Loading...
INDONESIA
Penulis: Endang Saputra 13:54 WIB | Jumat, 27 Januari 2017

Tahun Baru Imlek, Moment Penting Warga Tionghoa

Ilustrasi. DPP PKB saat merayakan Tahun Baru Imlek bersama tokoh etnis tionghoa di kantor DPP PKB Jakarta. (Foto: Dok.satuharapan.com)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Wakil Sekretaris Jenderal DPP Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Daniel Johan mengatakan Tahun Baru warga Tionghoa 2568 yang akan jatuh pada 28 Januari 2017 menjadi moment penting untuk masyarakat Tionghoa sebagaimana Muslim menyambut Hari Raya Idul Fitri.

“Imlek tentu menjadi moment penting untuk masyarakat Tionghoa sebagaimana sahabat muslim menyambut Idul Fitri dan PKB merasa dekat karena PKB bagian dari sejarah yang memperjuangkan penghapusan diskriminasi terhadap perayaan Imlek. Melalui refleksi Imlek tahun ayam ini, PKB berharap masyarakat semakin kuat melakukan dialog dan kerja sama berjuang bersama PKB dalam mengatasi segala persoalan bangsa dan memajukan Indonesia,” kata Daniel saat dihubungi satuharapan.com, di Jakarta, hari Jumat (27/1).

Wakil Ketua Komisi IV DPR ini mengatakan berdasarkan penanggalan lunar, tahun 2017 disebut sebagai tahun ayam api. Ayam jago merupakan simbol astrologi untuk tahun ini, sehingga karakter tahun ini diperkirakan masih diwarnai dengan pertarungan sebagaimana karakteristik seekor ayam jago yang saling membusungkan dada dan gemar bertarung memenangkan egonya.

“Untuk itu di tahun ayam api ini, PKB mengajak kepada segenap warga untuk sama-sama melakukan pengendalian diri, senantiasa menampilkan politik yang santun, sama-sama menjaga kondisi sosial yang penuh kebersamaan, dan tetap memperkuat persaudaraan dan solidaritas sesama anak bangsa,” kata dia.

Terlebih lagi pada tahun 2017 ini juga berlangsung Pilkada secara serentak. Kontestasi politik di tingkat daerah yang dilakukan secara serentak, ikut mendorong politik nasional menjadi menghangat, khususnya ekses dari Pilkada DKI Jakarta.

Hal ini berdampak munculnya semangat etnoprimordialisme yang memisahkan dan mengkotak-kotakkan di antara sesama anak bangsa. Yang melunturkan semangat toleransi dan solidaritas, sebaliknya memunculkan fanatisme atas dasar kesukuan dan perbedaan latar belakang.

“PKB menolak etnoprimordialisme ini karena cenderung memisah-misahkan kita baik sebagai sesama insan manusia maupun sebagai sesama anak bangsa Indonesia. Karena siapa pun kita, dengan latar belakang agama, etnis, dan budaya apa pun, kita tetap disatukan oleh rasa kemanusiaan dan ke-Indonesiaan yang sama,” kata dia.

Oleh karena itu, kata Daniel, politik dalam merebut kekuasaan, untuk memenangkan kontestasi dan dukungan rakyat, jangan sampai memecah-belah persatuan, persaudaraan, dan kebinekaan yang selama ini sudah terbangun dengan baik.

“PKB senantiasa mendorong berkembangnya politik kebangsaan, yang menempatkan kepentingan rakyat sebagai yang utama, hasil kerja di atas pencitraan, dan kemanusiaan di atas kekuasaan. Politik kebangsaan harus berorientasi pada kepentingan setiap warga negaranya, bukan kepentingan sekelompok orang se-partai, se-suku, dan atau se-agama.

“Kita bisa belajar banyak dari Gus Dur, Presiden keempat Republik Indonesia, mengenai hal ini. Politik seharusnya mampu memberikan kepastian kesetaraan bagi setiap anak bangsa, memberi perlindungan terhadap semua agama yang ada, menjunjung nilai-nilai kemanusiaan, merawat rasionalitas dan budi pekerti, anak-anak generasi yang akan datang sebagaimana menjaga juga para lanjut usia, membebaskan dan mencerahkan,” kata dia.

Selain itu, Daniel berharap semoga tahun ayam api ini akan menjadi momentum bagi bangsa Indonesia untuk kembali pada politik kebangsaan, sehingga mozaik indah khatulistiwa ini benar-benar dapat membangun bersama-sama tanpa pembedaan agama, suku, dan lainnya.

“Perjuangan mereka yang telah bersatu akan membuahkan kesejahteraan dan kebahagiaan. Mari kita bangun Indonesia secara bersama-sama dengan semangat itu,” kata dia.

Editor : Diah Anggraeni Retnaningrum


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home