Loading...
RELIGI
Penulis: Prasasta Widiadi 08:12 WIB | Minggu, 05 Februari 2017

Menag: Suhu Politik Tak Boleh Ganggu Persaudaraan

Ilustrasi: Seorang jemaat menggelar ibadah dan doa pada perayaan Hari Raya Imlek 2568 di Vihara Amurva Bhumi atau Hok Tek Tjeng Sin di Jalan Prof. Dr. Satrio, Jakarta Selatan, Sabtu (28/1). (Foto: Dok.satuharapan.com/Dedy Istanto)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Menteri Agama (Menag) Lukman Hakim Saifuddin berharap, persaudaraan sesama warga negara dan bangsa yang telah terjalin lama, tidak terganggu oleh suhu politik di Indonesia yang memanas menjelang Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) serentak.

“Rasa persaudaraan antarkita tidak boleh dirusak oleh ulah sekelompok orang yang ingin memecah belah warga bangsa,” kata dia hari  Sabtu (4/2) saat menghadiri Perayaan Hari Raya Tahun Baru Imlek Nasional 2568 Kongzili/2017 M yang diselenggarakan Majelis Tinggi Agama Konghucu Indonesia (Matakin) di Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta.

Menag mengajak semua pihak untuk dapat menahan diri, tetap saling menghargai perbedaan, merawat kebinekaan, serta menjaga persatuan dan kesatuan. Menurutnya, setiap orang harus dapat mengutamakan kepentingan umum di atas kepentingan pribadi atau golongan.

“Mari, kita semua menjadi penyejuk bagi orang sekitar. Mari kita redam isu-isu yang dapat menimbulkan fitnah, provokasi dan kebencian," kata Lukman Hakim Saifuddin.

Persatuan Indonesia, kata Lukman Hakim Saifuddin, tidak boleh goyah hanya oleh provokasi dan hasutan. Karenanya, kewaspadaan terhadap hoax dan provokasi, terutama di medsos, harus ditingkatkan agar masyarakat tidak terseret dalam perpecahan yang berkepanjangan.

“Saya menilai, tema: Junzi Lambat Bicara Tangkas Bekerja, sangat sesuai dengan kondisi bangsa saat ini yang memerlukan kerja nyata, bukan hanya bicara. Tema ini mengingatkan kita kepada kebiasaan para leluhur. Mereka terlihat pendiam, bukan karena tak pandai bicara, melainkan karena amat bertanggung jawab dan berhati-hati,” kata Lukman Hakim Saifuddin.

"Para pendahulu sadar betul, setiap perkataan harus dibuktikan dan dipertanggung jawabkan sehingga setiap kata yang terucap, selalu ditimbang lebih dulu, apakah bisa melaksanakannya. Bagi seorang pemimpin, kata adalah janji sekaligus bukti,” kata Lukman Hakim Saifuddin.

Seorang Junzi, lanjut Menag, adalah cermin orang beriman dan luhur budi, sangat mengutamakan kerja, bukan kata. Seorang Junzi tidak berani menunda tugas dan kewajibannya. Ia berkata jujur dan dapat dipercaya. Junzi mengingatkan pada semangat kerja keras yang dilandasi nilai kebajikan, peduli pada sesama umat manusia, serta berbakti kepada bangsa dan negara.

“Mari bekerja sama, gotong royong, saling membantu, saling menguatkan, tidak saling menafikan atau menjatuhkan. Spirit ajaran Konghucu mengingatkan: Bila ingin maju, maka bantulah orang lain maju. Dengan demikian, harapan bangsa Indonesia yang kuat, makmur dan bersumberdaya, mampu menjadi kenyataan," kata Lukman Hakim Saifuddin.

Sebelumnya, Ketua Matakin, Uung Sendana mengatakan, kondisi Indonesia akhir-akhir ini kurang menggembirakan. Dan menuntut semua pihak untuk lebih giat dan terus menjaga kerukunan, agar selalu harmonis, adil, sejahtera dan bahagia.

“Kita harus bersyukur, bangsa kita diberi anugerah sumber daya alam yang melimpah, dengan etnis, ras, dan agama yang beranekaragam. Kita harus tekankan satu Bangsa, bahwa Persatuan adalah anugerah dari Tuhan yang harus kita jaga sekuat tenaga. Mari, kita wujudkan cita-cita para pendiri Bangsa untuk menjayakan Nusantara," kata Uung. (kemenag.go.id)

Editor : Diah Anggraeni Retnaningrum


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home