Loading...
SAINS
Penulis: Reporter Satuharapan 14:50 WIB | Minggu, 01 Mei 2016

Mayoritas Fosil Purba Indonesia di Belanda

Pekerja melakukan penggalian (ekskavasi) di area situs 'kuburan candi' Desa Adan-Adan, Kabupaten Kediri, Jawa Timur, Senin (11/4). Pusat Arkeologi Nasional (Puslit Arkenas) menggelar penelitian lanjutan terhadap Situs Kuburan Candi dengan melakukan ekskavasi situs yang diperkirakan sebagai kompleks candi pada masa peralihan peradaban Mataram Kuno Jawa Tengah ke Jawa Timur atau sekitar abad X-XI. (Foto: Antara)

TULUNGAGUNG, SATUHARAPAN.COM - Pakar paleontology dari Museum Geologi Bandung menyatakan masih banyak fosil manusia purba Indonesia yang tersimpan di sejumlah museum di negeri Belanda dan sampai saat ini belum berhasil dikembalikan ke Tanah Air.

"Hampir semua temuan fosil manusia purba ada di sana (Belanda). Pemerintah sudah upayakan untuk menarik pulang, namun sejauh ini belum berhasil," kata paleontology dari Museum Geologi Bandung, Iwan Kurniawan di sela penggalian situs Wajak-2, Desa Gamping, Tulungagung, hari Sabtu (30/4).

Iwan tidak menyebut jumlah pasti fosil manusia purba yang saat ini masih tersimpan di sejumlah museum di Belanda, terutama di museum milik Universitas Leiden.

Ia hanya mengatakan, jumlahnya sangat banyak dan berasal dari berbagai titik situs purba yang ada di tanah air, mulai dari Lidah Air Padang, Jawa, Flores, Sulawesi dan berbagai daerah lain.

"Tidak terhitunglah. Bayangkan saja hampir 60 persen temuan fosil manusia purba itu berasal dari Indonesia, tapi semua ada di (museum) luar negeri," katanya.

Kendati sulit, Iwan mengaku optimistis peluang mengembalikan "harta karun" fosil-fosil manusia purba Indonesia tetap terbuka.

Ia mencontohkan pemerintah Yunani yang berhasil mengembalikan fosil manusia purba dari Belanda berkat kerjasama serta diplomasi kebudayaan yang dilakukan.

"Jika Indonesia sejauh ini belum berhasil, itu karena memang butuh diplomasi tingkat tinggi dan tidak cukup dilakukan kalangan akademisi seperti kami. Butuh komunikasi tingkat tinggi itu, tapi kami terus upayakan," ujarnya.

Namun Iwan mengakui manajemen paleontology maupun arkeologi di Belanda sangat bagus, jauh dibanding di Indonesia yang kerap terkendala masalah anggaran serta fasilitas infrastruktur.

Misalnya, kata dia, fosil Homo Wajakensis dari Tulungagung, Homo Mojokertensis dari Mojokerto, pithecanthropus erectus dari daerah Trinil Ngawi, meganthropus paleojavanicus, hingga jenis homo sapiens lain yang semua terdokumentasi dengan baik di Belanda.

"Karena dokumentasi yang baik, mulai dari penyimpanan fosil hingga dokumentasi hasil riset membuat peneliti Indonesia bisa mempelajarinya ke sana dan melakukan riset lanjutan untuk kemajuan ilmu pengetahuan di Tanah Air," ujarnya. (Ant

 


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home