Loading...
RELIGI
Penulis: Reporter Satuharapan 09:48 WIB | Kamis, 08 November 2018

Menag Minta Simposium Kehidupan Beragama Bahas Relasi Agama-Budaya

Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin. (Foto: Dok satuharapan.com/kemenag.go.id)

YOGYAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin membuka International Symposium On Religious Life (ISRL) di Yogyakarta. Acara itu terselenggara atas kerja sama Balitbang-Diklat Kemenag dengan Indonesian Consortium for Religious Studies (ICRS) Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta.

ISRL ini kali merupakan gelaran kedua. Ajang perdana berlangsung di Jakarta pada 2016. ISRL kedua ini diikuti 150 peserta dari 15 negara. Sebanyak 65 abstraksi dipresentasikan pada acara yang berlangsung hingga 9 November mendatang.

Menag minta ISRL juga membahas masalah relasi agama dan budaya. Menurutnya, Kementerian Agama pada awal November 2018 telah memfasilitasi berlangsungnya Sarasehan Reaktualisasi Relasi Agama dan Budaya yang menghasilkan “Permufakatan Yogyakarta Agamawan dan Budayawan”. Permufakatan itu dirumuskan sebagai respons sejumlah tokoh agama dan budaya yang merasa gelisah memperhatikan fenomena mutakhir hubungan agama dan budaya di Indonesia.

“Salah satu butir penting yang disampaikan oleh para agamawan dan budayawan tersebut adalah bahwa kita semua seyogianya mendorong lahirnya sistem transmisi pengetahuan keagamaan melalui media produk-produk kebudayaan, agar perkembangan agama dan budaya dapat berjalan beriringan,” kata Menag Lukman Hakim Saifuddin saat menyampaikan keynote speech pada ISRL kedua di Yogyakarta, Rabu (7/11), seperti dilaporkan M Arif Efendi dan dilansir kemenag.go.id.

Ia mengemukakan, dalam konteks Indonesia, agama dan budaya memang tidak dapat dipisah-pisahkan apalagi dibentur-benturkan. Namun, mempertemukan agama dan budaya dalam konteks Indonesia, bukan berarti kita harus mengorbankan prinsip-prinsip dasar akidah dalam setiap agama atas nama budaya.

“Demikian pula sebaliknya, mendamaikan budaya dengan agama tidak lantas berarti harus mengungkung kreativitas dan ekspresi kebudayaan yang kita miliki,” katanya.

Bagi Menag Lukman, aktivitas keagamaan dan kebudayaan, harus dapat berkembang dan hidup berdampingan secara harmoni, rukun bersama, demi untuk merawat keutuhan masyarakat Indonesia yang sangat plural dan multikultural.

Menag mengapresiasi sejumlah hasil penelitian yang akan dipresentasikan menyangkut relasi agama dan budaya. Harapannya, hasil penelitian itu dapat memperkaya khazanah tentang manifestasi relasi agama dan budaya, baik dalam konteks kehidupan masyarakat Indonesia, Asia Tenggara, Asia, dan bahkan dunia.

Kepala Balitbang-Diklat Kemenag Abd Rahman Mas’ud dalam laporannya menyampaikan bahwa ISRL merupakan simposium dua tahunan yang digelar Balitbang dan Diklat. ISRL menjadi forum dan wadah bertukar wawasan para peneliti terkait moderasi beragama.

ISRL ini kali mengusung tema “Religion in a Divided, Multicultural World: Moderation, Fragmentation and Radicalization”.

Editor : Sotyati


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home