Loading...
SAINS
Penulis: Reporter Satuharapan 08:04 WIB | Kamis, 16 November 2017

Lewat Lagu "Manusia Kuat", Anas Dorong Semangat Tenaga Kesehatan

Ilustrasi. Bupati Abdullah Azwar Anas ketika meluncurkan program Rantang Kasih untuk lansia. (Foto: Dok satuharapan.com/banyuwangikab.go.id)

BANYUWANGI, SATUHARAPAN.COM – Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas mengajak tenaga kesehatan menyanyikan lagu penyanyi Tulus, Manusia Kuat. Itu salah satu cara yang dipilih Bupati Anas untuk memotivasi kinerja stafnya, dalam acara yang berlangsung di Pendopo Kabupaten, 14 November lalu.

Manusia -manusia kuat itu kita/Jiwa-jiwa yang sehat itu kita…” Petikan lagu itu dinyanyikan dengan semangat, dipimpin oleh Bupati Anas. Para tenaga kesehatan yang terdiri atas beragam profesi itu pun larut bersama mendendangkan bait-bait lagu tersebut. Mereka menyanyikan lagu tersebut hingga dua kali.

Anas mengungkapkan, lagu itu sengaja dia putar untuk memberi spirit kepada para tenaga kesehatan yang tak henti melakukan tugasnya. Menurut Anas, mereka telah melakukan banyak hal luar biasa, seperti layanan jemput bola langsung ke rumah warga hingga ke pelosok desa.

“Mereka adalah orang kuat, tugasnya menengok warga miskin hingga ke pelosok, merawat orang sakit. Mereka memang harus kuat, agar bisa membuat orang lain menjadi kuat (sehat, Red). Semoga lagu ini bisa menjadi spirit bagi mereka untuk berbuat yang terbaik,” kata Anas saat memberikan pengarahan kepada tenaga kesehatan, seperti diberitakan situs resmi banyuwangikab.go.id.

Hadir dalam kesempatan itu antara lain dokter, paramedis, apoteker, bidan, dan seluruh petugas puskesmas se-Banyuwangi.

Mengubah Paradigma dari Pengobatan ke Pencegahan

Dalam kesempatan itu, Anas menjelaskan Pemkab Banyuwangi akan mengubah paradigma penanganan kesehatan, dari yang selama ini sifatnya pengobatan menjadi pencegahan. Selama ini, paradigma masyarakat kita adalah paradigma sakit. Baru ke puskesmas kalau sakit, baru ke dokter kalau ada keluhan. Itu diikuti oleh negara di mana APBD yang aspek promotif-preventif minim anggarannya.

“Akhirnya duit kita habis hanya untuk biaya mengobati. Berbagai masalah kesehatan akan terus bermunculan jika tidak diselesaikan pada akarnya, yakni pola hidup masyarakat. APBD kita desain pro-health, dengan terus mengkreasi gaya hidup sehat. Tiap puskesmas akan kita minta membuka konsultasi medis langkah-langkah pencegahan penyakit, misalnya konsultasi gizi,” Anas menjelaskan.

Untuk itu, Anas meminta tenaga kesehatan  terlibat aktif dalam mengkampanyekan gaya hidup sehat kepada masyarakat. Tenaga kesehatan di puskesmas maupun di puskesmas pembantu ini didorong menjadi “dai” kesehatan. Mereka diharapkan menceramahkan pola hidup sehat, pentingnya gizi dan hal-hal mendasar lainnya.

“Selipkan dalam acara-acara keagamaan maupun lainnya, pesan-pesan kesehatan. Kalau perlu, setiap ada acara-acara pengajian, atau khotbah di gereja, pura,  kelenteng, para petugas puskesmas harus memberikan ceramah kesehatan kepada masyarakat,” ujar Anas.

Jawa Timur, seperti ia kemukakan, kekurangan 14.000 tenaga ahli kesehatan masyarakat yang tugasnya antara lain di promotif-preventif. Kita belum mampu mencukupi rasio ideal 40 ahli tenaga kesehatan untuk 100.000 penduduk. Maka solusinya, unit kesehatan berbasis masyarakat harus digalakkan.

“Maka ke depan, puskesmas yang harus diberi reward adalah puskesmas yang kunjungan sehatnya tinggi, yang orang antusias konsultasi gizi, apakah tubuh saya gizinya masih oke, dan seterusnya. Saya juga mengapresiasi sekarang makin banyak puskesmas yang bikin acara Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu) di acara sekolah sampai car free day. Perlu diintensifkan bikin Posbindu setelah salat Jumat di masjid, Minggu di gereja, dan waktu-waktu sembahyang di pura,” kata  Anas. 

Editor : Sotyati


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home