Loading...
INSPIRASI
Penulis: Tjhia Yen Nie 01:00 WIB | Selasa, 01 Desember 2015

Mencapai Puncak

Siapakah yang kita gemakan?
Mt. Everest (foto: istimewa)

SATUHARAPAN.COM – Malam itu sekelompok anak muda ditemani cemilan dan teh panas menonton film yang berkisah tentang pendakian sebuah gunung.  Suasana santai setelah seharian melakukan berbagai aktivitas membuat acara nonton bersama menambah keakraban di antara mereka.  Ternyata setelah film itu selesai, Pdt. Robby Chandra, pemimpin acara yang juga ikut menonton film tersebut mengajak kami berdiskusi.  Beliau mengajak kami menyimpulkan apa yang harus kami hadapi dalam sebuah tim jika kami menghadapi masalah. 

Dalam film tersebut kami melihat sebuah tim pemanjatan gunung yang terdiri dari berbagai orang dengan karakter, kondisi fisik, dan keahlian berbeda, dengan satu tujuan, yaitu mencapai puncak gunung.  Namun dalam perjalanannya, banyak kendala yang mereka hadapi, fisik yang tidak memungkinkan, trauma masa lalu dengan ketinggian, cuaca yang tiba-tiba tidak bersahabat, hingga perbekalan yang menipis.  Apakah sebuah tim akan meninggalkan mereka yang tergeletak, ataukah tetap bersama saling menunggu dan membantu, dengan risiko tidak mencapai puncak?

Berbagai argumentasi terlontar dalam diskusi. Namun saya, yang hadir sebagai salah seorang peserta, mendapatkan pencerahan bahwa kesuksesan adalah bukan mencapai puncak dengan membiarkan mereka yang terluka, atau lebih lagi dengan melukai orang lain.

Suasana malam di Wisma Bina Warga itu tiba-tiba berkelebat dalam bayangan saya 22 tahun kemudian ketika saya terlibat dalam sebuah tim pelayanan di gereja.  Tujuan baik, tujuan memuliakan Tuhan, tujuan menjadi berkat, tujuan memberitakan Injil, tujuan menjadi saksi Tuhan, tujuan melayani orang lain... apakah itu dapat disebut sebagai sebuah tujuan ketika untuk mencapainya dilakukan dengan memosisikan diri kita seakan-akan adalah allah-allah kecil yang memiliki hak untuk memakai atau tidak memakai orang-orang yang sudah Tuhan tempatkan bersama kita?

Ketika dengan lantangnya kita berdoa bahkan menyanyikan dengan suara menggema: ”King of Kings… Lord of Lords….” dan tepuk tangan membahana serentak mengiringinya; siapakah ”Dia” yang kita gemakan itu? Apakah benar Sang Pencipta yang Mahakasih? Atau... jangan-jangan diri kita sendiri yang kita gemakan?

 

Email: inspirasi@satuharapan.com

Editor : Yoel M Indrasmoro


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home