Loading...
RELIGI
Penulis: Prasasta Widiadi 08:19 WIB | Jumat, 29 Januari 2016

“Kunci DPR Tidak Korupsi: Takut akan Tuhan”

“Kunci DPR Tidak Korupsi: Takut akan Tuhan”
Sekretaris Konferensi Waligereja Indonesia, Benny Susetyo (kanan) dan Sekretaris Eksekutif Konferensi Waligereja Indonesia Edy Purwanto (kiri) pada Perayaan Natal Bersama Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Dewan Perwakilan Daerah (DPD), dan Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) di Lapangan Sepak Bola Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, hari Kamis (28/1). (Foto-foto: Prasasta Widiadi).
“Kunci DPR Tidak Korupsi: Takut akan Tuhan”
Para pejabat negara menyalakan lilin natal antara lain Wakil Ketua MPR Ernest Evert Mangindaan, Ketua DPR Ade Komarudin, Ketua DPD Irman Gusman, Ketua Otoritas Jasa Keuangan Muliaman D. Hadad, politikus senior Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Sabam Sirait, anggota Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, Junimart Girsang, Maruarar Sirait dan Trimedya Pandjaitan. Sementara itu dari unsur pemerintah hadir Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan (Menkopolhukam), Luhut Binsar Panjaitan, Menteri Perhubungan (Menhub) Ignasius Jonan. Pejabat negara lain yang hadir yakni dua pemimpin Komisi Pemberantasan Korupsi Saut Situmorang dan Basaria Panjaitan.

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Sekretaris Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) Benny Susetyo memberi nasihat anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) agar takut akan Tuhan, karena bila anggota DPR takut akan Tuhan, maka anggota DPR akan selalu mendapat bimbingan dari Tuhan dan tidak akan tergiur melakukan tindakan yang mengarah ke kolusi, korupsi, dan nepotisme.

“Kemuliaan anggota dewan (DPR, red) adalah kalau dia (anggota DPR, red) menjadikan Kristus rumahnya dan tempat tinggalnya, karena ketika Kristus hadir dan diam dalam hati maka akan ada rasa takut akan Tuhan, maka kita tidak akan melakukan korupsi dan manipulasi,” kata Benny ketika berkhotbah natal pada Perayaan Natal Bersama Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Dewan Perwakilan Daerah (DPD), dan Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) di Lapangan Sepak Bola Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, hari Kamis (28/1).

Benny melandasi khotbah dari Kejadian pasal 9 ayat 16-17 yang berbunyi. “Jika busur itu ada di awan, maka Aku akan melihatnya, sehingga Aku mengingat perjanjian-Ku yang kekal antara Allah dan segala makhluk yang hidup, segala makhluk yang ada di bumi. Berfirmanlah Allah kepada Nuh: ‘Inilah tanda perjanjian yang Kuadakan antara Aku dan segala makhluk yang ada di bumi.’”

Benny menambahkan bahwa anggota DPR harus menganggap seluruh masyarakat Indonesia sebagai keluarga, ia menambahkan bahwa bukan keluarga dalam arti ada ayah dan ibu melainkan keluarga sebagai sebuah bangsa.

Benny mengutip perkataan Paus Fransiskus apabila orang Kristiani melakukan tindakan kejahatan korupsi lebih baik lehernya diberi batu kilangan dan dimasukkan dalam jurang.

“Karena korupsi menghancurkan wajah kemanusiaan, korupsi menghancurkan wajah parlemen dan harga diri bangsa karena martabat kita akan diinjak injak dan wajah kita tercoreng, tidak hanya wajah kita namun juga citra Allah akan tercoreng,” dia menjelaskan.

Dalam kaitannya dengan Natal, manusia diajak lahir baru, dia menjelaskan makna lahir baru yakni menjadi manusia yang memiliki keutamaan dan kebijaksanaan.

“Kita memiliki tugas sebagai seorang yang menghargai citra Allah, wajah anggota dewan adalah citra Allah, kita harus menghadirkan Kerajaan Allah dalam parlemen. Dan parlemen harus menjadi gambaran Allah yang setia merangkul yang setia dan papa. Wajah Allah ditemukan dalam sosok tubuh Kristus yang mengabdi untuk bangsa dan negaranya,” Benny menambahkan.

Benny menjelaskan apabila anggota DPR ingin menggambarkan citra Allah, maka anggota DPR harus memiliki sifat Orang Majus seperti tertuang di Matius 2 ayat 1 sampai dengan 12.

“Bangsa ini ada dalam genggaman Anda, karena di tangan Anda bangsa ini akan maju dan mundur kalau bintang gelap bangsa ini gelap, ibaratnya kalau undang-undang yang dihasilkan DPR ini berkualitas maka masyarakat dan bangsa ini akan sejahtera, dan Natal adalah memberi terang yang sejati,” kata Benny.

“Terang itu akan bersinar ketika kita mampu memantulkan terang tersebut lewat kata-kata hikmat dan kebijaksanaan, karena hikmat dan kebijaksanaan dapat diraih bila anggota DPR mau belajar mengatasi kekurangannya,” dia menambahkan.

Dia memberi contoh apabila anggota DPR ingin melihat kejujuran maka masyarakat saat ini harus melihat hal-hal yang nyata dari DPR yakni banyaknya anggota DPR yang sering absen, dan mereka jarang membaca buku sehingga banyak anggota DPR yang sering berdebat yang tidak bermutu, menurut dia, hal tersebut wajar karena berdebat sebuah hal yang tidak bermutu terjadi karena para anggota DPR menggunakan retorika yang tidak menggunakan nalar.

Ia menjelaskan Natal berarti setiap manusia diajak untuk menjadi individu yang dilahirkan kembali dan memiliki keutamaan dan memiliki kebijaksanaan, karena setiap manusia berkewajiban sebagai seorang yang menghargai citra Allah.

“Merayakan Natal berarti kita melakukan revolusi mental, karena revolusi mental pada dasarnya adalah melahirkan sikap baru yang memengaruhi cara bertindak bernalar dan berelasi, revolusi mental sebenarnya melahirkan sikap dan perilaku kita yang benar-benar berubah,” Ia mengakhiri khotbahnya.

Sementara dalam kesempatan yang sama, Sekretaris Eksekutif KWI Romo Eddy Purwanto mengatakan bahwa anggota parlemen memiliki kompetensi etis dasar yang harus dipenuhi

“Lima nilai yang sudah dibahasakan secara baru, yang harapannya menjadi kompetensi etis dasar para pejabat beriman, yang kedua mencintai semua orang, yang ketiga mengembangkan semangat pemersatu, yang keempat menghidupkan semangat sambung rasa dan pada akhirnya menyemangati dalam semangat berbagi,” kata Eddy.

Editor: Bayu Probo


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home