Loading...
RELIGI
Penulis: Prasasta Widiadi 05:30 WIB | Senin, 16 Januari 2017

Menag: Jangan Menolak Kedatangan Karena Perbedaan

Lukman Hakim di hadapan jemaah Khataman Tafsir Al Ibriz di Pesantren Bugen Al Itqan, Semarang, Jawa Tengah. (Foto: kemenag.go.id)

SEMARANG, SATUHARAPAN.COM – Menteri Agama (Menag) Lukman Hakim Saifuddin mengimbau masyarakat jangan meneruskan sikap menolak kedatangan seseorang karena alasan perbedaan.  Menurut dia, hal itu bisa menjadi ancaman yang bermuara pada perpecahan.

"Saling penolakan di antara kita dengan alasan perbedaan kalau diteruskan, maka ancamannya sebagai sebuah bangsa kita akan terpecah belah dan semakin lemah," kata Menag di hadapan masyarakat dan santri Pondok Pesantren Bugen Al Itqan, Semarang, Jawa Tengah, hari Minggu (15/1).

Hal ini disampaikan Menag menyusul terjadinya penolakan kedatangan salah satu tokoh agama di Kalimantan Barat. Menag mengajak semua pihak untuk saling menghormati perbedaan guna menjaga persatuan dan kesatuan bangsa.

"Uni Sovyet sampai tahun 80-an adalah negara adidaya yang sangat kuat hampir dalam semua hal. Tidak ada yang membayangkan sebelumnya, kondisinya bisa seperti sekarang terpecah jadi beberapa negara karena tidak mampu menjaga persatuan,” kata dia.

Menurut dia, pendiri bangsa telah mewariskan Indonesia sebagai negara yang sangat religius dengan ajaran Islam rahmatan lil alamin. Maka, menjadi kewajiban penerus bangsa saat ini untuk menjaga dan mengembangkannya agar tetap terjaga bagi generasi mendatang

Tantangan bangsa saat ini, kata dia, adalah bagaimana kebersamaan bisa dirawat dengan baik. Apalagi, masyarakat sekarang berada pada era global dan digital. Globalisasi menjadikan sekat dan batas wilayah yang tidak kaku lagi karena semua orang telah menjadi warga dunia. Sementara era digital telah mengubah pola kehidupan masyarakat, bahkan tentang cara pandang dan nilai yang dianut.

Lukman Hakim  mengatakan orang mendapat nilai kebajikan dan nilai agama dari orang tua dan guru. Dua orang ini yang memberi pengetahuan tentang baik dan salah, kebenaran dan keburukan. Mereka juga yang memilah dan memilih mana yang perlu disampaikan dan yang belum. Mereka juga menjadi mediator yang memberikan penjelasan jika ada keraguan terhadap hal yang disampaikan

"Sekarang, anak cucu kita tidak lagi menjadikan orang tua dan guru sebagai satu-satunya sumber informasi dan kebajikan. Mereka lebih banyak mendapatkan semua itu dari gadget dan handphone. Ini mempengaruhi cara hidup kita semua,” kata dia.

Lukman Hakim mengajak para santri dan masyarakat untuk berhati hati dalam menggunakan teknologi informasi. Menurutnya, era digital dan media sosial tidak bisa dihindari. Namun demikian, masyarakat harus arif dalam menggunakannya.

"Kita harus menjadi orang yang mampu menilai apakah sebuah berita patut disebarkan atau tidak. Kalau kita tidak tahu apa manfaat menyebar berita itu, maka jangan disebar," kata dia.

"Kita berharap aura positif di tengah masyarakat kita itu yang lebih mewarnai, bukan saling memfitnah, mencaci maki dan seterusnya," tambahnya. (kemenag.go.id)

Editor : Eben E. Siadari


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home