Loading...
RELIGI
Penulis: Endang Saputra 14:23 WIB | Sabtu, 07 Februari 2015

Menag: Jangan-jangan Sebelum Lahir pun Saya Sudah NU

Menteri Lukman Hakim Saifuddin saat memberikan sambutan pada Pembukaan Rakernas Pendidikan Muslimat NU, di Samarinda. (Foto: kemenag.go.id)

SAMARINDA,SATUHARAPAN.COM - Menteri Lukman Hakim Saifuddin mengaku bahwa Muslimat Nahdlatul Ulama (NU) adalah lembaga yang pertama kali memperkenalkannya dengan organisasi terbesar di Indonesia ini.

Menag mengenang, sejak balita sering diajak ibunya, yang pengurus Muslimat NU, dalam kegiatan-kegiatan organisasi yang juga membidangi pembinaan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) NU ini.

Menag berkisah, di sebuah bangunan kecil di daerah Menteng (Gedung Muslimat, Red), dia menghabiskan hari-hari masa kecil, karena diajak sang bunda, yang membuatnya mengenal apa itu NU.

“Saya berpikir, jangan-jangan sebelum lahir pun saya sudah menjadi NU, karena sering diajak mengikuti kegiatan-kegiatan Muslimat NU,” kata Menag saat memberikan sambutan pada Pembukaan Rakernas Pendidikan Muslimat NU, Samarinda, Jumat (6/2).

Hadir dalam kesempatan itu, Ketua Umum Muslimat NU yang juga Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa, Ketua PP LP Maarif NU Arifin Junaidi, dan pengurus Muslimat NU se-Indonesia.

Menag mengemukakan, posisi  Muslimat sangat strategis karena membina PAUD. Dalam konteks itu, Menag mengingatkan bahwa selain anak-anak, Muslimat juga harus berada pada garda terdepan dalam pendidikan terhadap orang tua. Sebab menurutnya, perubahan globalisasi yang begitu cepat, menjadikan pendidikan tidak hanya penting bagi anak-anak, tapi juga bagi orang tua.

“Bagaimana orang tua juga memiliki kemampuan untuk mendidik anak-anaknya di era perubahan seperti sekarang ini,” dia menegaskan.

Menag mendukung langkah Muslimat NU yang telah membagikan buku Home Reading yang berisi bacaan cerita-cerita hikmah yang mendidik. Putra mantan Menag KH Saifuddin Zuhri (alm) itu berharap buku tersebut bisa menjadi bagian sarana mentransformasi nilai-nilai positif kepada anak-anak yang saat ini dirasa sudah semakin berkurang.

“Selain waktu yang semakin terbatas, kemampuan kita untuk menceritakan cerita-cerita yang penuh hikmah, teladan, nilai-nilai kebajikan pun semakin memerlukan perhatian serius dari kita,” katanya.

Kementerian Agama, kata Menag, membuka diri untuk bersama-sama Muslimat NU mengembangkan program-program ke depan, sehingga generasi muda Indonesia semakin teguh dengan paham keagamaan sebagaimana yang diajarkan para pendahulu, dan memiliki paham kebangsaan yang tinggi.

“Meski di era globalisasi, (generasi kita) tidak tergerus dan tercerabut jati dirinya sebagai bangsa Indonesia dan umat beragama,” kata dia. (kemenag.go.id)

Editor : Sotyati


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home