Loading...
FOTO
Penulis: Moh. Jauhar al-Hakimi 18:12 WIB | Jumat, 21 Juli 2017

Mengenal Teknik Cetak Grafis: Cetak Saring

Mengenal Teknik Cetak Grafis: Cetak Saring
Hasil karya peserta workshop seni grafis dengan teknik cetak saring/sablon hari pertama, Rabu (19/7) pada workshop seni grafis PGSJ 2017 di Jogja National Museum. (Foto-foto: Moh. Jauhar al-Hakimi)
Mengenal Teknik Cetak Grafis: Cetak Saring
Meja sablon dengan engsel cathok sebagai salah satu alat dalam teknik cetak saring (silk-screen printing).
Mengenal Teknik Cetak Grafis: Cetak Saring
Pembuatan desain secara manual pada selembar kertas HVS yang nantinya menjadi film untuk dipindahkan ke screen.
Mengenal Teknik Cetak Grafis: Cetak Saring
Prihatmoko Moki (kaos putih) dari Krack studio menjelaskan pembuatan desain untuk warna yang lebih dari satu.
Mengenal Teknik Cetak Grafis: Cetak Saring
Bahan dan alat yang digunakan untuk cetak saring/sablon.
Mengenal Teknik Cetak Grafis: Cetak Saring
Pelapisan screen printing degan menggunakan emulsi yang peka terhadap cahaya.
Mengenal Teknik Cetak Grafis: Cetak Saring
Proses pengeringan emulsi pada screen printing sebelum dilakukan penyinaran.
Mengenal Teknik Cetak Grafis: Cetak Saring
Peluruhan emulsi pada screen printing setelah penyinaran dengan menyemprotkan air.
Mengenal Teknik Cetak Grafis: Cetak Saring
Mencetak desain dengan menggunakan peralatan meja sablon dan warna sesuai kebutuhan.

YOGYAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Sebagai rangkaian dari Pekan Seni Grafis Jogja (PSGJ) 2017, selama 19-23 Juli 2017 digelar workshop seni grafis untuk pelajar dan umum. Berbagai teknik cetak grafis diperkenalkan melalui workshop oleh komunitas seni grafis baik yang ada di Yogyakarta dan luar Yogyakarta dengan tingkat kesulitan, pemakaian teknologi, hingga media yang berbeda.

Diantara berbagai teknik cetak grafis, cetak stensil, cetak saring serta cetak reduksi cukil (woodcut dan ukiyo-e) masih menjadi pilihan seniman/perupa. Penggunaan teknologi, mudahnya mendapatkan peralatan, serta beragam pilihan media menjadi alasan utama cetak saring dan cetak reduksi cukil.

Krack, sebuah studio grafis yang banyak berkarya dengan teknik cetak saring memberikan materi workshop mulai dari sejarah, pengenalan alat-bahan, prinsip dasar, hingga pencetakan karya.

Cetak saring (screen printing), masyarakat umum mengenalnya dengan cetak sablon. Teknik cetak grafis ini hingga saat ini masih populer baik untuk menghasilkan karya seni maupun produk massal di berbagai media. T-shirt menjadi media cetak yang paling banyak dipakai.

Prinsip dasarnya adalah mencetak desain melalui screen dengan melewatkan cat/tinta pada screen yang sudah diberikan desain/pola tertentu. Alat yang diperlukan meliputi screen terpasang pada bingkai dalam berbagai ukuran lebar dan kerapatan, meja sablon dengan kaca dan engsel, ruang gelap untuk penyinaran, rakel karet,  alat pencucian, alat tulis untuk menggambar desain, penggaris, alat pengering, meja gambar. Sementara bahan meliputi emulsi penutup screen, emulsi pembersih, biang warna, pasta, berbagai jenis selotape, serta kain perca pembersih screen, sabun colek.

Tahap awal adalah menyiapkan desain gambar serta screen. Gambar yang dibuat menjadi film yang akan dipindahkan ke screen. Membuat gambar paling sederhana bisa dilakukan secara manual pada lembaran kertas putih, plastik, ataupun kertas kalkir bisa tembus pandang. Pola gambar pada kertas/plastik inilah yang nantinya ditransfer/dipindahkan ke dalam screen melalui proses penyinaran. Dalam perkembangannya, saat ini desain dibuat secara digital dengan bantuan berbagai software komputer dan dicetak pada kertas.

Sederhana namun tetap presisi

Hasil cetak dengan menggunakan laser printer biasanya lebih rapi, namun sebagian seniman masih mempertahankan menggambar desain secara manual pada kertas HVS untuk membuat gambar filmnya. Bagaimanapun, hasil goresan tangan dan tarikan garis secara manual masih lebih natural dan belum tergantikan secara digital.

Supaya gambar menjadi tembus pandang dan dapat digunakan menjadi film, kertas yang sudah ada desain gambar dilapisi minyak goreng secara merata. Pembuatan gambar disesuaikan jumlah warna yang ingin dicetak.

Selanjutnya penyiapan screen dengan melapisi emulsi yang peka terhadap cahaya. Selain emulsi, banyak seniman yang menggunakan crayon pewarna jenis kering untuk membuat desain langsung di atas screen. Pelapisan screen dengan menggunakan emulsi dilakukan secara merata dengan bantuan rakel karet ataupun bisa memanfaatkan penggaris plastik.

Screen yang sudah diolesi emulsi dikeringkan di ruang yang tidak terkena cahaya langsung. Pengeringan bisa dilakukan secara alami ataupun dengan bantuan hairdryer (penering rambut). Pengeringan secara alami memerlukan waktu yang cukup lama sekitar satu malam, sementara dengan bantuan alat pengering memerlukan waktu sekitar 20 menit. Keuntungan pengeringan alami adalah screen bisa lebih awet.

Screen yang sudah kering bisa dilakukan penyinaran dengan memanfaatkan sinar matahari ataupun dibawah penerangan lampu neon. Jika penyinaran memanfaatkan sinar matahari dalam cuaca cerah diperlukan waktu sekitar 10-15 detik. Sementara dengan penyinaran lampu neon dengan jumlah 5 x 10 watt yang diatur jaraknya agar jatuhnya sinar ke screen bisa tegak lurus. Penyinaran dengan bantuan lampu memerlukan waktu sekitar empat menit penyinaran.

Sebelum dilakukan penyinaran, gambar desain diletakkan di atas screen dengan posisi desain terbalik. Agar selama penyinaran desain gambar tidak bergeser, diperlukan kaca untuk menekan sekaligus menghindari gambar berbayang akibat tidak sempurnanya desain gambar menempel di screen.

"Cetak saring (sablon) itu seni grafis yang sederhana dan bisa dipelajari dalam waktu yang singkat." kata Moki kepada satuharapan.com Rabu (19/7) di Jogja National Museum. Karena prosesnya yang sederhana serta alat-bahan yang sudah mudah didapatkan itulah cetak saring (sablon) lebih cepat berkembang. Dan proses pembuatannya yang relatif cepat namun tetap presisi itulah yang membuka ruang kesempatan untuk bereksperimen bagi seniman grafis, lebih lanjut Moki menjelaskan.

Setelah selesai penyinaran, screen dicuci dengan air untuk meluruhkan emulsi yang tidak terkena cahaya. Peluruhan dapat dilakukan dengan menyemprot screen memakai semprotan tangan (hand sprayer) kecil. Setelah emulsi luruh sesuai desain gambar, screen diangin-anginkan hingga kering. Dalam kondisi kering, screen sudah bisa digunakan untuk mencetak.

Pada sebuah screen memungkinkan untuk memuat warna yang berbeda ataupun desain yang berbeda selagi area cetak masih memungkin ada di dalam screen tersebut. Saat tidak digunakan, desain lain yang ada dalam satu screen tersebut ditutup dengan selotape atau lakban coklat agar cat tidak keluar dari desain tersebut. Selotape ataupun lakban plastik coklat juga digunakan untuk menutup pinggiran screen ataupun bagian yang tidak tertutup secara sempurna oleh emulsi.

Saat akan mencetak, screen dipasang di meja sablon yang dilengkapi engsel cathok yang bisa mengunci screen. Untuk memudahkan setingan screen pada media cetak, biasanya meja menggunakan kaca sebagai alas cetak dengan lampu di bawahnya untuk membantu mengatur posisi media cetak agar letaknya presisi. Pengaturan dilakukan secara berulang saat ganti warna.

Cat pewarna sablon secara umum ada dua jenis yakni berbasis air dan berbasis minyak. Untuk mencetak di atas media plastik, kertas, dan sejenisnya digunakan cat berbasis minyak, sementara pada kain menggunakan biang warna berbasis air yang ditambahkan pada pasta biasa maupun pasta karet. Setekah tercetak, hasil cetak dikeringkan dengan diangin-anginkan atau dengan bantuan alat pengering. Kecepatan kering berbeda tergantung media cetak, tebal-tipisnya desain, serta jenis cat.

Setelah selesai dan tidak digunakan untuk mencetak lagi, screen dibersihkan dari emulsi dengan pembersih emulsi agar screen tidak tertutup emulsi secara permanen.

Studio dan seni grafis, ikhtiar membangun ruang kritik sosial.

Kekuatan cetak saring/sablon terletak pada desain baik secara ide maupun teknik penggambaran. Dalam kekuatan desain itulah produk sablon sering digunakan sebagai media kritik yang cukup fleksibel dan tetap fungsional bagi penggunanya. T-shirt, poster, stiker, salah satunya. Media cetak ini cukup efektif dan praktis dalam menyampaikan pesan.

Perkembangan teknologi memungkinkan goresan tangan secara manual ditransfer melalui alat pemindai untuk dijadikan file digital. Dengan file digital itulah, film yang dihasilkan bisa dibuat dari file vektor untuk desain-desain yang bermain dengan pola blok ataupun file image untuk menghasilkan pola cetakan raster. Pada skala industri, sudah banyak tersedia mesin sablon otomatis dimana peran manusia lebih banyak pada pembuatan desain serta pengaturan saat pencetakan.

Krack studio yang berada di dekat lapangan Minggiran Mantrijeron-Kota Yogyakarta didirikan oleh empat seniman grafis pada Mei 2013. Keempat seniman tersebut adalah  Prihatmoko 'Moki', Rudi 'Lampung' Hermawan, Malcolm Smith, dan Sukma Smita. Di studio itulah dialog terbangun baik dalam proses penciptaan karya ataupun merespon situasi dan isu-isu yang sudah maupun sedang berkembang dalam karya seni sebagai salah satu jalan kritik secara visual.

Pameran pertama di Krack studio berlangsung pada 4 Juli - 4 Agustus 2013 dengan tajuk "Krack" diikuti seniman grafis diantaranya Nindityo Adipurnomo, Tere Agustina, Fitri DK, Anneke Fitrianti, Mella Jaarsma, Agung Kurniawan, Vendy Methodos, Prihatmoko Moki (Krack), Ria Papermoon, Hendra Blangkon Priyadhani, Deni Rahman (Studio Grafis Minggiran), Restu Ratnaningtyas, Malcolm Smith, Prayoga Satrio Utomo, dan Bayu Widodo (Survive!garage). Setelah pameran perdana, Krack studio menjadi salah satu ruang pamer seni grafis penting di Yogyakarta, terlebih ketika karya ditampilkan banyak pula merespon berbagai isu yang terjadi di wilayah regional Yogyakarta ataupun isu-isu internasional.

Dalam tahun 2017 hingga bulan Juni, Krack studio telah terlibat dalam empat pameran karya seni grafis. Karya grafis berjudul “Tanah/Impian” (Dream/ Land) dipamerkan di Mizuma Gallery, Gillman Barracks, Singapura 27 Mei - 24 Juni 2017 bersama seniman grafis Indonesia lainnya diantaranya Anang Saptoto, Bambang “Toko” Witjaksono, Cut and Rescue, Handiwirman Saputra. Tiga pameran lainnya memanfaatkan Krack studio sebagai ruang pamer karya seni grafis diantaranya pameran tunggal Caitlin Tanguibo bertajuk "Leaves and Remain", pameran bersama berjudul "Resintance is Futile !!!", serta pameran tunggal Vendy Methodos bertajuk "Global Spring".

Dengan kemampuan grafis yang dimilikinya, tidak jarang keempatnya memberikan kritik sosial kepada para pihak secara tajam dalam seni grafis yang tetap elegan. Moki misalnya dengan seri sepuluh prajurit Keraton Yogyakarta dalam berbagai aksi. Beberapa saat lalu Moki membuat mural dengan judul "Prajurit Kalah tanpa Raja" pada program Kiss on the wall yang rutin dilakukan oleh galeri seni Kebun Bibi di Minggiran.

Dalam pameran seni rupa "Keep the fire on #3" yang dihelat di Survive!garage bulan Mei-Juni lalu salah satu karya grafis Moki dipamerkan dengan judul "Prawiratama Lunglai". Dalam karya yang estetis tersebut Moki seolah memberikan kritik yang menukik pada realitas permasalahan yang dihadapi masyarakat: ketidakhadiran pemimpin dalam kehidupan sehari-hari baik secara fisik ataupun dalam kebijakan-kebijakannya hanya akan menempatkan masyarakat pada satu titik kritis: mencari jalan sendiri atau tersingkir dilindas jaman.

 


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home