Loading...
EKONOMI
Penulis: Sotyati 13:09 WIB | Senin, 03 November 2014

Menularkan Pemahaman Tren bagi Pelaku Mode

Seminar trend forecasting menghadirkan pembicara (dari kiri) Erlangga S Negoro (Associate Fashion Editor Marie Claire), Hannie Hananto (perancang busana muslim), Ali Charisma (perancang busana), Dina Midiani (trend forecasting consultant ), dan moderator Yongki Komaladi. (Foto: Dok Indonesia Fashion Week)

SATUHARAPAN.COM – Indonesia Fashion Week bekerja sama dengan Asosiasi Matahari’s Supplier Club menggelar seminar mengenai Indonesia Trend Forecasting di Jakarta, penggal akhir Oktober lalu. Kegiatan yang ditujukan bagi retailer yang tergabung di dalam asosiasi itu, merupakan bentuk pengenalan Indonesia Trend Forecasting kepada pelaku mode di Tanah Air.

Asosiasi Matahari’s Supplier Club beranggotakan pemasok (supplier ) dan divisi Merchandising Matahari Departement Store.  Sebagai  department store terkemuka di Indonesia, department store itu memiliki jaringan retail yang tersebar di hampir seluruh wilayah di Indonesia dengan menampung begitu banyak pemasok yang merupakan perusahaan garmen dan brand lokal.

“Bentuk kerja bareng ini merupakan upaya merapatkan barisan untuk mempersiapkan brand lokal dalam menghadapi pasar bebas dan serbuan brand luar. Melalui kegiatan ini, kami dapat merumuskan bersama tentang acuan tren yang disepakati untuk diangkat dan ditawarkan ke pasar melalui produk yang dibuat oleh perusahaan garmen dan brand lokal yang tergabung dalam Asosiasi Matahari’s Supplier Club. Dengan dipasarkan melalui jaringan department store yang memiliki cabang begitu luas di wilayah Indonesia, tentunya tren dengan muatan lokal yang kita punya bisa lebih cepat tersampaikan ke masyarakat luas,” Dina Midiani, Direktur Indonesia Fashion Week, memaparkan.

Berjalan Sendiri-sendiri

Trend merupakan suatu kesepakatan bersama. Jika para pelaku industri mode di Tanah Air mengaplikasikan Indonesia Trend Forecasting secara kolektif melalui produk yang ditawarkan ke pasar, dipastikan dapat menggiring selera pasar untuk menerima tren lokal ini. “Selama ini supplier itu masih berjalan sendiri-sendiri dalam menentukan tren yang akan diangkat, karena belum memiliki suatu acuan yang sama. Cara yang paling banyak dilakukan, hanya mengikuti tren global,” kata Dina.

“Sebagai pengekor,  akibatnya produk lokal menjadi kalah bersaing dengan produk luar. Dengan memiliki tren tersendiri yang diberi sentuhan lokal, produk kita memiliki keunggulan dan tampilan berbeda dengan produk luar,” ungkap Yongki Komaladi, Ketua Harian Konsinyasi Asosiasi Matahari’s Supplier Club.


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home