000 sekolah negeri untuk beralih ke pembelajaran berbasis rumah dan online karena risiko kesehatan dari suhu yang mencapai rekor tertinggi dan pemogokan selama tiga hari mulai Senin oleh pengemudi jeepney yang menentang program pemerintah yang mereka khawatirkan akan menutup sekolah di mana sisaw adalah penumpang mereka.

Kerumunan besar orang mencari pertolongan di pusat perbelanjaan ber-AC di Metropolitan Manila, wilayah ibu kota yang padat penduduk dengan lebih dari 14 juta orang di mana suhu melonjak hingga 38,8 derajat Celcius (101,84 Fahrenheit) pada hari Sabtu (27/4), melampaui rekor yang dibuat beberapa dekade lalu, menurut pejabat cuaca. .

Di Thailand, suhu mencapai 44 C (111 F) di beberapa wilayah di bagian utara negara tersebut, sementara ibu kota Bangkok dan wilayah metropolitan mengalami suhu melebihi 40 C (104 F). Prakiraan dari Departemen Meteorologi mengatakan musim panas tahun ini, yang biasanya berlangsung dari akhir Februari hingga akhir Mei, diperkirakan akan lebih panas 1-2 derajat dibandingkan tahun lalu, dan curah hujan akan lebih rendah dari rata-rata.

Departemen Pengendalian Penyakit Thailand mengatakan pekan lalu bahwa setidaknya 30 orang telah meninggal akibat sengatan panas sepanjang tahun ini, dibandingkan dengan 37 orang pada tahun lalu.

Para ilmuwan mengatakan jumlah kematian akibat panas di seluruh dunia telah meningkat secara signifikan dalam beberapa tahun terakhir seiring dengan kenaikan suhu, namun tren di Asia pada tahun ini masih belum jelas, sebagian karena pertanyaan tentang bagaimana mengklasifikasikan kematian yang tampaknya disebabkan oleh factor yang berhubungan dengan panas.

Setidaknya 34 orang jatuh sakit akibat panas ekstrem di Filipina sepanjang tahun ini, termasuk enam orang yang meninggal. Departemen Kesehatan mengatakan sedang memverifikasi apa sebenarnya penyebab kematian tersebut.

Media di Bangladesh melaporkan bahwa dalam periode lima hari awal bulan ini, setidaknya 20 orang meninggal akibat sengatan panas.

Namun di Kamboja, para pejabat mengindikasikan hanya ada sedikit korban jiwa, atau bahkan ada, yang disebabkan oleh cuaca panas. The Khmer Times, sebuah platform berita online, mengutip kepala Departemen Kesehatan ibu kota Phnom Penh, yang mengatakan tidak ada kematian atau keruntuhan akibat panas. (AP)

Editor : Sabar Subekti


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home